Cara Penggunaan Pipet Ukur, Pipet Volume, dan Pipet Tetes

Bekerja di laboratorium kimia tentunya kita tidak akan terlepas dari benda ini, pipet tetes, pipet ukur, dan pipet volume. Benda ini secara fungsi digunakan untuk mengambil suatu cairan / larutan tertentu.

Pipet tetes

Pipet tetes merupakan salah satu alat laboratorium kimia yang sangat kita butuhkan dalam suatu analisa. alat kecil ini berbentuk silindris dengan bagian ujung yang meruncing hampir mirip seperti sedotan ini berfungsi untuk memindahkan suatu larutan / cairan dengan skala yang kecil dan tidak membutuhkan ketelitian dari wadah satu ke wadah yang lainnya dengan cara meneteskannya. Dalam pembelian pipet tetes tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan kita, karena pipet tetes ini tersedia berbagai ukuran volume.

Jenis Pipet Tetes Merk Cole Parmer

gambar pipet tetes

1. Transfer Pipette 7.5 mililiter No. Katalog EW-06226-63

Terbuat dari bahan LDPE (Low Density Polyethylene) dengan volume maksimal sekali transfer larutan adalah 7.5 mililiter. Dengan panjang pipet sekitar 15.5 centimeter serta graduasi 3 ml.

2. Transfer Pipette, 3.9 mililiter No. Katalog EW-06226-41

Volume maksimal tranfer adalah 3.9 ml dengan panjang 14 cm dan increments 0.25 mililiter. Pipet tetes ini banyak digunakan dalam kegiatan penelitian di laboratorium. Bahannya juga sama seperti nomor 1 yaitu dari LDPE.

3. Transfer Pipette, 5.8 mililiter, No. Katalog EW-06226-61

Untuk increment dan bahan sama dengan No. 2 tetapi mempunnyai graduasi 1 ml. Panjang dari pipet ini adalah 15.5 centimeter.

4. Transfer Pipette, 6 mililiter, No. Katalog EW-06226-69

Jenis ini mempunyai ukuran paling panjang yaitu sekitar 22.5 cm, sekali transfer dapat memindahkan cairan sebanyak 6 mililiter. Selain di laboratorium, jenis ini banyak kita temui di dalam klinik ataupun rumah sakit. untuk bahan sama yaitu dari LDPE.

Contoh diatas merupakan contoh pipet tetes yang terbuat dari bahan plastik atau LDPE, selain dari bahan tersebut, pipet tetes juga terkadang juga terbuat dari bahan kaca, namun tentunya mempunyai kelemahan yaitu dapat pecah terutama di bagian ujung pipetnya.

Harga Pipet Tetes

Keempat pipet tetes tersebut diatas dijual dalam satuan pack, dimana 1 pack terdiri dari 500 pcs kecuali untuk No. Katalog EW-06226-69 hanya berisi 400 pcs. Untuk harga pipet tetes diatas berkisar antara 600 dollar. Untuk pembelian di negara kita mungkin lebih mahal mengingat pipet ini harus didatangkan langsung dari luar.

Cara Menggunakan Pipet Tetes

Cara menggunakan pipet tetes relatif mudah, berikut ini adalah tahapannya :

  • Tekan bagian ujung atas pipet tetes dan masukkan bagian ujung bawah pipet tetes ke dalam cairan / larutan yang ingin diambil.
  • Untuk menarik cairan / larutan yang ada di dalam wadah, lepaskan bagian ujung atas yang ditekan tadi secara perlahan-lahan.
  • Untuk mengeluarkan cairan yang berada di dalam pipet, tekan bagian ujung atas secara perlahan-lahan.

Catatan : Jika cairan / larutan yang kita ambil dengan menggunakan pipet tetes tersebut merupakan cairan yang berbahaya, maka pada saat mengeluarkannya sebaiknya kita lakukan secara perlahan-lahan melalui dinding peralatan gelas (beaker / tabung reaksi / labu ukur) yang akan kita gunakan sebagai penampung.

Namun jika cairan / larutan relatif tidak berbahaya, maka bisa langsung kita arahkan ke dalam dasar penampung untuk menghindari cairan menempel di dinding peralatan penampun tersebut.

Pipet Ukur

Fungsi pipet ukur hampir sama dengan pipet tetes yaitu untuk memindahkan suatu cairan dari wadah satu ke wadah yang lainnya, cuma untuk pipet yang satu ini mempunyai ukuran graduasi volume yang lebih presisi. Di pasaran pipet jenis ini ada dalam berbagai ukuran yaitu pipet ukur 1, 2, 5, 10, dan 25 ml. Untuk brand duran salah satu merk ternama untuk peralatan gelas laboratorium pipet graduasi pada volume tersebut ditandai berturut-turut dengan warna kuning, hitam, merah, orange, dan putih sesuai dengan volume yang telah saya sebutkan diatas, hal ini sesuai dengan standar DIN 12 621. Panjang dari pipet ukur merk duran adalah 36 cm untuk volume 1 – 10 cm dan 45 cm untuk pipet dengan volume 25 ml.

Pipet ukur kita gunakan tidak lepas dari volume tertentu yang ingin kita pindahkan. Oleh karena itu karena berhubungan dengan kegiatan analisa dan tentunya kita mempunyai standar dalam hasil analisa tersebut, maka pipet ukurpun mempunyai tingkat akurasi sama seperti dengan alat ukur lainnya. Akurasi untuk pipet ukur tersebut adalah 0.006 ; 0.01 ; 0.03 ; 0.05 ; 0.1 serta graduation devision adalah 0.01 ; 0.02 ; 0.05 ; 0.1 ; 0.1 berturut turut untuk pipet ukur 1, 2, 5, 10, dan 25 mili liter.

Paket pembelian dari pipet ukur tersebut adalah per pack yang berisi 12 pcs dari pipet ukur meskipun beberapa agen melayani pembelian secara terpisah. Jika ingin melakukan pembelian pastikan untuk meminta semacam test report / verivication report dari pipet ini,

Jika anda merupakan agen penjual pipet ukur atau alat laboratorium lainnya anda boleh tinggalkan komentar melalui form dibawah supaya teman-teman yang ingin melakukan pembelian merasa terbantu, atau anda juga bisa menghubungi kami untuk mempromosikan produk anda.

Aksesoris Pipet UKur

Dalam penggunaan pipet ukur tersebut, tentunya ada beberapa peralatan tambahan / pembantu yang berfungsi untuk memudahkan kita dalam bekerja dengan menggunakan pipet tersebut, berikut ini adalah diantaranya.

Pippete Stand

pipet stand

Pippet stand berfungsi untuk menaruh pipet ukur yang terbuat dari kaca jika tidak digunakan, hal ini berfungsi agar pipet ukur tersebut tidak mudah jatuh dan pecah.

Rubber Pippete Bulb

rubber bulb

Berfungsi sebagai alat bantu pengambil cairan, terbuat dari bahan karet yang tahan dengan cairan kimia. Rubber bulb ini sampai saat ini masih banyak digunakan di laboratorium baik di sekolah analis, universitas jurusan kimia, maupun di berbagai macam industri karena harganya yang relatif murah.

Pippet Conntroller

pipet controller

Secara fungsi alat bantu ini sama dengan yang rubber bulb, namun dari sisi penggunaan relatif lebih praktis dan nayaman digunakan.

Cara Menggunakan Pipet Ukur

Hampir sama dengan cara menggunakan pipet tetes, penggunaan pipet ukur ini juga relatif sederhana. Berikut ini adalah tahapannya :

  • Pasang pipet controller atau rubber bulb pada bagian ujung atas pipet ukur.
  • Sedot cairan / larutan yang dibutuhkan dengan dibantu filler hingga memiliki volume yang diinginkan.
  • Keluarkan cairan dengan mengikuti skala yang tersedia.
  • Samakan tekanan filler dengan udara sekitar.

Pipet Volume

kalibrasi pipet volume

Unit pipet volume ini hampir sama dengan pipet ukur, namun hanya memiliki 1 penanda sesuai dengan volumenya saja. Cara penggunaannya pun juga sama dengan pipet ukur.

Kalibrasi Pipet Ukur, Pipet Volume dan Pipet Tetes

Untuk pipet tetes, karena tidak memerlukan tingkat akurasi yang tinggi dalam penggunaanya, maka tidak perlu dilakukan kalibrasi. Lain halnya dengan pipet ukur dan pipet volume, untuk menjamin akurasi dari kedua alat tersebut sesuai dengan standar, dan dikarenakan seiring dengan penggunaan dari pipet ukur dan pipet volume tersebut tentunya terkadang mengalami frosting, maka sangat diperlukan untuk dilakukan kalibrasi pipet ukur dan pipet volume tersebut. Kegiatan kalibrasi pipet tersebut bisa dilakukan secara internal oleh perusahaan teman-teman sendiri jika dirasa personel yang melakukan sudah kompeten (sudah berpengalaman dan pernah mendapatkan training kalibrasi volumetrik) dan mempunyai perlalatan pendukungnya. Namun jika dirasa lebih munguntungkan jika menggunakan jasa pihak ketiga, maka teman-teman bisa menggunakan layanan kalibrasi yang biasa teman-teman gunakan.

Jika ada yang ingin ditambahkan silakan berikan masukan melalui kolom komentar dibawah.

Referensi :

https://shop.brand.de/en/liquid-handling/micropipettes.html

https://www.coleparmer.com/p/cole-parmer-disposable-transfer-pipettes/47805

Perhitungan (Air Change Hour) dan Prinsip Kalibrasi Balometer

Pada artikel kali ini kita akan membahas sedikit yang berhubungan dengan HVAC, atau khususnya tentang cara pengukuran airflow, perhitungan ACH (Air Change Hour) pada ruang serta prinsip kalibrasi balometer dimana alat ini adalah alat ukur aliran udara. Namun sebelum membahas mengenai hal-hal tersebut, ada baiknya kita memahami mengenai beberapa istilah / terminologi berikut ini :

  • Airflow adalah aliran / pergerakan udara.
    Contoh : Pergerakan udara dari inlet air yang masuk dari hepa filter di ceiling / plafon yang mengalir ke ruangan kemudian di hisap atau masuk ke Exhouse air atau saluran buang. Laju aliran udara atau air flow biasanya dinyatakan dengan satuan FPM

gambar aliran udara

  • Volume udara adalah Jumlah dari berapa banyak udara yang mengalir di dalam ruangan, Volume tersebut dinyatakan dengan satuan CFM atau Cubic Feet per Minute. CFM ini adalah satuan yang biasa muncul di alat ukur laju alir udara yang kita pakai, yaitu balometer dan anemometer. Gambar dibawah ini merupakan tampilan dari unit alat anemometer dan balometer.

kalibrasi balometer

Perbedaan dari kedua alat ini adalah jika menggunakan balometer maka yang muncul di displaynya sudah dalam satuan volume udara yang mengalir pada hepa filter, misal : pada titik hepa filter tersebut dengan luas ukurannya 24 x 48 inch. Di display balometer tersebut sudah dalam bentuk volume satuan CFM atau Cubic Feet per Minute.

Namun jika kita menggunakan alat anemometer maka satuan yang muncul masih dalam FPM (Feet per minute), atau belum dikonversi ke satuan volume. Jadi jika kita melakukan pengukuran dengan menggunakan Anemometer maka nanti kita harus mengukur di beberapa titik di luasan hepa filter itu, bisa 5 titik atau 6 titik tergantung dengan luas dari hepa filter itu sendiri, sehingga nanti kita harus melakukan penghitungan-perhitungan lebih lanjut, namun jika menggunakan balometer maka satuan yang muncul di display itu sudah dalam bentuk volume keseluruhan sehingga kita tidak perlu lagi menghitung di setiap titik nya.

Tampilan pengukuran dengan menggunakan balometer untuk beberapa brand alat saat inipun bisa langsung terhubung ke smartphone android kita dengan satuan volume atau CFM atau Cubic Feet per Minute mengalir pada satu hepa filter, dan hal ini tentunya akan sangat membantu kita dalam melakukan kegiatan pengukuran.

Contoh jika kita mengukur dengan alat balometer maka kita cukup melakukan pengukuran pada 5 titik saja sehingga nanti kita lebih mudah dan juga lebih cepat dalam melakukan pengukuran berapa flow keseluruhan atau berapa volume udara yang masuk kedalam ruang. Untuk beberapa alat balometer, hasil dari pengukuran tersebut bisa kita cetak secara langsung yang memberikan informasi mengenai waktu pengukuran, volume udara yang masuk, suhu udara di hepa filter yang kita ukur tersebut atau suhu udara yang kita ukur, namun karena ini penguukuran laju alir udara maka kita tetap fokus hasil volume udara yang mengalir pada masing-masing hepa filter.

Cara Menghitung Air Changes Per Hours (ACH)

Pengertian Air Changes Per Hours (ACH) adalah Jumlah pergantian udara yang terjadi dalam waktu satu jam di suatu ruangan, Air Changes Per Hours (ACH) atau pergantian udara ini sangatlah penting karena menjadi standar yang harus kita penuhi, jika kita melakukakan instalasi tata udara pada ruang-ruang cleanroom / bersih.

Berikut ini adalah tabel panduan ketika kita mendesain sebuah ruangan bersih atau ruang cleanroom, disini kita mencoba untuk menghitung clean room dengan kelas 10.000 Micron, dimana diketahui bahwa nilai Air Changes Per Hours (ACH) nya adalah antara 20-40 kali per jam dimana artinya minimal 20 dan maksimal 40.

tabel air change hour

Cara untuk mengetahui berapa nilai Air Changes Per Hours (ACH) yang seharusnya kita penuhi sebelum kita melakukan instalasi tata udara di ruang cleanroom sangatlah sederhana yaitu kita harus mengetahui dulu Berapa Air Changes Per Hours (ACH) serta berapa volume udara yang kita butuhkan untuk memenuhi standar (lihat nilai pada tabel diatas)

Nilai Air Changes Per Hours (ACH) berdasarkan tabel adalah antara 20-40. Untuk perhitungan kita ambil contoh yang paling kecil yaitu 20 kali perjam, maka cara menghitungnya adalah :

Jadi target minimal flow udarannya adalah volume ruang x Air Changes Per Hours (ACH) -> Lihat data pada tabel diatas.

Kita lihat dari tabel diatas antara 20 – 40, kita mengambil yang 20 kali sebagai contoh ruangan OK

Lebar : 5,85 meter
Panjangnya : 6,85 meter
Tinggi : 3 meter
Maka volume ruang tersebut adalah 120,2 M3

Kemudian Air Changes Per Hours (ACH) kita lihat tabel adalah 20 kali, maka kita menggunakan 20 kali per jam. Maka target flow udara yang masuk kedalam ruangan volume totalnya adalah :

120,2 M3 x 20 = 2404 CMH (Cubik meter per hour)

Sehingga target dalam ruangan dengan volume ruang 120.2 M3 ini volume udara yang mengalir kedalam ruangan yang disupply itu minimal adalah 2404 CMH.

Nilai tersebut kita gunakan acuan untuk menentukan Booster fan itu harus mampu memberikan supply udara minimal 2404 CMH.

5 buah hepa filter

Misal hasil pengukuran dengan menggunakan balometer (total flow udara) di ruangan menghasilkan data sebagai berikut :

V = Total flow Udara

V = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 + V6

V1 = 334
V2 = 351
V3 = 325
V4 = 330
V5 = 345

Maka total keseluruhan volume udara yang mengalir melalui 5 hepa filter kedalam ruangan adalah :
Maka V = 1685 CFM Atau jika dikonversi menjadi V = 2847 CMH

Kemudian kita akan mencocokkan Apakah instalasi tata udara yang kita pasang tadi yang sudah kita ukur menggunakan balometer tadi sesuai dengan ketentuan yang ditentukan bahwasanya harus minimal 20 kali ACH nya Apakah sudah benar apa belum.

Maka bisa kita hitung menggunakan rumus seperti ini :

ACH = V Udara / V Ruang
ACH = 2847 CMH / 120.2 M3
ACH = 23,68 Kali / Jam

Sehingga jika kita tadi mengambil batas paling rendah yaitu 20 kali per jam ACH nya sesuai dengan tabel yang kita tampilkan diatas maka instalasi tata udara yang kita pasang pada ruangan tersebut sudah memenuhi standar ACH nya.

Bagian-bagian Alat Balometer :

Untuk mempelajari bagian dari alat balometer, maka kita gunakan contoh produk Alnor ELectronic Ballanciong TOol Model EBT730 / EBT731. Berikut ini adalah tampilannya :

alat balometer

Unit ini merupakan salah satu unit yang banyak digunakan karena dapat digunakan untuk dalam proses commisioning HVAC, pengetesan ruangan bersih dan biological safety cabinet, lemari asam, dll.

Fungsinya juga tidak terbatas untuk mengukur aliran udara saja, namun bisa digunakan untuk mengukur temperature, kelembaban udara, dan kecepatan udara.

Bagian utama dari alat ini adalah :

1. Micromanometer

Merupakan unit pengukur dari beberapa parameter yang telah disebutkan diatas. Unit ini mempunyai fitur penyimpan data dimana data tersebut dapat di download di PC menggunakan software. Bagian-bagian alat micrometer tersebut bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

display balometer

2. Flow Hood

bagian bagian alat balometer

Bagian bagian Flow Hood  seperti yang kita lihat pada gambar diatas :
No. 1 : Fabric Hood – Basic Hood Asembly
No. 2 : Base allow micromanometer to be attached
No. 3 : Micromanometer with display
No. 4 : Flap Actuator
No. 5 : Read SwitchPada bagian capture hood

3. Capture Hood Stand

Asesoris ini didesain untuk memudahkan pengukuran, karena terdapat roda dibagian bawahnya, maka dalam melaukan pengukuran kita tidak perlu capek-capek dengan mengangkat unit balometer itu sendiri, melainkan cukup dengan mendorongnya. Untuk pembacaan hasil pengukurannyapun dapat kita lihat menggunakan android yang tentunya menggunakan software yang telah kita download sebelumnya.

stand balometer

Contoh Sertifikat Kalibrasi Balometer :

contoh sertifikat kalibrasi balometer

Gambar diatas merupakan contoh dari sertifikat kalibrasi balometer, dapat dilihat bahwa unit tersebut dikalibrasi dengan beberapa parameter yaitu temperature, differential pressure, barometer, dan flow meter nya, dimana hasil pengukuran alat balometer tersebut dibandingkan dengan standar yang tertelusur ke satuan SI.

Jika teman-teman ada yang ingin melakukan kalibrasi balometer bisa menggunakan suplier tempat dimana membeli unit tersebut, atau juga bisa menggunakan jasa kalibrasi disini.

Referensi :

Sumber gambar : https://tsi.com/

Pemilihan dan Verifikasi Metode (Klausul 7.2.1 ISO 17025)

pemilihan dan verifikasi metodeJika pada artikel sebelumnya kita membahas mengenai jaminan mutu di laboratorium, maka kali ini kita akan belajar mengenai bagian dari  klausul 7.2 dari ISO / IEC 17025 : 2017 dimana klausul ini membahas mengenai metode verifikasi dan validasi. Sebelum masuk ke pembahasan tersebut ada baiknya kita memaahami terlebih dahulu mengenai arti istilah verifikasi dan validasi.

Pengertian Verifikasi

verifikasi adalah penyediaan bukti objektif bahwa butir yang diberikan memenuhi persyaratan yang ditentukan / kegiatan yang membuktikan bahwa suatu persyaratan sudah dipenuhi, sehingga didalam kegiatan verifikasi tersebut ada persyaratan dan diakhiri dengan kesimpulan, apakah kesimpulannya verify atau tidak verify tergantung tujuan dari verifikasi tersebut.

Contoh :
Kegiatan konfirmasi bahwa material acuan yang diberikan adalah homogen untuk nilai besaran dan prosedur pengukurannya bersangkutan hingga ke bagian pengukuran yang memiliki massa 10 mg.

Jadi ketika bahan acuan ini dinyatakan memiliki homogenitas sampai kadar per 10 mg maka kita perlu membuktikan homogenitasnya, nah pembuktian ini disebut sebagai verifikasi.

Pengertian Validasi

Validasi adalah kegiatan verifikasi dengan persyaratan yang ditentukan pemakai untuk tujuan penggunaan. Kalau verifikasi tadi kita hanya membuat atau melakukan kegiatan untuk membuktikan bahwasanya suatu persyaratan itu telah terpenuhi maka kalau validasi adalah verifikasi yang dilanjutkan untuk tujuan penggunaannya.

Contoh :

Suatu prosedur pengukuran biasanya digunakan untuk pengukuran konsentrasi massa nitrogen dalam air tapi metode tersebut ingin kita gunakan untuk mengukur konsentrasi massa nitrogen dalam serum manusia bisa atau tidak. Nah kegiatan ini disebut dengan validasi.

Secara garis besar klausul 7.2 SNI ISO / IEC 17025 : 2015 yang berjudul pemilihan verifikasi dan validasi metode, dimana klausul tersebut terdiri dari 2 sub klausul, yang masing-masing juga terdiri dari sub sub klausul yang lebih kecil lagi. Pada artikel ini yang kita bahas hanyak klausul 7.2.1 nya terlebih dahulu.

Klausul 7.2.1 Pemilihan dan Verifikasi Metode

Seperti yang sudah diinfokan di awal Sub Klausul 7.2.1 ini terdiri dari sub-sub klausul lagi.

Klausul 7.2.1.1

Laboratorium harus menggunakan metode dan prosedur yang sesuai untuk semua kegiatan laboratorium dan jika sesuai untuk evaluasi ketidakpastian pengukuran serta teknik statistik untuk analisis data.

catatan tambahan : metode yang digunakan dalam dokumen ini dapat dianggap sama dengan istilah prosedur pengukuran yang didefinisikan dalam standar ISO.

Jadi ketika kita melakukan pengujian dan kalibrasi harus menggunakan metode yang tepat, begitu juga evaluasi ketidakpastian juga harus tepat. Metode harus digunakan sesuai peruntukannya.

Misalnya, kita akan melakukan kalibrasi timbangan maka harus menggunakan metode kalibrasi timbangan sehingga laboratorium melaksanakan kegiatan kalibrasi sesuai dengan metodenya.

Baca Juga : Jasa Layanan Kalibrasi Timbangan

Jika dalam metodenya disebutkan bahwasanya melakukan pengulangan penimbangan atau repeatability sebanyak 10 kali maka kita dikatakan telah menggunakan metode dengan tepat ketika melaksanakan sesuai dengan metode yang tertulis. Jadi prakteknya juga harus menimbang sebanyak 10 kali sebagaimana dalam metodenya.

Ketika kita salah memilih metode misalnya metode untuk kalibrasi timbangan tapi digunakan untuk kalibrasi instrumen lainnya maka hal ini bisa menjadi ketidaksesuaian pada klausul 7.2.1.1 SNI ISO / IEC 17025 : 2017.

Begitu juga ketika proses metode itu mengharuskan kegiatannya dengan urutan 1 – 2 – 3 tapi dalam praktek laboratorium urutannya tidak seperti itu (misalnya dengan urutan 2 – 3 – 1) maka hal ini bisa menjadi ketidaksesuaian, karena tidak menetapkan menerapkan metode dengan tepat.

Begitu juga untuk perhitungan atau evaluasi ketidakpastiannya juga harus tepat. Secara umum untuk kalibrasi menggunakan ISO GUM untuk evaluasi ketidakpastiannya.

Contoh lain ketidaksesuaian mengenai penggunaan metode yang tidak tepat :

Laboratorium hanya mengutip judul dokumen standar tertentu, misalnya ketika mengkalibrasi mikrometer dia menyebutkan acuannya JIS B7502, tetapi substansi instruksi kerja tidak sesuai dengan isi dokumen standar tersebut. Hal ini bisa terjadi karena laboratorium tidak memiliki dokumen aslinya atau tidak memahami isi dokumen tersebut, atau kita sudah mempunyai dokumen tersebut tapi tidak mengkajinya terlebih dahulu sebelum menulisnya ke dalam instruksi kerja.

Contoh ketidaksesuaian lainnya yaitu, Laboratorium yang mengacu ke dokumen standar yang sebetulnya adalah standar spesifikasi bukan standar metode kalibrasi,

Dokumen standar spesifikasi mungkin menetapkan batas toleransi untuk benda / alat yang dikalibrasi tersebut, tetapi tidak menguraikan cara mengukurnya. Jadi dokumen standar seperti ini sebetulnya tidak tepat untuk diacu sebagai metode kalibrasi.

Klausul 7.2.1.2

Semua metode prosedur dan dokumentasi pendukung seperti instruksi, standar, manual, dan data acuan yang relevan dengan kegiatan laboratorium harus dijaga mutakhir dan harus tersedia dengan mudah bagi personel.

Klausul ini mengharuskan kita melakukan pemantauan kemutakhiran dokumen. jadi ketika kita mengacu misalnya JIS b7502 untuk kalibrasi mikrometer, nah dokumen tersebut yang paling mutakhir edisi tahun berapa? misalnya di tahun 2016, setelah itu harus ada tindakan untuk mengetahui bahwa setiap dokumen yang kita jadikan acuan mutakhir, misalnya apakah kita akan membelinya yang baru, atau sebagainya.

Jika karena satu hal kita tidak dapat menerapkan dokumen yang mutakhir tersebut dan tetap ingin menggunakan dokumen versi sebelumnya yang sudah tidak berlaku, maka kita wajib untuk melakukan validasi terlebih dahulu karena dianggap sebagai metode pengembangan dari laboratorium.

Contoh Kasus :

Penggunaan metode AS 2853 : 1986 yang sebenernya sudah dinyatakan tidak valid lagi oleh penerbitnya.

Point dalam klausul 7.2.1.2 ini adalah harus ada pemantauan kemutakhiran dokumen yang menjadi dokumen acuan misalnya dalam interval satu tahun sekali.

Masih membahas klausul 7.2.1.2 ini dimana dokumen tersebut harus tersedia bagi personel atau distribusi dokumennya harus memadai, misalnya kalau instruksi kerja atau metode kalibrasi sudah Selayaknya bisa diakses oleh personil teknis atau analis, maka distribusinya juga harus memadai tidak hanya pada level managerial, tapi harus bisa diakses oleh personil yang menggunakannya.

Klausul 7.2.1.3

Laboratorium harus memastikan bahwa laboratorium menggunakan versi metode yang valid terbaru, kecuali jika itu tidak sesuai dan tidak mungkin digunakan jika diperlukan penerapan metode harus dilengkapi dengan rincian tambahan untuk memastikan penerapan yang konsisten

Misalnya : AS 2853 : 1986 yaitu temperatur enclosure yang biasa digunakan sebgai acuan untuk mengkalibrasi metode oven, inkubator, climatic chamber, dll.

Baca Juga : Efisiensi Budget Perusahaan dengan Program Kalibrasi Suhu

Lembaga teknis yang menerbitkan AS 2853 : 1986 itu sudah menyatakan bahwa AS 2853 : 1986 itu sudah tidak valid dan tidak diganti dengan versi yang baru. Artinya si pembuat dokumen saja sudah menyatakan tidak valid, maka kita yang tidak membuatnya tidak punya landasan untuk tetap menggunakan metode tersebut karena sudah dinyatakan tidak valid. Sehingga kita sebaiknya mengacu ke dokumen lain yang masih valid yang bisa digunakan untuk mengkalibrasi temperature / enclosure semacam Oven, inkubator, dll.

Misalnya : DKD 57 yang digunakan untuk mengkalibrasi climatic chamber, kita bisa mengambil dari sisi suhunya saja.

catatan :

Standar internasional, regional, atau nasional yang memuat informasi yang cukup dan ringkas tentang cara melakukan kegiatan kalibrasi itu tidak perlu dilengkapi atau ditulis ulang Sebagai metode internal.

Jadi pointnya adalah metode baku tersebut tidak perlu ditulis ulang selama dipahami oleh personel bersangkutan, namun terkadang ada metode acuan dimana masih menggunakan bahasa inggris dan untuk level pelaksana mengalami kesulitan dalam penerjemahannya, sebaiknya laboratorium membuat metode dengan bahasa yang mudah dipahami berdasarkan acuan metode baku tersebut.

Klausul 7.2.1.4

Bila pelanggan tidak menentukan metode yang akan digunakan, laboratorium harus memilih metode yang tepat dan memberitahu pelanggan tentang metode yang dipilih. Metode yang diterbitkan baik dalam standar internasional, regional, ataupun nasional, atau oleh organisasi teknis yang memiliki reputasi baik, atau dalam naskah ilmiah atau jurnal yang relevan atau yang dinyatakan oleh produsen peralatan itu direkomendasikan.

Metode-metode yang disebutkan diatas kita mengenalnya sebagai metode baku.

Berikut ini adalah beberapa metode baku lainnya adalah :

  • Metode yang diterbitkan dalam standar baik itu standar internasional regional atau nasional
    Contoh : Metode yang diterbitkan oleh ISO, ASTM, SNI, JIS dan standar lainnya.
  • Metode yang diterbitkan oleh organisasi teknis yang memiliki reputasi baik.
    Contoh : Metode yang diterbitkan oleh SNSU BSN, DKD, NIST, dll
  • Metode dalam naskah ilmiah atau jurnal yang relevan kemudian ada juga
  • Metode yang dinyatakan oleh produsen alat

Selain itu metode yang dikembangkan atau dimodifikasi oleh laboratorium juga dapat digunakan atau dalam kata lain kita boleh menggunakan metode yang tidak baku. Tentunya metode tidak baku tersebut harus divalidasi terlebih dahulu.

Klausul 7.2.1.5

Laboratorium harus memverifikasi bahwa dapat melakukan metode dengan benar sebelum penggunaannya dengan memastikan bahwa laboratorium dapat mencapai kinerja yang dipersyaratkan.

Jadi pointnya disini adalah metode baku itu harus diverifikasi sebelum digunakan.

Verifikasi adalah penyediaan bukti objektif bahwasanya persyaratan telah terpenuhi, persyaratan dalam metode baku tertuang dalam kinerja metode atau unjuk kerja metode. Nah untuk kegiatan verifikasi ini rekamannya harus disimpan.

Contoh Unjuk Kerja / Kinerja Metode :

  • Presisi
  • Akurasi
  • Limit of Detection
  • Sensitifitas
  • Rentang Ukur
  • Linieritas
  • dll

Jadi Proses Verifikasi ini adalah :

  • Kita melakukan eksperimen / pengujian sesuai dengan metode baku tersebut.
  • Dari hasil eksperimen / pengujian tersebut kita mendapatkan hasil untuk parameter unjuk kerja.
  • Kita bandingkan hasil tersebut diatas dengan kinerja metoda / unjuk kerja metode apakah masuk spesifikasi atau tidak.

Klausul 7.2.1.6

Jika dibutuhkan pengembangan metode, hal ini harus merupakan kegiatan terencana dan harus ditugaskan kepada personil yang kompeten yang dilengkapi dengan sumber daya memadai.

Jadi hal-hal apa saja yang dibutuhkan pada saat pengembangan metode, apakah larutan, standar, waktu, kondisi lingkungan, semuanya harus direncanakan terlebih dahulu. Dari sisi personel yang ditunjuk untuk melakukan pengembangan metode juga harus diberikan kewenangan sebagaimana yang tertuang dalam klausul 6.2 mengenai persyaratan sumber daya (personel)

Dan bagian terpenting harus dilakukan kaji ulang terhadap metode-metode tidak baku diatas.

Baca Juga : Persyaratan Kompetensi Personel Laboratorium

Klausul 7.2.1.7

Penyimpangan dari metode untuk semua kegiatan laboratorium terjadi hanya jika penyimpangan itu telah didokumentasikan, dibenarkan secara teknis, disahkan, dan diterima pelanggan.

catatan keberterimaan pelanggan atas penyimpangan dapat disepakati terlebih dahulu dalam kontrak.

Contoh :
Kalibrasi timbangan, berdasarkan metode titik massa yang diambil adalah per 10 %, misalnya analytical ballance dengan kapasitas 200 gr, maka sesuai metode dikalibrasi mulai dari 20 ; 40 ; 60 ; 80 gr, dst.

Nah bagaimana jika dalam kasus tertentu pelanggan meminta titik khusus misalnya 1 gr? Hal ini dimungkinkan selama kita mampu melakukannya, misalnya kita mempunyai standard anak timbangan tersebut dan tentunya terdapat pernyataan titik yang diminta dari pelanggan misalnya di tanda terima alat / di surat perintah kalibrasi. Nah bukti rekaman ini haruslah kita simpan.

Demikian penjelasan mengenai klausul 7.2.1 ISO 17025 : 2017. Jika ada yang ingin ditambahkan silakan melalui kolom komentar dibawah.

Alat Pemadam Api Ringan, Apa Saja Jenis dan Bagiannya?

Sebelum membahas mengenai jenis, bagian, serta cara menggunakan alat pemadam api ringan  (APAR), maka akan kita awali terlebih dahulu dengan teori segitiga api, karena APAR itu sendiri erat kaitannya dengan kebakaran. Kebakaran merupakan sesuatu yang sangat tidak kita inginkan. Kebakaran terjadi tentu tidak dengan sendirinya. Ada elemen-elemen dimana kebakaran ini dapat terjadi. Ketiga elemen inilah yang sering disebut dengan segitiga api.

Elemen Segitiga Api

segitiga api

1. Oksigen

Secara normal kandungan oksigen dalam suatu udara adalah 20%.

3. Bahan bakar

Bahan bakar ini dapat berbentuk apa saja yang dapat terbakar. Jika dalam bentuk padatan maka semakin kecil bentukknya maka bahan tersebut semakin mudah menyala. Jika bahan tersebut berbentuk cair maka semakin rendah titik nyalanya maka semakin mudah juga bahan tersebut menyala. Sedangkan dalam bentuk gas dengan konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaannya.

3. Panas / Penyalaan

Hal ini disebabkan oleh berbagai macam sumber yang dapat menaikkan suhu diatas titik nyala misalnya dapat berasal dari listrik statis, percikan listrik (konsleting), perlengkapan pemanas, pipan pemanas, puntung rokok, percikan api yang berasal dari kegiatan pengelasan dan lain sebagainya.

Segitiga api tersebut merupakan syarat munculnya api. Jika satu unsur saja dalam segitiga tersebut dihilangkan maka api akan padam.

Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Tipenya

jenis kebakaran

1. Klasifikasi A

Yang terbakar adalah material organik, seperti kayu, arang. Alat pemadam api yang digunakan adalah air, AFFF.

2. Klasifikasi B(i)

Yang terbakar adalah cairan dan benda padat yang dapat dicairkan yang larut dalam air -aceton. Dimana alat pemadam digunakan jenis busa, cairan penguap, karbon dioksida, bubuk kering, AFFF

3. Klasifikasi B(ii)

Material yang terbakar adalah cairan dan benda padat yang dapat dicairkan yang tidak larut dalam air – bensin, lemak, lilin dengan pemadaman menggunakan busa, AFFF, cairan penguap, karbon dioksida, bubuk pengering

4. Klasifikasi C

Dengan material yang terbakar gas dan gas cair – propana, butana pemadaman dengan cara menisolasi sumbernya, atau dengan menggunakan bubuk kering.

5. Klasifikasi D

Untuk material logam – magnesium, alumunium padamkan dengan bubuk kering khusus

6. Klasifikasi F

Material minyak goreng dan lemak dengan pemadaman menggunakan substansi kimia basa

Jenis-Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

jenis jensi apar

Alat pemadam api ringan yang biasanya dijual di pasaran itu berbahan dasar ada 4 yaitu :

1. Jenis cairan atau air

Dimana kebakaran api yang dapat dipadamkan dengan Jenis cairan atau water ini yaitu kelas A dan kebakaran kelas C

2. jenis busa atau form

Dimana kebakaran yang bisa dipadamkan oleh busa ini yaitu kebakaran kelas A dan kebakaran kelas B

3. Jenis serbuk kimia atau dry chemical powder

Bahan serbuk kimia ini dapat memadamkan api dengan kelas A kelas B dan kelas C

4. Jenis karbon dioksida atau karbondioksida

Kebakaran yang dapat dipadamkan yaitu kelas api dengan kelas B maupun kelas C dan D

Bagian-Bagian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

bagian-bagian apar

1. lever atau tuas APAR

2. handle / pegangan APAR Hai

3. Pin

4. Manometer atau indikator tekanan APAR

5. Selang atau hose APAR

6. corong

7. Label informasi

Di dalam label informasi APAR itu terdapat petunjuk APAR, ranting APAR dan klasifikasi dan jenis APAR.

Cara Menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

cara menggunakan apar

1. Pastikan tekanan APAR dimana harus pada posisi hijau

2. Lepas PIN lepas PIN

3. Angkat APAR dengan memegang pegangan atau hendel

4. Lepaskan corong dan arahkan ke atas

5. Tekan tuas beberapa kali memastikan APAR bisa kita gunakan

6. Arahkan corong ke Sumber Api dengan jarak 2 sampai 3 meter

7. Tekan tuas Arahkan semburan APAR ke titik api

8. Apabila api sudah padam APAR kita Letakkan kembali ke posisi terbaring yang menandakan APAR kosong dan tidak bisa kita gunakan kembali

Cara Perawatan Alat Pemadam Api Ringan

  1. Pastikan jarum pada pressure gauge dalam posisi hijau

2. Pastikan lever dengan hendel itu tidak berkarat

3. Pastikan selang-selang tidak tersumbat

4. Pastikan Silinder atau tabung itu tidak berkarat

5. Pastikan Label informasi karena didalam diberi informasi ini terdapat semua jenis-jenis Crush yang diperuntukkan untuk kita gunakan dan cara perawatannya jangan sampai label informasi ini kadaluarsa

Semoga bermanfaat.

Informasi Terdokumentasi dan Prosedur Pengendalian Dokumen

pengertian pengendalian dokumen adalah

Sebelum kita membahas tentang Apa itu informasi terdokumentasi, ada baiknya kita mengenal istilah yang paling sering digunakan dalam penerapan sistem manajemen berbasis ISO terkait informasi terdokumentasi, yaitu dokumen atau dokumen acuan kerja dan catatan atau rekaman.

  • Dokumen atau dokumen acuan adalah informasi dan media pendukungnya yang menjadi acuan kerja, contohnya bisa berupa kebijakan perusahaan, kumpulan prosedur, instruksi kerja, petunjuk teknis, dll.
  • Catatan atau rekaman adalah bukti hasil kegiatan kerja yang terdokumentasi dimana dapat berupa dokumen khusus hasil kegiatan kerja, kumpulan data, informasi digital ataupun informasi analog yang dibuat, diambil dan dikelola dalam rangkaian kegiatan kerja

Kedua istilah tersebut diatas baik berupa dokumen acuan kerja ataupun bukti hasil kerja jika dalam Standar ISO versi terbaru disebut sebagai informasi terdokumentasi.

Sederhananya Informasi terdokumentasi adalah informasi yang diperlukan untuk dikendalikan dan dikelola oleh suatu organisasi termasuk medianya dimana informasi tersebut terkandung. Informasi terdokumentasi bisa dalam bentuk atau jenis media apapun.

Persyaratan umum dalam klausul 7.5.1 ISO 9001 : 2015

Sistem manajemen mutu harus meliputi informasi terdokumentasi yang dipersyaratkan oleh standar internasional ISO tersebut dan sistem manajemen mutu organisasi harus meliputi informasi terdokumentasi yang ditentukan oleh organisasi untuk keefektifan sistem manajemen mutu.

Contoh dokumen acuan kerja yang wajib tersedia sesuai persyaratan ISO 9001 : 2015

  • Ruang lingkup
  • Kebijakan mutu
  • Sasaran mutu
  • Kriteria untuk evaluasi pemasok
  • dll

Baca Juga : Hirarki Dokumen dalam Sistem Manajemen Laboratorium ISO 17025 : 2017

Hal diatas adalah contoh dokumen acuan kerja yang wajib tersedia menurut persyaratan ISO 9001 : 2015.

Contoh lainnya adalah contoh bukti atau catatan atau rekaman yang wajib tersedia, dipelihara, dikelola, dan disimpan sesuai persyaratan ISO 9001 : 2015

Informasi terdokumentasi yang disyaratkan oleh kebutuhan organisasi untuk keefektifan sistem manajemen yang ditetapkan umumnya dapat diketahui melalui identifikasi proses atau pemetaan proses sehingga kita bisa menentukan proses-proses apa saja yang perlu didokumentasikan untuk keefektifan penerapan sistem manajemen sesuai kondisi perusahaan masing-masing.

Contoh identifikasi proses dapat dalam bentuk peta proses. Peta proses tersebut ditetapkan bersama-sama dengan tim ISO Anda lainnya atau jika ada bersama wakil manajemen atau management representative. Dari peta proses ini kita bisa menentukan misalnya kebijakan operasional, prosedur apa saja yang diperlukan yang selanjutnya dapat memperkirakan dokumen-dokumen pendukung lainnya yang dibutuhkan untuk memastikan keefektifan penerapan sistem manajemen sesuai kondisi perusahaan masing-masing

Mari kita lihat contohnya…

Berikut ini adalah beberapa contoh informasi terdokumentasi yang dibutuhkan untuk efektifan penerapan. sistem manajemen di masing-masing perusahaan dan tentunya a bisa berbeda-beda antar pulsanya dan ini adalah contoh lainnya dengan demikian bisa kita pahami bahwa masing-masing perusahaan memiliki kebutuhan terkait dengan informasi terminasi yang berbeda-beda untuk tujuan keefektifan masing-masing selain yang dipersyaratkan oleh sistem internasional yang dijadikan acuan

Faktor yang Mempengaruhi luasnya informasi terdokumentasi

1. Ukuran organisasi dan jenis kegiatannya termasuk proses produk dan jasa yang dihasilkan, misalnya lingkup penerapan sistem manajemen tersebut mencakup lokasi kantor pusat dan beberapa cabang atau di lokasi lainnya, artinya semakin besar ukuran organisasi tersebut maka akan semakin luas dan detail informasi terdokumentasi yang dibutuhkan

2. kompleksitas proses dan interaksinya. jadi semakin Kompleks proses kegiatan kerja di tempat kita maka semakin luas dan detail informasi perlu mentasi yang harus kita bangun.

3. Kompetensi personilnya dan pentingnya suatu aktivitas. Makna penting disini maksudnya adalah ketika ketidakberadaan informasi terdokumentasi tersebut maka dapat mempengaruhi mutu atau kinerja proses atau produk.

Baca Juga : Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Sesuai Standar ISO 17025

Klausul 7.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi

Klausul 7.5.3.1 ISO 9001 : 2015

Informasi terdokumentasi yang diperlukan oleh sistem manajemen mutu organisasi dan standar internasional ini harus dikendalikan untuk memastikan tersedia dan sesuai untuk digunakan dimana dan saat kapan diperlukannya informasi terdokumentasi tersebut dan juga harus dikendalikan untuk memastikan terlindungi dengan baik.

Terlindungi disini maksudnya adalah terlindungi dari hilangnya kerahasiaan, penggunaan yang tidak benar, atau hilangnya keutuhan informasi.

Klausul 7.5.3.2 ISO 9001 : 2015

Untuk mengendalikan informasi terdokumentasi maka organisasi harus menangani kegiatan berikut ini sebagaimana berlaku :

1. Adanya kegiatan distribusi, akses, temu balik dan penggunaan.

2. Kegiatan penyimpanan dan pemeliharaan termasuk memastikan agar dokumen acuan kerja maupun catatan tetap dapat terbaca yaitu dokumen tersebut haruslah dapat terbaca oleh pengguna, mesin, aplikasi atau komputer yang digunakan.

Kedua kegiatan ini berlaku untuk pengendalian dokumen acuan kerja dan juga pengendalian catatan

3. Kegiatan pengendalian perubahan atau pengendalian versi dokumen.

Hal ini berlaku untuk pengendalian dokumen acuan kerja. Lalu bagaimana dengan form yang belum diisi atau blanko dimana form yang belum diisi atau blanko termasuk kategori dokumen acuan kerja sehingga tetap harus dikendalikan versinya atau revisinya.

4. Kegiatan penentuan dan penerapan masa simpan dan penyusutan.

Umumnya pengedalian ini terkait dengan pengendalian catatan atau rekaman.

5. Kegiatan pengendalian dokumen eksternal.

Yaitu dokumen yang berasal dari pihak luar organisasi yang dibutuhkan oleh organisasi dan dapat dijadikan bagian dari acuan kerja atau referensi.

Pengendalian dokumen acuan kerja adalah terkait dengan poin-poin :

  • Distribusi
  • Akses Temu Balik
  • Penggunaan
  • Penyimpanan
  • Pemeliharaan Pengendalian perubahan
  • Pengendalian dokumen eksternal

Contoh pengendalian dokumen

Pengendalian Dokumen Internal

Berikut ini adalah alur pengolahan dokumen dalam bentuk Hardcopy

  • Pomohon menyerahkan dokumen yang akan dikendalikan ke pengendalian dokumen.
  • Pengendali dokumen memastikan agar dokumen ditinjau dan disetujui sebelum didistribusikan sesuai dengan ketentuan pengesahan dokumen acuan kerja yang berlaku, misalnya : ditinjau oleh atasan pemohon lalu disetujui oleh perwakilan manajemen.
  • Setelah itu kembali ke pengendali dokumen maka dijadikan dokumen master atau asli, misalnya : dengan memberi tanda atau stempel dokumen master atau dokumen asli.
  • Pengendali dokumen menggandakan atau memperbanyak dokumen master tersebut sejumlah pihak yang akan diberikan dokumen tersebut. Dan sebagai tanda dokumen tersebut terkendali misalnya dengan diberi tanda atau stempel kontrol Copy atau salinan terkendali atau dokumen terkendali.
  • Setelah itu barulah didistribusikan kepada para pihak yang telah ditentukan sebagai penerima salinan dokumen terkendali tersebut. Maksud dari dokumen terkendali disini adalah pihak yang menerima dokumen tersebut akan selalu mendapatkan dokumen versi terbaru dari pengendali dokumen dan versi dokumen lama akan ditarik oleh pengendali dokumen.

Pengendalian Dokumen eksternal

  • Pemohon menyerahkan dokumen eksternal yang akan dikendalikan ke pengendali dokumen.
  • Pengendalian dokumen memastikan agar dokumen eksternal tersebut terdaftar dan diketahui oleh perwakilan manajemen, misalnya : dengan mendaftarkannya dalam daftar dokumen eksternal yang disetujui oleh perwakilan manajemen
  • setelah itu dikembalikan ke pengendali dokumen untuk didistribusikan ke sejumlah pihak dan untuk identitas bahwa dokumen tersebut adalah dokumen eksternal dapat diberi tanda atau stempel dokumen eksternal.

Pengendalian Catatan atau Pengendalian Rekaman

Tujuan pengendalian catatan adalah agar kita dapat menyatukan bukti kegiatan kerja yang berhubungan untuk menjamin kelengkapan atau kebutuhan informasi agar kita dapat memberikan tempat penyimpanan yang aman selama catatan atau rekaman tidak digunakan serta kita dapat memastikan bahwa catatan atau rekaman tersedia saat dibutuhkan sebagai referensi atau bukti hasil kegiatan kerja, dan yang perlu kita perhatikan adalah apa yang kita simpan harus dapat ditemukan kembali.

Dalam pengendalian catatan atau rekaman maka akan terkait dengan kegiatan berikut ini :

  • Distribusi
  • Akses
  • Temu Balik
  • Penggunaan
  • Penyimpanan
  • Pemeliharaan
  • Pnentuan masa simpan
  • Penyusutan atau pemusnahan catatan

Untuk memudahkan proses pengendalian catatan maka kita bisa membuat daftar induk catatan atau rekaman dimana dalam daftar ini terdapat daftar bukti hasil kerja atau daftar catatan apa saja yang harus dikendalikan termasuk masa simpan catatan, dimana lokasi simpan, dan juga bagaimana metode Simpannya hingga metode pengalihannya kita tentukan atau dalam bahasa lainnya adalah ketentuan penyusutannya serta siapa penanggung jawabnya.

Masalah Ketika Tidak Ada Pengendalian Dokumen

Sistem pengendalian dokumen yang tepat merupakan salah satu hal yang krusial bagi perusahaan sebab setiap harinya sirkulasi dokumen di perusahaan terus berputar. Ada dokumen yang baru masuk, ada dokumen yang harus diperbarui, ada dokumen yang dipinjam, atau berpindah dari divisi satu ke divisi lain hingga dokumen yang sudah tidak lagi berlaku dan harus dimusnahkan. itu baru sirkulasinya belum lagi jika kita bedah dari tingkat Kepentingan dan kerahasiaannya dokumen tersebut.

Oleh karena itu tidak heran jika dibutuhkan sebuah sistem agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan dokumen sehingga efektivitas perusahaan juga bisa berjalan lancar.

lantas Apa saja masalah yang bisa timbul jika perusahaan tidak memiliki sistem manajemen dokumen yang tepat?

1. Salah menggunakan acuan kerja

jika perusahaan tidak memiliki sistem dokumen kontrol yang tepat maka akan berpotensi menggunakan acuan kerja yang salah.

Misalnya : Saat perusahaan anda melakukan perbaruan pada sebuahg dokumen, pendistribusian yang menyeluruh adalah hal yang utama namun jika anda tidak memiliki sistem dokumen kontrol maka alur pendistribusian akan sulit diawasi sehingga potensi adanya divisi kantor cabang dan pihak-pihak internal lain yang tidak mendapatkan info seputar perbaruan tersebut bisa saja terjadi

Bayangkan jika salah satu divisi masih menggunakan SOP (standadr Operating Procedure) yang lama, apa yang akan terjadi? Tentu hal ini berpengaruh besar pada keseluruhan kegiatan di perusahaan

2. Bukti kerja sulit ditemukan

Di dalam dokumen kontrol dikenal sebutan record atau berarti rekaman pencatatan sebagai dokumentasi kegiatan perusahaan, karena dilakukan berulang-ulang, rekaman terebut menjadi sangat banyak dan menumpuk, tanpa sistem yang benar bukti hasil kerja dalam bentuk record akan mudah tercecer dan sulit ditemukan ketika dibutuhkan

3. Pengguna akses ilegal

Tentu kita sepakat bahwa tidak semua orang berhak untuk mengakses dokumen di perusahaan tanpa pengawasan dari pihak yang ditunjuk, Hal ini dikarenakan sifat dokumen perusahaan yang rahasia karena isinya yang penting bagi keberlangsungan perusahaan. Oleh karena itu document management system atau dokumen kontrol ada untuk mencegah adanya pengguna akses ilegal dengan mengatur sistematika yang tepat terhadap sirkulasi dokumen termasuk siapa saja erat yang bertanggung jawab

4. Pemalsuan dokumen atau rekaman

Bukan hanya pengguna akses ilegal, dokumen perusahaan juga rentan dipalsukan untuk berbagai kepentingan, misalnya : mengubah tanggal pada dokumen atau memalsukan tandatangan menjadi masalah yang umumnya terjadi. Dengan adanya dokumen kontrol masalah-masalah tersebut dapat diminimalisir karena adanya pengawasan yang ketat terhadap masing-masing dokumen

5. Lemari arsip yang terlalu penuh

Seperti yang sudah disebutkan di awal, dokumen di perusahaan terus bertambah setiap harinya. Hal ini tentu saja akan membuat tempat penyimpanan baik itu lemari arsip maupun penyimpanan digital untuk dokumen dalam bentuk softcopy akan penuh. Di dalam dokumen kontrol dikenal yang namanya proses manajemen dokumen secara efektif meliputi penerbitan, pengesahan, pendistribusian, penyimpanan, dan pemusnahan.

Semoga bermanfaat.

Konsep Kelembaban Udara dan Kalibrasi Higrometer Sebagai Alat Ukurnya

Pada artikel kali ini kita akan belajar mengenai konsep dari kelembaban udara, jenis alat ukurnya, serta referensi yang bisa kita gunakan untuk kalibrasi higrometer sebagai alat ukur kelembaban udara.

Kelembaban udara adalah Jumlah kandungan uap air yang terdapat di udara, uap air itu sendiri merupakan zat air atau H2O dalam fase gas yang salah satunya terbentuk dalam proses evaporasi air permukaan dalam siklus hidrologi. Uap air sifatnya kasat mata atau tidak dapat dilihat oleh pandangan manusia, hal demikian membuat kita juga tidak bisa melihat kelembaban udara itu seperti apa, namun kelembaban udara dapat kita rasakan terutama ketika sedang atau setelah terjadinya hujan kabut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara

1. Suhu udara
Semakin tinggi suhu udara dalam suatu wilayah maka semakin rendah kelembaban udara dari wilayah tersebut. Suhu udara yang tinggi dapat mengembangkan volume udara sehingga membuat tekanan udara menjadi rendah.

Baca Juga : Pangkas Budget Perusahaan Dengan Program Kalibrasi Suhu

2. Tekanan udara

Semakin tinggi tekanan udara di suatu wilayah maka semakin tinggi pula kelembaban udara di wilayah tersebut, jadi pengaruh tekanan ini kebalikan dari suhu udara.

3. Pergerakan angin

Pergerakan angin dapat mempengaruhi proses penguapan yang terjadi sehingga ini sangat mempengaruhi kelembaban udara di wilayah tersebut, angin juga merupakan salah satu faktor pembentuk awan.

4. Intensitas penyinaran matahari

Semakin tinggi intensitas penyinaran matahari dan lamanya penyinaran matahari maka semakin rendah tingkat kelembaban dari wilayah tersebut

5. Kerapatan vegetasi

Apabila suatu tempat memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi maka kelembaban udaranya juga akan tinggi. Misalnya di hutan yang banyak ditumbuhi pepohonan yang tidak ditebang sama sekali / masih alami maka kerapatan vegetasi juga besar sehingga tempat tersebut sudah pasti mempunyai kelembaban udara yang tinggi. Sebaliknya jika kerapatan vegetasinya rendah misalnya di hutan yang gundul maka kelembaban udara di tempat tersebut juga rendah karena ada pengaruh sinar matahari yang masuk ke vegetasi tersebut sehingga kelembaban udara di tempat tersebut akan rendah

6. Ketersediaan air

Wilayah yang memiliki ketersediaan air yang banyak akan memiliki tingkat kelembaban udara yang tinggi karena kelembaban udara diukur dari banyaknya uap air yang terkandung didalam udara.

7. Topografi wilayah

Semakin tinggi suatu topografi wilayah maka semakin tinggi pula kelembaban udaranya, hal ini terjadi karena lapisan udara semakin tipis dan renggang sehingga tekanan udaranya semakin rendah. Jadi untuk wilayah yang berada di ketinggian maka kelembaban udaranya akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya di wilayah yang rendah maka tekanan udaranya juga semakin rendah.

8. Kerapatan udara

Semakin rapat udara di suatu tempat maka kelembaban udaranya pun semakin tinggi.

Jenis-jenis dari kelembaban udara

1. Kelembaban udara spesifik

Kelembaban udara spesifik ini adalah berat uap air per satuan berat udara (termasuk berat uap airnya) dengan satuan gram per kilogram gr/kg (hampir sama dengan tekanan udara).

2. Kelembaban Absolut

Kelembaban Absolut adalah berat uap air persatuan volume udara dengan satuan gram/m3

3. Kelembaban udara nisbi atau relatif

Merupakan perbandingan antara uap air yang betul-betul ada di udara dengan jumlah uap air dalam udara tersebut

jika pada temperatur dan tekanan yang sama udara tersebut akan jenuh dengan uap air, jadi ini kelembaban relatif perbandingan antara uap air yang betul-betul ada di udara dengan jumlah uap air yang ada didalam udara tersebut.

Rumus kelembaban reltif atau nisbi adalah :

K. Relatif / Nisbi = (Kelembaban Mutlak / Nilai jenuh udara) x 100 %

Contoh soal :

Suatu udara dalam ruangan laboratorium dengan ukuran 3 x 3 x 3 meter atau bervolume 27 meter kubik mengandung uap air sebanyak 378 gram, dan pada suhu udara 21 derajat celsius mengandung uap air sebanyak 20 gram. Berapa kelembaban relatifnya?

Penyelesaian :

Kelembaban Mutlak = 378 gr / 27 meter kubik = 14 gr / meter kubik
Nilai jenuh udara = 20 gr

Kelembaban Relatif = (Kelembaban Mutlak / Nilai jenuh udara) x 100 %

Kelembaban relatif = (14 / 20) x 100 % = 70 %

Alat ukur kelembaban udara Higrometer

Higrometer ini dia terbagi atas empat jenis

Higrometer logam

higrometer logam

Higrometer logam / juga disebut dengan higrometer logam kertas, karena menggunakan perubahan ukuran kertas dan Logam saat kelembaban berubah. Uap air diserap oleh lembaran kertas yang ditaburi garam yang melekat pada kumparan logam dan perubahan kelembaban udara akan menyebabkan kumparan berubah bentuk. Perubahan bentuk ini akan menggerakkan jarum indikator kelembaban udara. Bentuk alat ini sekilas hampir sama dengan kompas. Jenis higrometer ini adalah perangkat yang paling murah namun akurasinya terbatas

Baca Juga : Akurasi, Presisi, Kalibrasi, Ketertelusuran Pengukuran

Higrometer rambut

higrometer rambut
Higrometer ini menggunakan rambut manusia atau hewan mamalia lain sebagai pengukur kelembaban, ketika kelembaban berubah maka panjang rambut itu juga akan berubah.

Alat ini dapat dibuat lebih sensitif dengan menghilangkan minyak dari rambut terlebih dahulu dengan cara merendam rambut tersebut kedalam dietil eter. Higrometer jenis ini sudah sangat jarang kita temui.

Higrometer elektronik

thermohigrometer

Higrometer elektronik ini menggunakan dewpoint yang merupakan temperatur dimana sampel udara lembab (atau uap air lainnya) berada pada tekanan konstan mencapai saturasi uap air. Higrometer ini menggunakan perubahan suhu yang diakibatkan oleh perubahan kelembaban udara.

jenis alat ini adalah higrometer yang paling mahal namun juga paling akurat dengan akurasi kelembaban relatif sekitar 0,5 %

Psychrometer

Psychrometer
Alat untuk mengukur kelembaban relatif di atmosfer Melalui penggunaan dua termometer yaitu termometer bohlam kering dan termometer bohlam basah.

Termometer bohlam kering digunakan untuk mengukur suhu dengan yang terpapar di udara dan termometer bohlam basah mengukur suhu dengan membiarkan bohlam dicelupkan kedalam cairan, Perbedaan suhu akibat perbedaan kadar uap air kemudian dapat digunakan untuk mengukur kelembaban.

Higrometer di Dalam Industri

Higrometer dalam sebuah industri memegang peranan yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan mutu produk yang akan dihasilkan. Contoh :

  • Dalam area penyimpanan / gudang bahan baku dimana ada beberapa bahan tertentu yang harus disimpan dalam suhu dan kelembaban tertenu.
  • Dalam area filling di industri farmasi disarankan nilai humidity dibawah 35% karena semakin tinggi nilai humidity maka akan semakin tinggi kandungan uap air, dan dikhawatirkan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan.

Berikut ini adalah gambar dimana kondisi ideal penyimpanan untuk bahan tertentu :

 

Review Produk Higrometer Big Display TFA AZ HT 02

kalibrasi higrometer murah

Alat higrometer, saat ini hampir semuanya kita temui dengan parameter yang ditambahkan dengan temperature sebagai satu kesatuan. Diakui atau tidak thermohigrometer big display merupakan tipe yang banyak digunakan di industri meskipun dari sisi fitur dan spesifikasi bisa dikatakan alat ini yang paling sederhana atau minim fitur. Keunggulan dari alat ini mungkin hanyalah dari sisi harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan alat ukur kelembaban udara tipe lainnya.

Berikut ini adalah spesifikasi salah satu tipe thermohigrometer yang sangat laku di pasaran, AZ HT 02, sesuai dengan namanya mempunyai display yang besar yaitu 80 x 62 mm yang hanya digunakan untuk menampilkan pengukuran temperature dan kelembaban sehingga angkanyapun dapat terlihat dari kejauhan. Untuk rentang ukur dari alat ini adalah 10 C s/d +60 derajat celsius untuk temperature dan 10 % s/d 99 % R.H untuk humidity nya. Untuk akurasinya adalah berturut turut +/- 1 C dan +/-5 % R.H.

Untuk fitur lainnya pun terbilang sederhana yaitu dapat digantung di dinding karena mempunyai lubang di bagian belakang alat ataupun diletakkan di meja serta adanya peringatan jika bateray yang digunakan sudah hampir habis.

Meskipun terkesan minim fitur, alat ini banyak digunakan di industri makanan, Laboratorium, Sistem clean room, HACCP, HVAC, dan sistem transportasi.

Prinsip Kalibrasi Higrometer

Secara prinsip kalibrasi higrometer dilakukan dengan dengan menggunakan chamber / humidity generator dimana humidity generator ini dapat divariasi nilai kelembaban udaranya. Ada juga beberapa brand dari alat higrometer dimana menyertakan software dalam paket pembeliannya dimana kegiatan verifikasi / kalibrasi higrometer ini dilakukan dengan semacam humidity solution standar, keunggulannya adalah kita dapat melakukan verifikasi / kalibrasi higrometer dengan nilai humidity yang relatif rendah tergantung dengan nilai humidty standar yang kita gunakan. Untuk melakukan kalibrasi alat ukur humidity ini bisa menggunakan laboratorium kalibrasi yang sudah teman-teman kenal atau bisa menggunakan jasa kalibrasi disini.

Demikian artikel mengenai kelembaban udara, jika ada yang ingin ditambahkan silakan tinggalkan komentar melalui kolom dibawah ini.

Pengertian, Cara Kerja, Serta Kalibrasi Tapped Density Tester

Dalam beberapa industri, kerapatan suatu material, contohnya produk granulasi / ruahan pada industri farmasi, raw material pada industri bahan baku, industri semen, dll merupakan parameter yang sangat penting, sehingga perlu dilakukan analisa untuk mengetahui nilainya. Alat yang digunakan untuk melakukan analisa kerapatan tersebut disebut dengan tapped density tester. Pada artikel kali ini, Kita akan membahas cara pemakaian, bagian-bagian alat serta kalibrasi tapped density tester.

Pengertian Bulk Density

Bulk density adalah perbandingan antara massa sampel yang dalam kondisi belum dimampatkan dengan volumenya. Satuan bulk density adalah gram / ml, meskipun dalam satuan internasional adalah kg / m3 karena pengukuran dilakukan menggunakan gelas ukur yang tentunya sampel yang terdapat di dalam gelas ukur tersebut dapat diukur volumenya. Terkadang satuannya juga dinyatakan dalam gram / cm3.

Kondisi dari sampel yang akan diukur bulk densitynya tersebut tentunya tergantung pada tahapan persiapan, perlakuan, dan penyimpan sampel itu sendiri, contoh disimpan dalam kondisi yang sudah dimampatkan, dsb. Hal tersebut menyebabkan bulk density memiliki nilai reproducibility yang kurang bagus ketika dilakukan pengulangan analisa.

Cara Mengukur Bulk Density Dengan Gelas Ukur

Prosedur :

  • Lewatkan sampel melalui ayakan laboratorium dengan ukuran lebih besar atau sama dengan 1.00 mm, Jika perlu, untuk memecah gumpalan yang mungkin terjadi terbentuk selama penyimpanan, gerus dengan lembut untuk menghindari perubahan sifat bahan.
  • Timbang 100 gram sampel dengan timbangan yang mempunyai akurasi 0.1 % ke dalam gelas ukur 350 ml yang mempunyai daya baca 2 ml tanpa dimampatkan. Ratakan sampel dengan hati-hati tanpa memadatkan, Hitung bulk density dalam satuan gram / ml.
  • Jika kepadatan sampel terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga sampel yang belum dimanmpatkan volumenya terlihat lebih dari 250 ml atau kurang dari 150 ml, maka tidak mungkin menggunakan sampel 100 gr, Oleh karena itu, jumlah sampel dengan berat yang lain bisa digunakan sedemikian rupa sehingga volume yang belum dimanpatkan adalah adalah antara 150 ml hingga 250 ml (volume nyata lebih besar dari atau sama dengan 60% dari total gelas ukur).

Catatan : Jika sampel terlihat mempunyai volume di dalam gelas ukur antara 50 ml s/d 100 ml, maka penggunaan gelas ukur dengan volume 100 ml dengan daya baca 1 ml dapat digunakan.

Berikut ini adalah salah satu contoh COA (Cerficate of Analysis) dari suatu bahan baku “soda ash dense” dimana salah satu parameter spesifikasinya adalah bulk density

contoh hasil analisa bulk denisty tester

Dapat dilihat bahwa hasil analisa bulk density dari “soda ash dense” tersebut diatas adalah 0.96 g/cm3. Jika kita sebagai industri yang menggunakan bahan “soda ash dense” tersebut, maka pada saat kedatangan bahan perlu dilakukan verifikasi terhadap hasil analisa bahan tersebut, salah satunya adalah bulk density.

Pengertian Tapped Density

Untuk tapped density hampir sama dengan bulk density, hanya saja volume yang digunakan dalam perhitungan adalah volume yang sudah dimanpatkan.

Pemampatan tersebut didapatkan dari gerakan naik turun gelas ukur melalui sistem alat tapped density tester. Prinsip kerja pemampatan sampel ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

prinsip kerja tapped density tester

Sampel pada berat tertentu dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml. Perputaran cam menyebabkan cylinder support bergerak naik turun, dan tentunya hal ini juga menyebabkan gelas ukur yang telah diisi sampel bergerak naik turun.

Setelah analisa selesai maka kondisi sampel tersebut merupakan kondisi sampel yang telah dimampatkan dan nilai tapped density bisa dihitung dari berat sampel dibagi dengan volume sampel yang telah dimampatkan.

Cara Mengukur Tapped Density Dengan Gelas Ukur

Peralatan

  • Unit alat tapped density tester
  • Gelas ukur 250 ml dengan daya baca 2 ml dan massa 220 gr dengan nilai toleransi 44 gram.

Prosedur

  • Lakukan pengaturan pada alat sehingga analisa berjalan selama 1 menit, dengan nilai jumlah ketukan 250 kali (dengan toleransi 15 ketukan), sedangkan untuk tinggi ketukan 3 mm (dengan nilai toleransi 0.2 mm). Untuk massa gelas ukur dengan holdernya tersebut adalah 450 gram (dengan toleransi 10 gram)
  • Lakukan proses ketukan / jalankan alat dengan jumlah ketukan 500 dan 1250 pada sampel yang sama.
  • Baca pembacaaan sampel yang sudah dimampatkan di dalam gelas ukur tersebut.
  • Jika perbedaan volume yang didapatkan pada jumlah ketukan 500 dan 1250 kurang dari 2 ml, maka gunakan jumlah ketukan 1250 untuk proses analisa.
  • Jika perbedaan volume yang didapatkan pada jumlah ketukan 500 dan 1250 lebih dari 2 ml, makanaikkan jumlah ketukan menjadi 1250 sampai selisih volume sampel yang sudah dimampatkan kurang dari 2 ml.
  • Lakukan validasi terhadap proses pengujian tersebut, rumus yang dipakai untuk menghitung tapped density (gr/ml) adalah Massa / Volume yang sudah dimampatkan.

Catatan : Jika tidak memungkinkan menggunakan sampel dengan berat 100 gr di dalam gelas ukur 250 ml seperti kasus pada bulk density diatas maka kita bisa menggunakan gelas ukur dengan ukuran 100 ml yang mempunyai daya baca 1 ml dengan berat 130 gr (toleransi 16 gr) dan berat total gelas ukur dan holder adalah 240 gr (dengan toleransi 12 gr).

Contoh Analisa Tapped Denisty Dengan Sotax TD1

Jika pada uraian diatas kita menggambarkan prinsip kerja dari bulk density dan tapped density, maka berikut adalah contoh aplikasi analisa tapped density tersebut menggunakan unit alat SOTAX TD1

Sebelum ke prosedur kerja alangkah baiknya kita mengenal bagian-bagian dari tapped density tester sotax TD 1 tersebut.

sotax td 1

Nama Bagian Alat Tapped Density Tester

1. Gelas Ukur
2. Cylinder holder
3. Display
4. Tombol Turning – / Press Button

Peralatan

Tapped Density Tester Sotax TD 1
Precision Ballance
Gelas Ukur 100 ml

Bahan

Sampel powder

Prosedur

  • Hidupkan alat dengan cara menghubungkan stop kontak dengan sumber arus listrik.
  • Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF yang terletak dibelakang alat sehingga display menunjukkan tampilan seperti gambar berikut :

sotax td1 display

  • Tekan tombol Turning – / Press Button (No. 3) sehingga display (No. 4) menunjukkan tampilan menu utama seperti pada gambar berikut :kalibrasi tapped density tester
  • Untuk melakukan pengaturan parameter, putar tombol turning – / press button (No. 3) searah jarum jam sehingga method (user) (No. 6) tersorot kemudian tekan tombol turning – / press button (No. 3) sehingga display menunjukkan tampilan gambar sebagai berikut :

cara analisa bulk density

  • Pastikan tulisan –user (No. 7) tersorot, jika tulisan – user (No. 7) tidak tersorot maka putar tombol turning – / press button (No. 3) sehingga tulisan – user (No. 7) tersorot kemudian tekan tombol turning – / press button (No. 3) sehingga display menunjukkan tampilan gambar berikut :

bulk density adalah

  • Pastikan tap count 1 (No. 8) menunjukkan angka 250, jika tap count 1 tidak menunjukkan angka 250 maka tekan tombol turning – / press button (No. 3) dan putar turning – / press button (No. 3) sehingga tap count 1 (No. 8) menunjukkan angka 250 kemudian tekan kembali tombol turning – / press button (No. 3)
  • Putar kembali turning – / press button (No. 3) searah jarum jam sehingga tulisan taps / min (No. 9) tersorot.

cara menghitung bulk density

  • Pastikan taps / min (No. 9) menunjukkan angka 250, jika taps / min (No. 9) tidak menunjukkan angka 250 maka tekan tombol turning – / press button (No. 3) dan putar tombol turning – / press button (No. 3) sehingga taps / min (No. 9) menunjukkan angka 250 kemudian tekan kembali tombol turning – / press button (No. 3)

seting sotax

  • Putar tombol turning – / press button (No. 3) searah jarum jam sampai dengan tulisan save & Exit (No. 10) tersorot kemudian tekan kembali turning – / press button (No. 3) sehingga display(4) kembali ke tampilan menu utama.
  • Untuk melakukan analisa tapped density, Tuang sampel yang akan dianalisa ke dalam gelas ukur 100 ml sampai dengan volume sampel 100 ml dan timbang massa dari sampel tersebut.
  • Pastikan tulisan start (No. 5) tersorot, dan tekan tombol turning – / press button (No. 3) sehingga display menunjukkan tampilan seperti gambar berikut

cara analisa tap density

  • Pastikan tulisan enter weight (g) beserta angkanya (No. 11) tersorot kemudian tekan tombol turning – / press button (No. 3) dan rubah angkanya sesuai dengan berat sampel yang telah ditimbang dengan cara memutar tombol turning – / press button (No. 3) kemudian tekan tombol turning – / press button (No. 3)
  • Pastikan angka pada enter volume (Vo) (ml) (No. 12) adalah 100 sesuai dengan volume sampel yang ditimbang.
  • Putar tombol turning – / press button (No. 3) searah jarum jam sehingga tulisan Countinue (No. 13) tersorot dan tekan kembali tombol turning – / press button (No. 3) sehingga display menunjukkan gambar berikut

cylinder holder

  • Letakkan gelas ukur (No. 1) ke dalam cylinder holder (No. 2) dan pastikan tulisan start test (No. 14) tersorot kemudian tekan tombol tombol turning – / press button (No, 3) sehingga analisa tap density berjalan dengan ditunjukkannya display seperti contoh dibawah ini :

contoh analisa tap density

  • Jika proses tap sudah selesai maka display akan menunjukkan tampilan seperti berikut

analisa selesai

  • Baca nilai akhir dari penurunan sampel pada gelas ukur setelah dilakukan proses tap. Kemudian putar turning – / press button (No. 3) hingga nilai menunjukkan volume sampel yang dihasilkan kemudian tekan kembali tombol turning – / press button (No. 3) sehingga display menunjukkan tampilan seperti pada gambar dibawah ini, Pada contoh gambar diberikan contoh untuk volume akhir dari hasil analisa adalah 90 ml.

hasil akhir analisa tap density

analisa tap density tester

  • Tulisan Stop Test (No. 15) akan tersorot dan tekan tombol turning – / press button (No. 3) sehingga display menunjukkan nilai tap density (No. 16) seperti tampilan gambar berikut

nilai tap density sampel

  • Baca nilai tap density (No. 16), Putar tombol turning – / press button (No. 3) sehingga tulisan exit (No. 17) tersorot, kemudian tekan tombol turning – / press button (No. 3) sehingga display (No. 4) kembali ke tampilan menu utama.

kembali ke menu awal

Prinsip Kalibrasi Tapped Density Tester & Toleransinya

Alat tapped density tester bekerja dengan 2 parameter utama, yaitu jumlah ketukan serta tinggi loncatan dari cylinder holder dimana gelas ukur yang berisi sampel ditempatkan. Sehingga dalam melakukan kalibrasi tapped density tester maka kedua parameter tersebut (jumlah ketukan serta tinggi loncatan) harus diperiksa dengan membandingkan standar yang tertelusur.

Toleransi alat ukur untuk tapped density tester adalah :

Jumlah ketukan : 250 kali (Toleransi 15 ketukan)

TInggi ketukan : 3 mm (Toleransi 0.2 mm)

Untuk melakukan kalibrasi tapped density tester, teman-teman bisa menggunakan laboratorium kalibrasi yang biasa teman-teman gunakan, atau juga bisa menggunakan layanan kalibrasi kami disini.

Semoga bermanfaat, jika ada yang ingin ditambahkan silakan dikirimkan melalui kolom komentar.

Referensi :

https://www.sotax.com/

https://www.usp.org/sites/default/files/usp/document/harmonization/gen-chapter/bulk_density.pdf

Apa Itu Total Organik Karbon (TOC)?

pengertian total organik karbon adalah

Sebelum membahas tentang Total Organik Karbon atau biasa disebut TOC (Total Organic Carbon) maka kita bahas sedikit tentang air. Karena TOC itu sendiri sangat berkaitan dengan pengukuran kualitas air.

Air merupakan salah satu kebutuhan mendasar di dalam hidup manusia, entah itu digunakan sebagai air minum atau pun aktifitas lainnya seperti mandi dll. Begitu juga dalam proses produksi industri manufakturing terutama di industri farmasi ataupun petrokimia.

Air yang digunakan dalam suatu industri (terutama industri farmasi) harus terbebas dari zat reaktif yang berbahaya. Proses pemurnian dasar dari air melalui filtrasi, destilasi, penyinaran sinar UV dan lain sebagainya merupakan contoh proses untuk mendapatkan kualitas air seperti yang diinginkan.

Sistem Pengolahan Air Dalam Industri Farmasi

fungsi toc analyzer dalam industri farmasi

Pengolahan air dalam industri farmasi meliputi tiga aspek yaitu :

Spesifikasi mutu air

Spesifikasi mutu air memiliki tingkatan yaitu :

  • Air pemasokan
  • Air murni
  • Air tingkat pemurnian yang tinggi
  • air untuk injeksi
  • air untuk mutu pada proses bentuk sediaan

Sistem pemurnian air

Berikut ini adalah beberapa mekanisme sistem pemurnian air :

  • Mekanisme raw water, dimana mekanisme ini sistem pengolahan airnya dapat menghilangkan berbagai Cemaran seperti ion, bahan organik, partikel mikroorganisme yang terdapat dalam air yang akan digunakan untuk produksi
  • Mekanisme multimedia filter, dimana mekanisme ini berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-partikel yang terdapat pada raw water
  • Mekanisme aktif karbon filter, dimana mekanisme ini digunakan untuk uap tekanan tinggi, biasanya bahan memiliki daya absorbsi yang sangat tinggi
  • Mekanisme Water softener filter, biasanya digunakan untuk menghilangkan atau menurunkan kesadahan air dengan cara meningkatkan Ion Ca, Mg.
  • Mekanisme Reverse osmosis, merupakan teknik pembuatan air murni yang dapat menurunkan hingga 95 % total TDS di dalam air, mekanisme EDI biasanya dimana pada mekanisme ini peningkatan ion positif dan ion negatif dipakai sebagai elektroda, dan elektroda tersebut dihubungkan dengan arus listrik searah sebagai proses pemurnian air dapat berlangsung terus-menerus tanpa regernerasi.

Baca Juga : Panduan Penggunaan dan Cara Kalibrasi Alat Ukur Ion Meter

Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air

Pada sistem ini merupakan sistem yang paling penting harus dirancang integrasi sepenuhnya dengan komponen sistem pemurnian air dan sistem distribusi ini harus terkonfigurasikan untuk mencegah kontaminan berulang terhadap air setelah pengolahan.

Pengertian Total Organik Karbon

Total Organik Karbon didefinisikan sebagai jumlah karbon yang terikat dialam senyawa organik yang terkadung didalam air itu sendiri. Selama beberapa tahun terakhir, Analisis terhadap Total Organik Karbon (TOC) merupakan teknik analisa yang bisa dikatakan paling baik untuk mengetahui kualitas suatu air

Jika kita melihat dari terminologi organik karbon, tentunya juga ada inorganik karbon. Dalam suatu sistem instrumen pengukur TOC karbon tersebut terukur dalam bentuk total (Total Karbon) serta Inorganik Karbon (IC) dan TOC didapatkan dari pengurangan antara TC dan IC tersebut. Dalam pengukuran ini sampel dialirkan ke dalam tubing yang berbeda, kemudian sampel dalam tubing pertama direaksikan dengan senyawa asam sehingga membentuk CO2 yang terukur sebagai IC. Sedangkan sampel dalam tubing kedua dioksidasi sehingga membentuk CO2 yang terukur sebagai TC (Total Carbon). Metode ini sering dikenal dengan pengukuran Pengukuran TOC secara tidak langsung.

Sedangkan pengukuran Langsung dimulai dengan menghilangkan terlebih dahulu Inorganic Carbon pada sampel melalui proses acidification dengan menghasilkan gas yang dibuang ke udara. Kemudian sampel yang sudah terbebas dari Inorganic Carbon dioksidasi sehingga berubah menjadi CO2 yang terukur sebagai TOC.

Proses pengukuran TOC dalam suatu industri sangatlah sensitif mengingat satuan dari pengukuran ini adalah dalam kisaran ppm atau bahkan ppb. Sehingga sedikit pengaruh dari lingkungan mengakibatkan perubahan nilai tersebut yang terkadang menyebabkan kualitas air itu sendiri out of spesifikastion. Maka tak jarang saat ini banyak industri yang menggunakan inline TOC untuk menghindari hal tersebut.

Perawatan Alat TOC (Total Organic Carbon)

Alat ini bekerja untuk pengukuran dengan konsentrasi ppm (part per million) atau bahkan ppb (part per billion), sehingga dari sisi perawatan juga memerlukan perhatian khusus. Ada beberapa consumable yang perlu dilakukan penggantian secara berkala, antara lain sebagai berikut :

  • Acid
    Acid di dalam TOC berfungsi untuk mengurai inorganic karbon
  • Oxid
    Oxid di dalam TOC berfungsi untuk mengoksidasi sampel
  • Pump Tubing
    Pump tubing juga harus kita ganti secara berkala, karena pump tubing semakin lama maka akan getas dan elastisitasnya akan melemah sehingga flowrate / aliran sampel tidak stabil. Seperti kita ketahui, flow rate ini merupakan salah satu parameter pada kalibrasi TOC. Pump tubing mempunyai masa pakai selama 1 tahun
  • Resin Bed

Resin bed ika jenuh maka kemampuan resin untuk memfilter reservoir tidak dapat berjalan dengan baik sehingga mengganggu proses analisa.

  • Uv Lamp

Uv lamp yang tidak pernah diganti intensistasnya akan menurun sehingga proses oksidasi tidak optimal

Kalibrasi TOC (Total Organik Karbon)

Instrument pengukur TOC juga harus senantiasa dikalibrasi sehingga hasil yang didapatkan dalam pengukuran Total Organik Karbon tersebut senantiasa dapat dipertanggung jawabkan. Kalibrasi TOC Analyzer sebaiknya dilakukan 1 tahun sekali, hal ini berdasarkan rekomendasi dari pabrikannya. Sebelum dilakukan kalibrasi TOC Analyzer ini pastikan kondisi cunsumable baik itu acid, atau oxid masih layak digunakan / belum expired date, atau alangkah baiknya jika menggunakan acid dan oxid yang baru. Pastikan juga kondisi UV lamp, Pump Tubing, serta resin bed nya masih layak digunakan.

TOC analyzer dapat dikalibrasi secara single point hanya menggunakan 1 standar dengan konsentrasi 1 ; 5 ; 10 ; 25 ; 50 ppm atau dengan multi point dengan beberapa standar tersebut. Jika proses kalibrasi dilakukan secara single point, sebaiknya dilakukan dengan larutan standar dengan nilai konsentrasi yang mendekati penggunaan, Contoh : Dalam industri farmasi dimana unit TOC digunakan untuk memantau kualitas purified water maka jika dikalibrasi secara single sebaiknya menggunakan titik 1 ppm saja karena pengukuran purified water tersebut biasanya dilakukan pada konsentrasi dibawah 1 ppm.

Berikut ini adalah beberapa jenis standar yang digunakan untuk proses kalibrasi TOC :

TOC Calibration Standards :

  • Calibration blank
  • 1 ppm TOC (as KHP)
  • 5 ppm TOC (as KHP)
  • 10 ppm TOC (as KHP)
  • 25 ppm TOC (as KHP)
  • 50 ppm TOC (as KHP)

IC Calibration Standards

  • 1 ppm IC (as Na2CO3)
  • 5 ppm IC (as Na2CO3)
  • 10 ppm IC (as Na2CO3)
  • 25 ppm IC (as Na2CO3)
  • 1 ppm IC (as Na2CO3)
  • 50 ppm IC (as Na2CO3)

Dimana 1 ppm = 1 mg C/L ; 1 ppb = 1 mikrogr C/L

Berikut ini adalah contoh untuk standards yang diperlukan untuk single point calibration :

TOC Calibration Standards

  • Calibration Blank
  • 1 ppm TOC (as KHP)

IC Calibration Standards

  • 1 ppm IC (as Na2CO3)

Standards yang diperlukan untuk calibration verification :

  • Verification blank
  • 1 ppm TOC (as KHP)
  • 1 ppm IC (as Na2CO3)

Standards yang diperlukan untuk system suitability verification

  • Reagent water blank – Rw
  • 500 ppb TOC (As Sucrose) – RS
  • 500 ppb TOC (As benzoquinone) – RSS

Penyimpanan larutan standar diatas juga perlu diperhatikan supaya larutan tersebut tidak rusak, yaitu berkisar 5 derajat celsius. Prosedur kalibrasi TOC ini biasanya sudah tertulis di dalam manual book masing-masing unit bersangkutan dan kita hanya tinggal mengikutinya saja.

Hasil kalibrasi tersebut bisa langsung dibandingkan dengan spesifikasi yang tertera di dalam manual. Untuk jasa layanan kalibrasi TOC bisa langsung menggunakan prinsiple / distributor alat nya langsung.

Demikian artikel kali ini, jika ada yang ingin ditambahkan silakan langsung langsung di kolom komentar.

Langkah, Bahan, Serta Tipe Pengendalian Mutu di Laboratorium Kimia

pengendalian mutu laboratorium

Pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai penerapan pengendalian mutu di laboratorium pengujian, dimana hal ini sangatlah penting dimana hasil pengujian laboratorium terkadang mempunyai dampak / terkait dengan masalah hukum, politik, pertahanan keamanan, dll. Oleh karena itu suatu laboratorium ketika akan mendapatkan hasil yang dapat diterima oleh semua pihak, maka laboratorium itu harus mampu mengendalikan mutu hasil pengujiannya.

Dampak Jika Pengendalian Mutu di Laboratorium Pengujian Tidak Dikendalikan

1. Hasil yang tidak valid
Sangat mungkin pengujian dalam laboratorium tersebut tidak valid atau tidak tidak sah yang berakibat tidak diakuinya hasil laboratorium, sehingga jika terjadi masalah lain seperti masalah hukum, hal ini tentu menimbulkan kerugian pada laboratorium itu sendiri. Oleh karena itu ketika laboratorium tidak melakukan proses pengendalian dengan baik maka sangat mungkin hasil pengujiannya tidak absah atau tidak valid.

2. Bahan untuk pengujian tidak efisien
ketika laboratorium tidak melakukan proses pengendalian dengan baik, sangat mungkin pula bahan untuk pengujian ini tidak efisien. Seperti kita ketahui bahwa bahan kimia yang digunakan untuk kegiatan pengujian di laboratorium ini adalah bahan-bahan yang dari sisi harga terbilang mahal sehingga ketika menggunakan bahan yang banyak maka menimbulkan ketidakefisienan dalam kegiatan laboratorium.

3. Waktu pengujian tidak efektif
Waktu pengujian bisa jadi tidak Efektif dan memakan waktu yang lebih lama karena tidak ada proses pengendalian. Jadi biasanya kalau laboratorium itu melakukan kegiatan pengendalian dengan baik, Waktu pengujian ini juga sudah ditentukan, kira-kira berapa lama satu laboratorium akan menyelesaikan kegiatan penuh pengujiannya.

4. Peralatan yang digunakan untuk pengujian dapat tidak berfungsi dengan dengan baik
Jadi ketika proses pengendalian dilakukan, maka satu laboratorium sudah pasti membuat program untuk pengecekan perawatan peralatan-peralatan yang mereka miliki. Namun ketika peralatan tersebut tidak dikendalikan, sangat mungkin peralatan yang digunakan dapat tidak berfungsi dengan baik.

5. Proses preparasi sampel lama
Proses preparasi sampel bisa jadi membutuhkan waktu yang lama karena bisa jadi tidak menggunakan prosedur yang tepat

6. Memungkinkan terjadinya kontaminasi silang pada sampel
Ketika pengendalian mutu di laboratorium tidak kita lakukan dengan baik, bisa jadi tempat pengambilan sampel berada jauh dengan tempat preparasi, dan hal ini bisa memungkinkan terjadinya kontaminasi silang terhadap sampel sehingga analit yang dianalisa juga bisa terganggu.

Langkah Menetapkan Program Pengendalian Mutu Laboratorium Pengujian

1. Penentuan kebijakan dan Prosedur
Kebijakan ini dibuat oleh pimpinan laboratorium, hal ini penting dimana nanti kebijakan tersebut harus diimplementasikan, Dalam proses mengimplementasikannya maka dibutuhkan adanya prosedur.

2. Menetapkan tanggung jawab untuk pemantauan dan peninjauan
Penanggung jawab harus ditentukan secara jelas, misalnya : petugas laboratorium / jajaran operator / analis di laboratorium yang memang mempunyai peran sentral untuk melakukan proses pemantauan dan peninjauan. Pemantauan dan penilaian bisa dilakukan oleh pimpinan misalkan : supervisor atau penyelia yang dibantu oleh petugas laboratorium seperti analis / Laboran.

3. Pelatihan semua staf tentang bagaimana mengikuti kebijakan dan prosedur dengan benar
Staf atau personil yang ada di laboratorium itu harus diberikan pemahaman dan penjelasan sehubungan dengan kebijakan yang dibuat dalam rangka proses pengendalian mutu. jadi kebijakan dan prosedur ini harus disosialisasikan melalui pelatihan atau mungkin melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi kebijakan dan prosedur terkait dengan pengendalian mutu.

4, Pemilihan bahan untuk pengendalian kualitas yang baik
Misalkan di laboratorium pengujian biasa menggunakan certificate reference material (CRM) untuk mendukung kegiatan pengujiannya.

5. Penetapan rentang kendali untuk material atau bahan yang yang dipilih
Hal ini terkait dengan bagaimana laboratorium perlu membuat bagan kendali atau Control Chart untuk setiap parameter pengujian. Jadi kalau misalkan ada 10 parameter, dalam rangka menerapkan program kendali mutu maka harus membuat bagan kendali untuk setiap parameter pengujian tersebut.

6. Membangun sistem untuk memantau nilai kendali
Berapa nilai kendalinya, jadi kalau kita sudah membuat bagan kendali pada tahap 5 diatas, nanti akan terlihat berapa nilai yang bisa masuk pada rentang kendali yang sudah ditetapkan.

7. Mengambil tindakan korektif dengan segera jika diperlukan
Tindakan korektif adalah tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang didasarkan pada akar masalah, jadi dicari akar masalahnya ada dimana. Tindakan korektif tersebut berbeda dengan tindakan perbaikan.
Tindakan perbaikan adalah sebuah tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian secara langsung.

contoh :
Proses pengendalian mutu di laboratorium itu harus dilakukan pengujian duplo atau dua kali tetapi pada kegiatan audit internal di laboratorium ditemukan proses pengujian tidak dilakukan secara duplo atau hanya dilakukan satu kali, Dalam hal ini tindakan perbaikan yang dilakukan adalah langsung melakukan langsung melakukan pengujian secara duplo.

Nah kalau tindakan korektif, dicari dulu Akar masalahnya, misalnya ternyata ketika proses pengujian dilakukan oleh analis kimia yang baru, karena masih fresh graduate / baru saja lulus maka belum tahu prosedur pengendalian mutu dan hanya melakukan pengujian satu kali saja.

Nah disini terlihat akar masalahnya adalah analis tidak tahu adanya prosedur pengendalian mutu dimana pengujian harus dilakukan secara duplo. Oleh karena itu tindakan korektifnya adalah misalkan dengan mengadakan kegiatan pelatihan dan membuat prosedur pengendalian mutu dan disosialisasikan kepada seluruh personil yang ada di laboratorium.

8. Pemeliharaan rekaman hasil kendali mutu dan tindakan korektif yang diambil
Rekaman adalah sebuah catatan hasil proses pengendalian mutu dan tindakan korektif yang mungkin di diambil.
Contoh : Catatan kegiatan pelatihan, catatan sosialisasi prosedur, dll. Di dalam hirarki dokumen, catatan / tekaman ini merupakan dokumen level 4.

Baca Juga : Hirarki Dokumen dalam Sistem Manajemen Laboratorium

Nah pada point 4 tersebut, ada persyaratan bahan yang harus kita penuhi untuk pengendalian mutu laboratorium. Bagaiman caranya?

Bahan untuk pengendalian mutu :

1. Bahan atau material untuk pengendalian mutu adalah bahan yang mengandung sejumlah tertentu dari analit / yang dikenal dengan istilah CRM (Certifikat reference material). CRM itu karakteristiknya sama seperti sampel
Contoh : CRM Untuk air limbah dimaan karakteristiknya seperti air limbah itu sendiri.

2. Bahan untuk pengendalian mutu dilakukan bersamaan dengan sampel
Jadi kalau kita mengukur di dalam proses pengujian maka harus bersama-sama dengan sampel agar kita bisa melihat trendnya apakah proses pengujian itu masih bisa kita kendalikan atau tidak

3. Tujuan dari Pengendalian adalah untuk memvalidasi keandalan sistem pengujian dan sekaligus untuk mengevaluasi kinerja seorang analis, dan kondisi lingkungan yang mungkin saja mempengaruhi hasil pengujian.

Apakah bahan pengendalian mutu sama dengan kalibrator?

Bahan pengendalian mutu ini berbeda dengan kalibrator.

1. Kalibrator adalah suatu bahan atau larutan yang digunakan untuk mengkalibrasi atau menyetel alat sebelum pengujian.
Kalibrator umumnya hanya ada satu sifat dari analit
contoh : Kalibrator untuk instrumen AAS, logam Cu, maka sifatnya satu saja yaitu logam Cu.

2. Kalibrator sering disediakan oleh pabrik pembuat peralatan
Contoh : Kalibrator untuk pH meter, maka dari prinsiple nya akan membuat larutan untuk kalibrasi ph meter tersebut, misalnya larutan buffer.

3. Kalibrator tidak digunakan sebagai bahan pengendalian mutu pengujian
Yang digunakan untuk pengendalian mutu pengujian adalah Certified Reference Material atau bahan acuannya

Baca Juga : Cara Kalibrasi pH Meter.

Darimana bahan pengendalian mutu tersebut bisa kita dapatkan?

1. Dengan membeli CRM atau Certificate Reference Materi.

2. Menggunakan sisa dari bahan hasil uji profisiensi atau uji banding antar laboratorium.

3, Menggunakan sampel yang sudah dikondisikan untuk mampu bertahan dalam kurun waktu tertentu, misalnya bahannya mampu bertahan 3 – 6 bulan.

Tipe Pengujian Dalam Laboratorium :

1. Pengujian kualitatif

Pengujian kualitatif adalah pengujian yang digunakan untuk menentukan ada atau tidak suatu analit pada contoh / pada sampel

2. Pengujian kuantitatif

Pengujian untuk menentukan jumlah konsentrasi atau kadar suatu zat yang dianalisis atau analit pada sampel atau contoh.

Nah dari tipe pengujian tersebut muncul pertanyaan bagaimana pengendalian mutu untuk uji kualitatif / adakah proses pengendalian mutu untuk uji kualitatif?

Proses pengendalian mutu pengujian kualitatif :

1. Peralatan yang dipakai harus dalam kondisi atau performa yang baik, yang ditunjukkan dengan kegiatan atau bukti-bukti pengecekan alat atau kalibrasi.

2. Personilnya yang melakukan pengujian di laboratorium tersebut juga harus memenuhi persyaratan kompetensi.
Bagaimana cara meningkatkan kompetensi personel bisa dibaca di artikel ini :

Baca Juga : Persyaratan Umum kompetensi Personel Laboratorium

Proses Pengendalian Mutu Pengujian Kuantitatif :

Untuk pengujian kuantitatif membutuhkan proses pengendalian mutu yang lebih ketat dibandingkan dengan pengujian kualitatif, misalnya :
1. harus ada batas keberterimaan
Contoh ada batas keberterimaan untuk nilai akurasi, presisi, linieritas, limit of detection, dst.

2. Perlu adanya program pengendalian mutu untuk setiap parameter yang diuji kuantitatif
Ketika laboratorium mempunyai 5 parameter pengujian maka laboratorium harus membuat 5 program pengendalian mutu pada parameter pengujian tadi

Contoh : Laboratorium mampu melakukan pengujian logam Cu, Pb, Zn, Ca, Ni

Maka masing-masing parameter tadi harus dibuat program pengendalian mutunya dengan menggunakan kontrol cart atau bagan kendali

3. Perlu melakukan evaluasi terkait dengan akurasi dan presisi hasil pengujian

Semoga bermanfaat, jika ada yang ingin ditambahkan silakan melalui kolom komentar.

Alat-Alat Meteorologi dan Klimatologi

Pada artikel kali ini kami akan memperkenalkan alat-alat dari meteorologi dan klimatologi, namun sebelum itu ada baiknya kita mengetahui apa sih itu meteorologi dan klimatologi itu sendiri.

  • Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai keadaan rata-rata cuaca pada wilayah dan waktu tertentu
  • cuaca adalah keadaan atmosfer pada saat dan wilayah relatif postif dan jangka waktu yang pendek
  • sedangkan Iklim adalah rata-rata cuaca yang dingin dalam jangka waktu yang panjang dengan jangka yang luas, Iklim dikelompokkan berdasarkan garis lintang dan garis bujur serta suhu di wilayah tersebut

Jadi darimana kita bisa mendapatkan informasi mengenai cuaca dan iklim? ya betul jadi kita dapat mengambil atau mendapatkan informasi mengenai cuaca dan iklim dari badan meteorologi klimatologi dan geofisika atau lebih dikenal dengan BMKG.

Nah, BMKG ini merupakan suatu lembaga pemerintah yang berfungsi untuk melaksanakan tugas di bidang meteorologi klimatologi dan geofisika

Berikut ini adalah alat untuk pengukuran meteorologi dan Klimatologi.

Gun Belani

Alat-Alat Meteorologi dan Klimatologi gun belani
Gun Belani berfungsi untuk mengukur total radiasi dari matahari selama 1 hari sejak matahari terbit hingga terbenam. Satuan dari alat ini yaitu kalori per sentimeter persegi per menit dilakukan pukul 07.00 WIB

Bagian-bagian dari alat Gun Belani :

A. bola kaca
B. bola tembaga hitam
C. karet penyangga
D. tempat alat atau causing
E. tabung Buret
F. aquades

Cara kerja alat gun belani yaitu selama terjadi pancaran radiasi oleh matahari terjadi penyerapan kalor oleh bola tembaga hitam, panas hasil serapan tersebut digunakan untuk menguapkan aquades yang terdapat didalamnya, uap yang dihasilkan masuk dalam receiver karena terjadi perbedaan suhu antara bola. Tembaga hitam dengan tabung Buret, uap air akan mengembun dan akhirnya mengumpulkan dalam dasar alat ukur. Pengamatan dilakukan dengan mencatat kita air yang terdapat pada dasar receiver setelah dibalik dan mencatat jumlah air terkumpul pada dasar receiver setelah terjadi pengembunan selama 24 jam

Campbell Stokes

bagian-bagian campbell stokes
Campbell stokes berfungsi sebagai alat pencatat lama penyinaran matahari. Satuan ukuran campbell stokes adalah satuan waktu (jam) atau persen. Adapun Pengamatan dilakukan pada pukul 06.00 WIB s/d 18.00 WIB.

Bagian-bagian alat campbell stokes :

A. Bola kaca pejal dimana bola ini harus selalu dalam keadaan bersih
B. Pias melintang barat-timur
C. Posisi kemiringan sesuai lintang
D. Kaki menghadap utara dimana kaki dalam keadaan dibaut dengan kuat

Prinsip kerja campbell stokes ini adalah sinar matahari yang jatuh pada bola kaca akan difokuskan dan jatuh pada kertas pias, sinar yang difokuskan tersebut akan membakar kertas pias. Pergerakan matahari dari timur ke barat karena adanya rotasi bumi akan menggeser pembakaran pada kertas pias. saat pengamatan pada jam 18.00 waktu setempat kertas pias diangkat dan diganti kemudian dibaca jejak pembakarannya dengan menggunakan papan skala untuk memperoleh data berapa lama matahari bersinar

Aktinograf

prinsip kerja aktinograf
Actinograf ini berfungsi sebagai alat pencatat Radiasi matahari, satuan dari actinograf adalah kalori per sentimeter persegi per menit. Jam Pengamatan dilakukan untuk aktinograf ini dilakukan pada pukul 07.00 WIB.

Bagian-bagian actinograph adalah sebagai berikut :

A. Glass Dome atau bulatan bola gelas
B. Sensor yang terdiri dari masing-masing dua strip bimetal yang bercat hitam dan putih
C. Plat pengatur bimetal
D. Mekanik pembesar
E. Tangkai dan pena pencatat
F. Drum clock atau silinder berputar yang dilengkapi dengan kertas pias
G. kontainer silica gel
H. Bagian dasar
I. Penutup atau cover
J. Pengatur atau perata-rata air

Prinsip kerja aktinograf adalah perbedaan panjang akibat adanya perbedaan temperatur, kemudian bimetal diatur sedemikian rupa sehingga bila kedua lempengan logam berada pada temperatur yang sama maka pena akan menunjukkan angka nol (0), kemudian jika terdapat Radiasi matahari yang mengenai lempengan-lempengan tersebut, lempengan yang berwarna hitam akan menyerap panas lebih banyak sehingga logam hitam tersebut lebih panjang dibandingkan dengan logam berwarna putih yang sifatnya kurang menyerap panas.

Di antara lempengan tersebut disambung dengan pena yang apabila terjadi perubahan temperatur menyebabkan perubahan panjang sehingga potongan lempengan logam tersebut akan menggerakkan pena secara naik turun, makin besar intensitas Radiasi matahari yang mengenai lempengan logam maka makin besar pula perbedaan temperatur kedua logam tadi. Semakin besar perbedaan temperatur semakin besar pula perbedaan panjang sehingga pena bergerak semakin tinggi.

Nah sistem pencatatan pena pada pias dilakukan secara mekanis, pena bergerak naik turun pada pias yang digulung pada silinder sehingga dapat membuat jejak atau grafik pada kertas pias yang direkatkan pada silinder yang berputar. Kertas pias tersebut terdapat skala waktu dan satuan luas. Dari kertas pias tersebut dapat kita peroleh hasil rekaman intensitas Radiasi matahari total di suatu tempat selama waktu tertentu atau harian ataukah mingguan.

Termometer tanah

cara kerja termometer tanah
Termometer Tanah ini berfungsi untuk mengukur suhu tanah. Satuannya yang digunakan adalah derajat Celcius. Jam Pengamatan dilakukan pada pukul 07.00 ; 13.30 ; 18.30 WIB. Termometer ini terbagi dua yaitu termometer tanah gundul dan termometer tanah berumput

Bagian-bagian termometer tanah :

A. enam buah termometer tanah yang didesain khusus untuk mengukur suhu tanah
B. 5 buah besi penyangga untuk termometer pada kedalaman 0-20 cm
C. 2 buah pipa pelindung untuk termometer pada kedalaman 50-100 cm

prinsip kerja termometer tanah sama dengan prinsip kerja termometer bola kering hanya sumber kalornya berasal dari tanah.

Sangkar meteorologi

prinsip kerja sangkar meteorologi
Sangkar meteorologi ini berfungsi untuk tempat alat-alat pengukur yang bertujuan agar terhindar dari matahari langsung dan pengaruhnya sepehujan dan radiasi panas langsung dari luar

Satuan yang digunakan yaitu derajat celcius dengan jam pengamatan dilakukan pada pukul 07.00 ; 13.30 dan 18.00 WIB.

Perlu kita ketahui bahwa sangkar meteorologi ini terdapat beberapa jenis termometer yaitu :
1. termometer bola kering
2. termometer bola basah
3. termometer maksimum
4. termometer minimum

Cara kerja sangkar meteorologi adalah termometer bola kering dan bola basah diamati setiap jam sedangkan termometer maksimum diamatinya setiap 19.00 WIB dan untuk termometer minimum diamati 07.00 WIB. Setelah melakukan pengamatan kita harus menutup sangkar meteorologi agar tidak mempengaruhi perubahan suhu didalam sangkar meteorologi

Asrs atau Automatic solar Radiation Station

alat meteorologi dan klimatologi

Asrs ini berfungsi untuk mencatat pantulan sinar matahari dari bumi dan mengukur radiasi Global dari matahari

Asrs memiliki dua sensor yaitu :

1. Sensor pyranometer yang berfungsi untuk mengukur identitas atau ukuran besarnya Radiasi matahari dalam satu hari
2. sensor pyrheliometer berfungsi untuk mengukur langsung dalam satu hari asrs berkaitan dengan sensor pyranometer.
Kedua alat ini saling berkaitan dan sama-sama berfungsi untuk mengukur besaran densitas atau Radiasi matahari dalam satu hari

Alat Ukur Hujan Atomatis Hellman

Alat Ukur Hujan Atomatis Hellman

Alat Ukur Hujan Atomatis Hellman berfungsi sebagai alat ukur pencatat intensitas curah hujan. Jam pengamatannya dilakukan pada pukul 07.00 WIB

Bagian-Bagian Alat Ukur Hujan Atomatis Hellman :

A. Bibir atau mulut corong
B. Lebar corong
C. Tempat kunci / gembok
D. Tangki pelampung
E. Silinder jam tempat meletakkan pias
F. Tangki pena
G. Tabung tempat pelampung
H. Pelampung
I. Pintu penangkar hujan
J. Alat penyimpan data
K. Alat pengatur ringgi rendah selang gelas
L. Selang gelas
M. Tempat kunci
N. Panci pengumpul air hujan bervolume

Cara kerja pada alat ini pada setiap Pengamatan dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu Meskipun cuaca dalam keadaan baik atau hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias, alat ini memerlukan perawatan yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan yang sering terjadi. Pemasangan alat ini sama seperti penakar hujan lainnya bertujuan mendapatkan data jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat tertentu

Demikian artikel mengenai Alat-Alat Meteorologi dan Klimatologi, Jika ada yang ingin ditambahkan silakan tulis di kolom komenter.

Referensi :

https://www.bmkg.go.id/