Apa itu Sound Level Meter?

tingkat kebisingan sound level meter

Sebelum berbicara lebih jauh tentang sound level meter ada baiknya kita membahas terlebih dahulu mengenai konsep bunyi itu sendiri.

Bunyi merupakan getaran yang berbentuk gelombang longitudinal yang mampu merangsang indra pendengaran kita. Gelombang tersebut terdiri dari partikel yang berosilasi membentuk suatu renggangan dan rapatan. Gelombang bertekanan yang tinggi akan dihasilkan jika partikel tersebut saling merapat demikian pula sebaliknya.

Pergerakan gelombang tersebut dapat melalui media cair, gas ataupun padat tetapi tidak bisa didalam vacuum hal ini disebabkan tidak adanya partikel zat yang dapat mentranmisikan getaran.

Pengertian Sound Level Meter

Sound level meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan. Hal ini menjadi penting ketika suatu perusahaan menerapkan suatu sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja (SMK3) ataupun ISO 45001. Bagaimanapun tingkat kebisingan tersebut harus diukur untuk melindungi paparan pada pekerja dalam menjalankan tugasnya dalam suatu perusahaan karena ada beberapa bagian pekerjaan tidak dapat dilepaskan dari kebisingan tersebut contohnya adalah kebisingan pada compresor, pompa, dll.

Jika kita merujuk ke keputusan menakertrans No. 51 tahun 1999 maka terdapat 3 zona berdasarkan tingkat kebisingan tersebut yaitu :

  • zona aman (dibawah 85 dBA)
  • zona dengan pelindung ear plug berkisar antara 85 – 95 dBA dan
  • zona dengan pelindung ear muff dengan tingkat kebisingan diatas 95 dBA.

Untuk mengetahui tingkat kebisingan tersebut diukur menggunakan sound level. Penggunaan dari sound level ini juga cukup mudah yaitu diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta

Di pasaran ada beberapa brand dari sound level meter antara lain extech. Pada kesempatan kali ini kami akan mereview spesifikasi sound level meter brand Extech tipe Extech HD600.

Sound Level Meter Extech HD 600

kalibrasi sound level meter

HD 600 merupakan salah satu tipe sound level meter brand extech. Brand ini sendiri telah banyak mengeluarkan berbagai macam varian alat ukur untuk keperluan industri seperti temperatur, humidity, dan lain-lain. Sehingga jika bicara kualitas tentunya tidak perlu kita ragukan lagi.

Extech HD 600 merupakan high accuracy dataloging untuk sound level yang memenuhi ANSI dan IEC 61672-1 Tipe 2. Dengan 3 rentang ukur dari 30 s/d 130 db serta akurasi 1.4 dB serta mampu merekam pembacaan sampai dengan 20 ribu data. Jika dikoneksikan ke PC maka mampu merekam data 10 pembacaan / detik. Seperti hampir semua alat ukur extech lainnya, alat ini juga terdapat fitur Min/Max, Data Hold, Auto power off functions yang dapat membantu pekerjaan anda di lapangan.

Sound level ini tergolong ke type 2 dan mempunyai resolusi 0.1 dB. Untuk fitur yang lainnya merupakan fitur standar seperti yang dimiliki alat ukur kebisingan lainnya seperti pengaturan fungsi min / max / hold, respons fast / slow serta dimensi yang tidak terlalu besar yaitu 10.9 x 3 x 2 in (278 x 76 x 50 mili meter).

Dalam paket pembelian sound level meter ini dijual dengan kelengkapan antara lain adaptor, Windows® compatible software, USB cable, wind cover, tripod, 9V battery, dan hard carrying case.

Spesifikasi lengkap dari sound level Extech HD 600 :

Meter class : Type 2
Decibel (dB) range (high) : 130
Decibel (dB) range (low) : 30
Compliance : ANSI/IEC type 1 and type 2
Dimensions : 10.9 x 3 x 2 in (278 x 76 x 50mm)
Function : Min/Max, hold
Accuracy : ± 1.4 dB
Weighting :A and C
Resolution (dB) : 0.1 dB
Response : Fast/slow time
Display : LCD
Datalogging : 20,000 points
Output : AC/DC (analog)
Brand :Extech
CE Compliance :Yes
Power :One 9V battery
Manufacturer number : HD600
Model : HD600
Product Type : Sound Meter
Qty/ea 1

Cara Menggunakan Sound Level Meter Extech HD 600

Sebagaimana alat ukur lainnya, pada saat melakukan pembelian alat ukur, tentunya kita akan mendapatkan manual book, atau petunjuk pengoperasian penggunaan alat, dimana di dalam manual tersebut juga dijelaskan secara mendetail mengenai dari nama-nama bagian alat, cara penggantian bateray (jika alat ukur tersebut bekerja dengan menggunakan bateray), sampai dengan trouble shooting ketika kita menghadapi masalah / error terkait dengan penggunaan alat ukur tersebut.

Sebagai informasi, manual book tersebut merupakan salah satu dokumen eksternal jika kita menerapkan sistem manajemen ISO 17025 sehingga harus didokumentasikan dan dikendalikan. Disarankan juga untuk membuat instruksi kerja penggunaan alat dimana dokumen ini disertakan / diletakkan / dengan mudah dapat di akses oleh personel bersangkutan yang menggunakan unit tersebut.

Berikut ini adalah gambaran singkat cara menggunakan sound level Extech HD 600 :

  • Arahkan sound level meter ke sumber suara setinggi telinga
  • Baca hasil pembacaan di display alat

Kegunaan Sound Level dalam Industri

Seperti sudah diuraikan diatas, jika perusahaan menerapkan sistem SMK3 atau ISO 45001, hampir pasti keberadaan sound level meter ini mudah kita temukan karena merupakan salat satu persyaratan yang harus kita penuhi dalam melakukan pengukuran kebisingan.

Berikut ini adalah beberapa contoh industri yang menggunakan sound level meter.

  • Perusahaan roti dimana menggunakan mesin pemotongan roti, aktifitas mesin yang terus berjalan menyebabkan bunyi yang menghasilkan tingkat kebisingan yang sangat tinggi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan karyawan, Sehingga tingkat kebisingan di area mesin ini harus diukur, dan tentunya perusahaan / departemen Safety akan mengidentifikasi alat pelindung diri yang sesuai untuk personel yang bekerja di area ini.
  • Gardu listrik yang terdapat mesin transformator dalam perusahaan pembangkit listrik yang juga menghasilkan tingkat kebisingan yang tinggi juga harus dilakukan pengukuran, karena berdasarkan penelitian dalam sebuah jurnal, tingkat kebisingan di area gardu listrik ini bisa mencapa 80 dB.
  • Pabrik amoniak, merupakan salah satu perusahaan yang juga menggunakan mesin-mesin yang menghasilkan tingkat kebisingan yang tinggi juga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan sound level untuk tetap menjaga kesehatan karyawannya.
  • Perusahaan laundry, meskipun terkesan sederhana, namun beberapa area misalnya : area pencucian, pengeringan, dan pensetrikaan mempunyai nilai ambang batas kebisingan yang diperbolehkan dari hasil pengukuran dengan menggunakan sound level meter.

Dampak Kebisingan Bagi Kesehatan

Pekerja yang terpapar dengan kebisingan terus menerus tentunya akan mendapatkan dampak yang kurang bagus baik dari mulai gangguan pendengaran sampai dengan hilangnya pendengaran. Contoh kasus dalam perusahaan laundry tersebut, dalam sebuah penelitian terdapat beberapa karyawan yang mengalami gangguan pendengaran akibat seringnya terpapar kebisingan.

Referensi Kalibrasi Sound Level Meter

Standar yang digunakan untuk melakukan kalibrasi sound level meter adalah multifunction acoustic calibrator, dimana alat ini berfungsi sebagai filgter yang bekerja untuk menghindari noise yang timbul oleh sumber suara pada saat dilakukan pengukuran. Band pass Filter merupakan salah satu filter yang digunakan, dimana filter ini akan meloloskan frekuensi tertentu pada rentang tertentu serta melemahkan sinyal yang memiliki frekuensi selain rentang tersebut. Di dalam Band Pass Filter tersebut terdapat selektro yang berfungsi sebagai pemindah frekuensi sesuai dengan titik ukur dan digerakkan secara manual.
Untuk melakukan kalibrasi sound level meter secara mandiri / internal ini tentunya tidak sedikit investasi yang harus disiapkan dari menyediakan personel yang kompeten, fasilitas lingkungan yang memadai, serta standar kalibrator yang harganya relatif mahal. Jika unit sound level di perusahaan kita jumlahnya hanya sedikit lebih baik dipertimbangkan untuk melakukan kalibrasi secara eksternal ke laboratorium layanan kalibrasi saja.

Furniture Laboratorium, Bagaimana Cara Memilihnya?

furniture laboratorium

Furniture laboratorium merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu laboratorium entah itu laboratorium analisa ataupun laboratorium yang ada di perusahaan. Pemilihan furniture ini terkadang bukan pekerjaan mudah bagi kita. Hal ini tentu terkait dengan fungsi serta desain sehingga mampu mendukung praktek kinerja laboratorium yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Good Laboratory Practice).

Seperti kita ketahui, laboratorium merupakan tempat dimana suatu analisa harus dilakukan seakurat mungkin sehingga jangan sampai hal ini terganggu karena kita salah dalam memilih suatu furniture laboratorium.

Sebelum membeli furniture jenis ini tentunya kita harus memiliki perencanaan yang jelas tentang persyaratan, ukuran, desain / bentuk, dll. Desain ergonomis merupakan persyaratan yang harus kita pikirkan sehingga diharapkan mampu mendukung praktek kerja laboratorium yang baik meskipun persyaratan safety / keselamatan kerja di laboratorium juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih suatu furniture ini. Beberapa persyaratan lain yang perlu kita pertimbangkan adalah tata letak dari furniture tersebut harus efisien, awet / tahan lama, tahan lama, tahan korosi, serta mudah dibersihkan. Furniture tersebut juga harus mampu bertahan terhadap papaaran kimia.

Di era sekarang ini dimana teknologi serba canggih, ada beberapa bahan material yang digunakan sebagai bahan furniture laboratorium yang tahan terhadap api. Hal ini tentu sangat berguna dan juga sudah banyak digunakan sebagai lemari penyimpan bahan kimia.Seperti kita ketahui, bahan kimia memiliki sifat yang berbeda beda, dan dalam penanganannyapun juga tidak sama. Bahan furniture yang tahan api tersebut biasanya digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang mempunyai sifat tertentu misalnya mudah terbakar.

Jika furniture laboratorium anda ada yang menggunakan bahan stainless stell pastikan juga grade dari stainless stell sesuai dengan spesifikasi yang anda tentukan. Grade dari stainless stell ini mempunyai pengaruh terhadap daya tahan pada korosi.

Dari gambaran yang disebutkan diatas, tentunya banyak sekali pertimbangan yang harus kita lakukan sebelum membeli furniture laboratorium. Langkah termudah untuk menghindari kesalahan dalam membeli furniture ini adalah undang vendor yang bergerak di bidang penjualan furniture laboratorium ke perusahaan anda kemudian diskusikan mengenai keinginan anda serta tempat dimana furniture tersebut akan dipasang.

Buat teman-teman yang usahanya bergerak di bidang furniture laboratorium silakan tinggalkan komentar dibawah supaya jika ada yang membutuhkan bisa langsung menghubungi.

Pengelolaan Alat Ukur

 

pengelolaan alat ukur industri

Pengelolaan alat ukur di dalam suatu perusahaan terkadang cukup sulit terutama jika jumlah alat ukur yang kita miliki sangat banyak. Pengelolaan yang tidak baik terkadang menimbulkan masalah dilapangan, terlebih yang berkaitan dengan spesifikasi produk. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan sistem pengelolaan alat ukur yang baik.

12 Hal Dalam Membuat Pengelolaan Alat Ukur

1. Setiap alat ukur harus memiliki catatan / record / history, kapan alat tersebut dibeli, merk dan tipenya apa, nomor serinya berapa, dan digunakan untuk area mana.

2. Seluruh alat ukur harus memiliki nomor dan instrument kritikal dari seluruh produk, proses dan safety harus secara fisik diberi tanda.

3. Metode kalibrasi harus diterbitkan melalui instruksi kerja / prosedur yang disahkan oleh pejabat berwenang (Manager Quality atau pejabat yang ditunjuk)

4. Interval kalibrasi serta toleransi dari nilai proses harus ditentukan untuk setiap alat ukur.

5. Harus terdapat cara untuk selalu dapat mengetahui status kalibrasi setiap instrument. Hal ini dapat melalui stiker label kalibrasi.

6. Catatan kalibrasi baik berupa laporan ataupun sertifikat yang diterbitkan oleh pihak ketiga harus disimpan.

7. Semua sistem elektronik yang digunakan untuk manajemen kalibrasi pada suatu sistem, yang mempengaruhi produk untuk pasokan ke USA, harus memenuhi persyaratan FDG 21 CFR part 11 – Electronic Records, Electronic Signatures.”

8. Standar kalibrasi / Calibrator harus lebih akurat dibandingkan dengan tingkat akurasi dari unit under test (UUT)

9. Setiap standar yang digunakan untuk mengkalibrasi harus mampu telusur ke standar nasional atau internasional yang diakui.

10. Semua alat yang digunakan harus sesuai dengan tujuan / kegunaan

11. kompetensi petugas kalibrasi yang berkaitan dengan pelatihan kalibrasi harus didokumentasikan

12. Setiap perubahan kebijakan yang berkaitan dengan alat ukur misalnya : Instruksi kerja, toleransi alat ukur, dll harus didokumentasikan dan dikendalikan.

Critical Assesment Alat Ukur

Tidak hanya proses atau sistem dalam suatu perusahaan saja yang perlu di assesment, Keberadaan alat ukur juga perlu dinilai kritis atau tidaknya. Lalu apa sebenarnya tujuan melakukan Critical Assesment alat ukur ini ? Berikut ini adalah diantaranya :

1. Untuk menentukan / mengevaluasi instrument kritikalitasnya

2. Semua instrumen baik yang langsung atau tidak langsung terkait dalam proses, harus dinilai untuk kritikalitasnya. Harus didokumentasikan.

3. Dengan adanya pengelompokan kritis atau tidaknya alat ukur tersebut, maka kita dapat memberikan informasi di lapangan baik secara langsung atau sekedar menempelkan informasi tersebut di mesin dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dari operator.

4. CAT (Criticallity Assessment Team) menentukan kritikalitas dan pertimbangan kalibrasi. Team tersebut biasanya terdiri dari Process Owner atau PIC yang bersangkutan yang lebih memahami proses di lapangan, Engineering, Quality assurance sebagai penjamin mutu, jika diperlukan bisa menambah keahlian lain misalnya dari vendor / principle untuk memberikan masukan-masukan terkait dengan alat ukur tersebut.

Alat ukur berdasarkan critical atau tidaknya dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Product critical instrument.

Instrumen yang bila gagal, berpengaruh langsung pada kualitas produk.

2. Process/system critical instrument.

Instrumen yang bila gagal, dapat berpengaruh langsung pada kinerja proses atau sistem tetapi tidak mempengaruhi kualitas produk akhir atau safety.

3. Safety/environmental critical instrument.

Instrumen yang jika gagal, berdampak langsung pada safety / lingkungan.

4. Non-critical instrument.

Instrumen yang jika gagal, tidak berdampak pada kualitas produk, kinerja proses/sistem, safety atau lingkungan.

Macam-Macam Alat Sampling

Kegiatan sampling merupakan kegiatan yang mutlak dalam suatu industri. Karena pada akhirnya bahan yang disampling tersebut akan kita analisa / cek sehingga dapat disimpulkan apakah bahan tersebut layak untuk digunakan dalam proses selanjutnya. Atau dapat juga jika ternyata bahan yang kita sampling ternyata out of spesification maka tentunya kita harus cepat melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasinya. Kali ini kita akan sedikit membahas tentang alat sampling tersebut khususnya yang digunakan di perusahaan makanan meskipun beberapan industri lainnya juga menggunakannya.

Aplikasi dalam industri makanan biasanya alat sampling digunakan untuk mengambil sampel dalam bentuk serbuk atau cair. Karena bersentuhan langsung dengan makanan maka sangat disarankan menggunakan bahan stainless stell tipe 316 yang bersifat food grade. Bentuk / desain dari alat sampling ini tergantung dari aplikasinya. Dan disarankan untuk konsultasi terlebih dahulu dengan supplier / penjual mengenai aplikasi tersebut. Melalui hasil diskusi tersebut kita dapat menentukan model yang ideal apakah bentuknya hanya semacam stick sampler dimana sampel diambil dan dikeluarkan melalui ujungnya ataukah semacam thief sampler yang lubangnya ada beberapa bagian (biasanya 3 lubang) dimana lubang tersebut masing masing mewakili sampling bagian bawah, tengah, dan atas. Volume / besarnya bahan yang akan kita sampling juga harus kita perhitungkan karena hal tersebut berpengaruh pada panjang dari lubang itu sendiri.

Sleeve Sampler

alat sampling murah

Penggunaan sleeve sampler ini cukup sederhana yaitu dengan cara memasukkan alat sampling tersebut kedalam bahan kemudian ditarik bagian ujungnya sehingga bahan masuk ke dalam sleeve sampler. Volume bahan hasil sampling dengan alat ini cenderung sedikit.

Berikut ini adalah contoh beberapa tipe dari sleeve sampling, silakan teman-teman sesuaikan dengan aplikasi di lapangan.

sleeve sampling

Thief / Powder Sampler

Thief Sampler
Alat ini dirancang untuk digunakan di dunia faramasi yang menerapkan sistem GMP, terdapat 3 lubang untuk mengambil sampel dimana volume dari bahan yang diambil dapat disesuaikan menurut kebutuhan dengan menambahkan accesories sampling pada setiap slotnya. Cara menggunakannyapun cukup mudah hanya memasukkan alat ini kedalam bahan dan memutar bagian pegangannya sehingga masuk ke dalam alat sampling dan memutarnya lagi untuk menutupnya. Alat sampling yang satu ini sangat membantu dalam ketika digunakan dalam validasi / verifikasi proses industri dimana diperlukan pengambilan sampel pada beberapa titik, misalnya bagian atas, tengah, dan bawah dari wadah.

Scoop Sampler

scoop sampler
Dilihat dari gambarnya tentu teman teman sudah dapat membayangkan kegunaannya. Alat sampling yang satu ini bisa dibilang paling sederhana dibandingkan kedua yang telah disebutkan diatas.

Contoh Produk Alat Sampling Multipro Sector Probe

multipro sector probe

Alat Sampling Multri Pro Sector Probe, SS & Alumunium, 20 ml Capacity, 22″ L sangat cocok digunakan untuk melakukan sampling powder, ataupun pellets dimana diperkirakan dalam suatu wadah sampel terjadi ketidakhomogenan antara sampel bagian bawah, tengah, maupun atas. Penggunaan dari alat sampling ini sangatlah sederhana yaitu kita cukup memutar Handle T-Shape untuk menutuh cells dan kemudian memasukkannya ke dalam wadah sampel. Ketika kedalaman dari alat sampling tersebut dirasa cukup, dan semua sektor dirasa sudah mewakili kondisi sampling maka putar handleT-Shape setengah untuk membukan cells sehingga sampel dapat masuk. Kemudian putar kembali handle ke posisi semula sehingga sampelpun dapat kita ambil untuk dilakukan analisa.

Cara Penggunaan Pipet Ukur, Pipet Volume, dan Pipet Tetes

Bekerja di laboratorium kimia tentunya kita tidak akan terlepas dari benda ini, pipet tetes, pipet ukur, dan pipet volume. Benda ini secara fungsi digunakan untuk mengambil suatu cairan / larutan tertentu.

Pipet tetes

Pipet tetes merupakan salah satu alat laboratorium kimia yang sangat kita butuhkan dalam suatu analisa. alat kecil ini berbentuk silindris dengan bagian ujung yang meruncing hampir mirip seperti sedotan ini berfungsi untuk memindahkan suatu larutan / cairan dengan skala yang kecil dan tidak membutuhkan ketelitian dari wadah satu ke wadah yang lainnya dengan cara meneteskannya. Dalam pembelian pipet tetes tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan kita, karena pipet tetes ini tersedia berbagai ukuran volume.

Jenis Pipet Tetes Merk Cole Parmer

gambar pipet tetes

1. Transfer Pipette 7.5 mililiter No. Katalog EW-06226-63

Terbuat dari bahan LDPE (Low Density Polyethylene) dengan volume maksimal sekali transfer larutan adalah 7.5 mililiter. Dengan panjang pipet sekitar 15.5 centimeter serta graduasi 3 ml.

2. Transfer Pipette, 3.9 mililiter No. Katalog EW-06226-41

Volume maksimal tranfer adalah 3.9 ml dengan panjang 14 cm dan increments 0.25 mililiter. Pipet tetes ini banyak digunakan dalam kegiatan penelitian di laboratorium. Bahannya juga sama seperti nomor 1 yaitu dari LDPE.

3. Transfer Pipette, 5.8 mililiter, No. Katalog EW-06226-61

Untuk increment dan bahan sama dengan No. 2 tetapi mempunnyai graduasi 1 ml. Panjang dari pipet ini adalah 15.5 centimeter.

4. Transfer Pipette, 6 mililiter, No. Katalog EW-06226-69

Jenis ini mempunyai ukuran paling panjang yaitu sekitar 22.5 cm, sekali transfer dapat memindahkan cairan sebanyak 6 mililiter. Selain di laboratorium, jenis ini banyak kita temui di dalam klinik ataupun rumah sakit. untuk bahan sama yaitu dari LDPE.

Contoh diatas merupakan contoh pipet tetes yang terbuat dari bahan plastik atau LDPE, selain dari bahan tersebut, pipet tetes juga terkadang juga terbuat dari bahan kaca, namun tentunya mempunyai kelemahan yaitu dapat pecah terutama di bagian ujung pipetnya.

Harga Pipet Tetes

Keempat pipet tetes tersebut diatas dijual dalam satuan pack, dimana 1 pack terdiri dari 500 pcs kecuali untuk No. Katalog EW-06226-69 hanya berisi 400 pcs. Untuk harga pipet tetes diatas berkisar antara 600 dollar. Untuk pembelian di negara kita mungkin lebih mahal mengingat pipet ini harus didatangkan langsung dari luar.

Cara Menggunakan Pipet Tetes

Cara menggunakan pipet tetes relatif mudah, berikut ini adalah tahapannya :

  • Tekan bagian ujung atas pipet tetes dan masukkan bagian ujung bawah pipet tetes ke dalam cairan / larutan yang ingin diambil.
  • Untuk menarik cairan / larutan yang ada di dalam wadah, lepaskan bagian ujung atas yang ditekan tadi secara perlahan-lahan.
  • Untuk mengeluarkan cairan yang berada di dalam pipet, tekan bagian ujung atas secara perlahan-lahan.

Catatan : Jika cairan / larutan yang kita ambil dengan menggunakan pipet tetes tersebut merupakan cairan yang berbahaya, maka pada saat mengeluarkannya sebaiknya kita lakukan secara perlahan-lahan melalui dinding peralatan gelas (beaker / tabung reaksi / labu ukur) yang akan kita gunakan sebagai penampung.

Namun jika cairan / larutan relatif tidak berbahaya, maka bisa langsung kita arahkan ke dalam dasar penampung untuk menghindari cairan menempel di dinding peralatan penampun tersebut.

Pipet Ukur

Fungsi pipet ukur hampir sama dengan pipet tetes yaitu untuk memindahkan suatu cairan dari wadah satu ke wadah yang lainnya, cuma untuk pipet yang satu ini mempunyai ukuran graduasi volume yang lebih presisi. Di pasaran pipet jenis ini ada dalam berbagai ukuran yaitu pipet ukur 1, 2, 5, 10, dan 25 ml. Untuk brand duran salah satu merk ternama untuk peralatan gelas laboratorium pipet graduasi pada volume tersebut ditandai berturut-turut dengan warna kuning, hitam, merah, orange, dan putih sesuai dengan volume yang telah saya sebutkan diatas, hal ini sesuai dengan standar DIN 12 621. Panjang dari pipet ukur merk duran adalah 36 cm untuk volume 1 – 10 cm dan 45 cm untuk pipet dengan volume 25 ml.

Pipet ukur kita gunakan tidak lepas dari volume tertentu yang ingin kita pindahkan. Oleh karena itu karena berhubungan dengan kegiatan analisa dan tentunya kita mempunyai standar dalam hasil analisa tersebut, maka pipet ukurpun mempunyai tingkat akurasi sama seperti dengan alat ukur lainnya. Akurasi untuk pipet ukur tersebut adalah 0.006 ; 0.01 ; 0.03 ; 0.05 ; 0.1 serta graduation devision adalah 0.01 ; 0.02 ; 0.05 ; 0.1 ; 0.1 berturut turut untuk pipet ukur 1, 2, 5, 10, dan 25 mili liter.

Paket pembelian dari pipet ukur tersebut adalah per pack yang berisi 12 pcs dari pipet ukur meskipun beberapa agen melayani pembelian secara terpisah. Jika ingin melakukan pembelian pastikan untuk meminta semacam test report / verivication report dari pipet ini,

Jika anda merupakan agen penjual pipet ukur atau alat laboratorium lainnya anda boleh tinggalkan komentar melalui form dibawah supaya teman-teman yang ingin melakukan pembelian merasa terbantu, atau anda juga bisa menghubungi kami untuk mempromosikan produk anda.

Aksesoris Pipet UKur

Dalam penggunaan pipet ukur tersebut, tentunya ada beberapa peralatan tambahan / pembantu yang berfungsi untuk memudahkan kita dalam bekerja dengan menggunakan pipet tersebut, berikut ini adalah diantaranya.

Pippete Stand

pipet stand

Pippet stand berfungsi untuk menaruh pipet ukur yang terbuat dari kaca jika tidak digunakan, hal ini berfungsi agar pipet ukur tersebut tidak mudah jatuh dan pecah.

Rubber Pippete Bulb

rubber bulb

Berfungsi sebagai alat bantu pengambil cairan, terbuat dari bahan karet yang tahan dengan cairan kimia. Rubber bulb ini sampai saat ini masih banyak digunakan di laboratorium baik di sekolah analis, universitas jurusan kimia, maupun di berbagai macam industri karena harganya yang relatif murah.

Pippet Conntroller

pipet controller

Secara fungsi alat bantu ini sama dengan yang rubber bulb, namun dari sisi penggunaan relatif lebih praktis dan nayaman digunakan.

Cara Menggunakan Pipet Ukur

Hampir sama dengan cara menggunakan pipet tetes, penggunaan pipet ukur ini juga relatif sederhana. Berikut ini adalah tahapannya :

  • Pasang pipet controller atau rubber bulb pada bagian ujung atas pipet ukur.
  • Sedot cairan / larutan yang dibutuhkan dengan dibantu filler hingga memiliki volume yang diinginkan.
  • Keluarkan cairan dengan mengikuti skala yang tersedia.
  • Samakan tekanan filler dengan udara sekitar.

Pipet Volume

kalibrasi pipet volume

Unit pipet volume ini hampir sama dengan pipet ukur, namun hanya memiliki 1 penanda sesuai dengan volumenya saja. Cara penggunaannya pun juga sama dengan pipet ukur.

Kalibrasi Pipet Ukur, Pipet Volume dan Pipet Tetes

Untuk pipet tetes, karena tidak memerlukan tingkat akurasi yang tinggi dalam penggunaanya, maka tidak perlu dilakukan kalibrasi. Lain halnya dengan pipet ukur dan pipet volume, untuk menjamin akurasi dari kedua alat tersebut sesuai dengan standar, dan dikarenakan seiring dengan penggunaan dari pipet ukur dan pipet volume tersebut tentunya terkadang mengalami frosting, maka sangat diperlukan untuk dilakukan kalibrasi pipet ukur dan pipet volume tersebut. Kegiatan kalibrasi pipet tersebut bisa dilakukan secara internal oleh perusahaan teman-teman sendiri jika dirasa personel yang melakukan sudah kompeten (sudah berpengalaman dan pernah mendapatkan training kalibrasi volumetrik) dan mempunyai perlalatan pendukungnya. Namun jika dirasa lebih munguntungkan jika menggunakan jasa pihak ketiga, maka teman-teman bisa menggunakan layanan kalibrasi yang biasa teman-teman gunakan.

Jika ada yang ingin ditambahkan silakan berikan masukan melalui kolom komentar dibawah.

Referensi :

https://shop.brand.de/en/liquid-handling/micropipettes.html

https://www.coleparmer.com/p/cole-parmer-disposable-transfer-pipettes/47805

Perhitungan (Air Change Hour) dan Prinsip Kalibrasi Balometer

Pada artikel kali ini kita akan membahas sedikit yang berhubungan dengan HVAC, atau khususnya tentang cara pengukuran airflow, perhitungan ACH (Air Change Hour) pada ruang serta prinsip kalibrasi balometer dimana alat ini adalah alat ukur aliran udara. Namun sebelum membahas mengenai hal-hal tersebut, ada baiknya kita memahami mengenai beberapa istilah / terminologi berikut ini :

  • Airflow adalah aliran / pergerakan udara.
    Contoh : Pergerakan udara dari inlet air yang masuk dari hepa filter di ceiling / plafon yang mengalir ke ruangan kemudian di hisap atau masuk ke Exhouse air atau saluran buang. Laju aliran udara atau air flow biasanya dinyatakan dengan satuan FPM

gambar aliran udara

  • Volume udara adalah Jumlah dari berapa banyak udara yang mengalir di dalam ruangan, Volume tersebut dinyatakan dengan satuan CFM atau Cubic Feet per Minute. CFM ini adalah satuan yang biasa muncul di alat ukur laju alir udara yang kita pakai, yaitu balometer dan anemometer. Gambar dibawah ini merupakan tampilan dari unit alat anemometer dan balometer.

kalibrasi balometer

Perbedaan dari kedua alat ini adalah jika menggunakan balometer maka yang muncul di displaynya sudah dalam satuan volume udara yang mengalir pada hepa filter, misal : pada titik hepa filter tersebut dengan luas ukurannya 24 x 48 inch. Di display balometer tersebut sudah dalam bentuk volume satuan CFM atau Cubic Feet per Minute.

Namun jika kita menggunakan alat anemometer maka satuan yang muncul masih dalam FPM (Feet per minute), atau belum dikonversi ke satuan volume. Jadi jika kita melakukan pengukuran dengan menggunakan Anemometer maka nanti kita harus mengukur di beberapa titik di luasan hepa filter itu, bisa 5 titik atau 6 titik tergantung dengan luas dari hepa filter itu sendiri, sehingga nanti kita harus melakukan penghitungan-perhitungan lebih lanjut, namun jika menggunakan balometer maka satuan yang muncul di display itu sudah dalam bentuk volume keseluruhan sehingga kita tidak perlu lagi menghitung di setiap titik nya.

Tampilan pengukuran dengan menggunakan balometer untuk beberapa brand alat saat inipun bisa langsung terhubung ke smartphone android kita dengan satuan volume atau CFM atau Cubic Feet per Minute mengalir pada satu hepa filter, dan hal ini tentunya akan sangat membantu kita dalam melakukan kegiatan pengukuran.

Contoh jika kita mengukur dengan alat balometer maka kita cukup melakukan pengukuran pada 5 titik saja sehingga nanti kita lebih mudah dan juga lebih cepat dalam melakukan pengukuran berapa flow keseluruhan atau berapa volume udara yang masuk kedalam ruang. Untuk beberapa alat balometer, hasil dari pengukuran tersebut bisa kita cetak secara langsung yang memberikan informasi mengenai waktu pengukuran, volume udara yang masuk, suhu udara di hepa filter yang kita ukur tersebut atau suhu udara yang kita ukur, namun karena ini penguukuran laju alir udara maka kita tetap fokus hasil volume udara yang mengalir pada masing-masing hepa filter.

Cara Menghitung Air Changes Per Hours (ACH)

Pengertian Air Changes Per Hours (ACH) adalah Jumlah pergantian udara yang terjadi dalam waktu satu jam di suatu ruangan, Air Changes Per Hours (ACH) atau pergantian udara ini sangatlah penting karena menjadi standar yang harus kita penuhi, jika kita melakukakan instalasi tata udara pada ruang-ruang cleanroom / bersih.

Berikut ini adalah tabel panduan ketika kita mendesain sebuah ruangan bersih atau ruang cleanroom, disini kita mencoba untuk menghitung clean room dengan kelas 10.000 Micron, dimana diketahui bahwa nilai Air Changes Per Hours (ACH) nya adalah antara 20-40 kali per jam dimana artinya minimal 20 dan maksimal 40.

tabel air change hour

Cara untuk mengetahui berapa nilai Air Changes Per Hours (ACH) yang seharusnya kita penuhi sebelum kita melakukan instalasi tata udara di ruang cleanroom sangatlah sederhana yaitu kita harus mengetahui dulu Berapa Air Changes Per Hours (ACH) serta berapa volume udara yang kita butuhkan untuk memenuhi standar (lihat nilai pada tabel diatas)

Nilai Air Changes Per Hours (ACH) berdasarkan tabel adalah antara 20-40. Untuk perhitungan kita ambil contoh yang paling kecil yaitu 20 kali perjam, maka cara menghitungnya adalah :

Jadi target minimal flow udarannya adalah volume ruang x Air Changes Per Hours (ACH) -> Lihat data pada tabel diatas.

Kita lihat dari tabel diatas antara 20 – 40, kita mengambil yang 20 kali sebagai contoh ruangan OK

Lebar : 5,85 meter
Panjangnya : 6,85 meter
Tinggi : 3 meter
Maka volume ruang tersebut adalah 120,2 M3

Kemudian Air Changes Per Hours (ACH) kita lihat tabel adalah 20 kali, maka kita menggunakan 20 kali per jam. Maka target flow udara yang masuk kedalam ruangan volume totalnya adalah :

120,2 M3 x 20 = 2404 CMH (Cubik meter per hour)

Sehingga target dalam ruangan dengan volume ruang 120.2 M3 ini volume udara yang mengalir kedalam ruangan yang disupply itu minimal adalah 2404 CMH.

Nilai tersebut kita gunakan acuan untuk menentukan Booster fan itu harus mampu memberikan supply udara minimal 2404 CMH.

5 buah hepa filter

Misal hasil pengukuran dengan menggunakan balometer (total flow udara) di ruangan menghasilkan data sebagai berikut :

V = Total flow Udara

V = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 + V6

V1 = 334
V2 = 351
V3 = 325
V4 = 330
V5 = 345

Maka total keseluruhan volume udara yang mengalir melalui 5 hepa filter kedalam ruangan adalah :
Maka V = 1685 CFM Atau jika dikonversi menjadi V = 2847 CMH

Kemudian kita akan mencocokkan Apakah instalasi tata udara yang kita pasang tadi yang sudah kita ukur menggunakan balometer tadi sesuai dengan ketentuan yang ditentukan bahwasanya harus minimal 20 kali ACH nya Apakah sudah benar apa belum.

Maka bisa kita hitung menggunakan rumus seperti ini :

ACH = V Udara / V Ruang
ACH = 2847 CMH / 120.2 M3
ACH = 23,68 Kali / Jam

Sehingga jika kita tadi mengambil batas paling rendah yaitu 20 kali per jam ACH nya sesuai dengan tabel yang kita tampilkan diatas maka instalasi tata udara yang kita pasang pada ruangan tersebut sudah memenuhi standar ACH nya.

Bagian-bagian Alat Balometer :

Untuk mempelajari bagian dari alat balometer, maka kita gunakan contoh produk Alnor ELectronic Ballanciong TOol Model EBT730 / EBT731. Berikut ini adalah tampilannya :

alat balometer

Unit ini merupakan salah satu unit yang banyak digunakan karena dapat digunakan untuk dalam proses commisioning HVAC, pengetesan ruangan bersih dan biological safety cabinet, lemari asam, dll.

Fungsinya juga tidak terbatas untuk mengukur aliran udara saja, namun bisa digunakan untuk mengukur temperature, kelembaban udara, dan kecepatan udara.

Bagian utama dari alat ini adalah :

1. Micromanometer

Merupakan unit pengukur dari beberapa parameter yang telah disebutkan diatas. Unit ini mempunyai fitur penyimpan data dimana data tersebut dapat di download di PC menggunakan software. Bagian-bagian alat micrometer tersebut bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

display balometer

2. Flow Hood

bagian bagian alat balometer

Bagian bagian Flow Hood  seperti yang kita lihat pada gambar diatas :
No. 1 : Fabric Hood – Basic Hood Asembly
No. 2 : Base allow micromanometer to be attached
No. 3 : Micromanometer with display
No. 4 : Flap Actuator
No. 5 : Read SwitchPada bagian capture hood

3. Capture Hood Stand

Asesoris ini didesain untuk memudahkan pengukuran, karena terdapat roda dibagian bawahnya, maka dalam melaukan pengukuran kita tidak perlu capek-capek dengan mengangkat unit balometer itu sendiri, melainkan cukup dengan mendorongnya. Untuk pembacaan hasil pengukurannyapun dapat kita lihat menggunakan android yang tentunya menggunakan software yang telah kita download sebelumnya.

stand balometer

Contoh Sertifikat Kalibrasi Balometer :

contoh sertifikat kalibrasi balometer

Gambar diatas merupakan contoh dari sertifikat kalibrasi balometer, dapat dilihat bahwa unit tersebut dikalibrasi dengan beberapa parameter yaitu temperature, differential pressure, barometer, dan flow meter nya, dimana hasil pengukuran alat balometer tersebut dibandingkan dengan standar yang tertelusur ke satuan SI.

Jika teman-teman ada yang ingin melakukan kalibrasi balometer bisa menggunakan suplier tempat dimana membeli unit tersebut, atau juga bisa menggunakan jasa kalibrasi disini.

Referensi :

Sumber gambar : https://tsi.com/

Pemilihan dan Verifikasi Metode (Klausul 7.2.1 ISO 17025)

pemilihan dan verifikasi metodeJika pada artikel sebelumnya kita membahas mengenai jaminan mutu di laboratorium, maka kali ini kita akan belajar mengenai bagian dari  klausul 7.2 dari ISO / IEC 17025 : 2017 dimana klausul ini membahas mengenai metode verifikasi dan validasi. Sebelum masuk ke pembahasan tersebut ada baiknya kita memaahami terlebih dahulu mengenai arti istilah verifikasi dan validasi.

Pengertian Verifikasi

verifikasi adalah penyediaan bukti objektif bahwa butir yang diberikan memenuhi persyaratan yang ditentukan / kegiatan yang membuktikan bahwa suatu persyaratan sudah dipenuhi, sehingga didalam kegiatan verifikasi tersebut ada persyaratan dan diakhiri dengan kesimpulan, apakah kesimpulannya verify atau tidak verify tergantung tujuan dari verifikasi tersebut.

Contoh :
Kegiatan konfirmasi bahwa material acuan yang diberikan adalah homogen untuk nilai besaran dan prosedur pengukurannya bersangkutan hingga ke bagian pengukuran yang memiliki massa 10 mg.

Jadi ketika bahan acuan ini dinyatakan memiliki homogenitas sampai kadar per 10 mg maka kita perlu membuktikan homogenitasnya, nah pembuktian ini disebut sebagai verifikasi.

Pengertian Validasi

Validasi adalah kegiatan verifikasi dengan persyaratan yang ditentukan pemakai untuk tujuan penggunaan. Kalau verifikasi tadi kita hanya membuat atau melakukan kegiatan untuk membuktikan bahwasanya suatu persyaratan itu telah terpenuhi maka kalau validasi adalah verifikasi yang dilanjutkan untuk tujuan penggunaannya.

Contoh :

Suatu prosedur pengukuran biasanya digunakan untuk pengukuran konsentrasi massa nitrogen dalam air tapi metode tersebut ingin kita gunakan untuk mengukur konsentrasi massa nitrogen dalam serum manusia bisa atau tidak. Nah kegiatan ini disebut dengan validasi.

Secara garis besar klausul 7.2 SNI ISO / IEC 17025 : 2015 yang berjudul pemilihan verifikasi dan validasi metode, dimana klausul tersebut terdiri dari 2 sub klausul, yang masing-masing juga terdiri dari sub sub klausul yang lebih kecil lagi. Pada artikel ini yang kita bahas hanyak klausul 7.2.1 nya terlebih dahulu.

Klausul 7.2.1 Pemilihan dan Verifikasi Metode

Seperti yang sudah diinfokan di awal Sub Klausul 7.2.1 ini terdiri dari sub-sub klausul lagi.

Klausul 7.2.1.1

Laboratorium harus menggunakan metode dan prosedur yang sesuai untuk semua kegiatan laboratorium dan jika sesuai untuk evaluasi ketidakpastian pengukuran serta teknik statistik untuk analisis data.

catatan tambahan : metode yang digunakan dalam dokumen ini dapat dianggap sama dengan istilah prosedur pengukuran yang didefinisikan dalam standar ISO.

Jadi ketika kita melakukan pengujian dan kalibrasi harus menggunakan metode yang tepat, begitu juga evaluasi ketidakpastian juga harus tepat. Metode harus digunakan sesuai peruntukannya.

Misalnya, kita akan melakukan kalibrasi timbangan maka harus menggunakan metode kalibrasi timbangan sehingga laboratorium melaksanakan kegiatan kalibrasi sesuai dengan metodenya.

Baca Juga : Jasa Layanan Kalibrasi Timbangan

Jika dalam metodenya disebutkan bahwasanya melakukan pengulangan penimbangan atau repeatability sebanyak 10 kali maka kita dikatakan telah menggunakan metode dengan tepat ketika melaksanakan sesuai dengan metode yang tertulis. Jadi prakteknya juga harus menimbang sebanyak 10 kali sebagaimana dalam metodenya.

Ketika kita salah memilih metode misalnya metode untuk kalibrasi timbangan tapi digunakan untuk kalibrasi instrumen lainnya maka hal ini bisa menjadi ketidaksesuaian pada klausul 7.2.1.1 SNI ISO / IEC 17025 : 2017.

Begitu juga ketika proses metode itu mengharuskan kegiatannya dengan urutan 1 – 2 – 3 tapi dalam praktek laboratorium urutannya tidak seperti itu (misalnya dengan urutan 2 – 3 – 1) maka hal ini bisa menjadi ketidaksesuaian, karena tidak menetapkan menerapkan metode dengan tepat.

Begitu juga untuk perhitungan atau evaluasi ketidakpastiannya juga harus tepat. Secara umum untuk kalibrasi menggunakan ISO GUM untuk evaluasi ketidakpastiannya.

Contoh lain ketidaksesuaian mengenai penggunaan metode yang tidak tepat :

Laboratorium hanya mengutip judul dokumen standar tertentu, misalnya ketika mengkalibrasi mikrometer dia menyebutkan acuannya JIS B7502, tetapi substansi instruksi kerja tidak sesuai dengan isi dokumen standar tersebut. Hal ini bisa terjadi karena laboratorium tidak memiliki dokumen aslinya atau tidak memahami isi dokumen tersebut, atau kita sudah mempunyai dokumen tersebut tapi tidak mengkajinya terlebih dahulu sebelum menulisnya ke dalam instruksi kerja.

Contoh ketidaksesuaian lainnya yaitu, Laboratorium yang mengacu ke dokumen standar yang sebetulnya adalah standar spesifikasi bukan standar metode kalibrasi,

Dokumen standar spesifikasi mungkin menetapkan batas toleransi untuk benda / alat yang dikalibrasi tersebut, tetapi tidak menguraikan cara mengukurnya. Jadi dokumen standar seperti ini sebetulnya tidak tepat untuk diacu sebagai metode kalibrasi.

Klausul 7.2.1.2

Semua metode prosedur dan dokumentasi pendukung seperti instruksi, standar, manual, dan data acuan yang relevan dengan kegiatan laboratorium harus dijaga mutakhir dan harus tersedia dengan mudah bagi personel.

Klausul ini mengharuskan kita melakukan pemantauan kemutakhiran dokumen. jadi ketika kita mengacu misalnya JIS b7502 untuk kalibrasi mikrometer, nah dokumen tersebut yang paling mutakhir edisi tahun berapa? misalnya di tahun 2016, setelah itu harus ada tindakan untuk mengetahui bahwa setiap dokumen yang kita jadikan acuan mutakhir, misalnya apakah kita akan membelinya yang baru, atau sebagainya.

Jika karena satu hal kita tidak dapat menerapkan dokumen yang mutakhir tersebut dan tetap ingin menggunakan dokumen versi sebelumnya yang sudah tidak berlaku, maka kita wajib untuk melakukan validasi terlebih dahulu karena dianggap sebagai metode pengembangan dari laboratorium.

Contoh Kasus :

Penggunaan metode AS 2853 : 1986 yang sebenernya sudah dinyatakan tidak valid lagi oleh penerbitnya.

Point dalam klausul 7.2.1.2 ini adalah harus ada pemantauan kemutakhiran dokumen yang menjadi dokumen acuan misalnya dalam interval satu tahun sekali.

Masih membahas klausul 7.2.1.2 ini dimana dokumen tersebut harus tersedia bagi personel atau distribusi dokumennya harus memadai, misalnya kalau instruksi kerja atau metode kalibrasi sudah Selayaknya bisa diakses oleh personil teknis atau analis, maka distribusinya juga harus memadai tidak hanya pada level managerial, tapi harus bisa diakses oleh personil yang menggunakannya.

Klausul 7.2.1.3

Laboratorium harus memastikan bahwa laboratorium menggunakan versi metode yang valid terbaru, kecuali jika itu tidak sesuai dan tidak mungkin digunakan jika diperlukan penerapan metode harus dilengkapi dengan rincian tambahan untuk memastikan penerapan yang konsisten

Misalnya : AS 2853 : 1986 yaitu temperatur enclosure yang biasa digunakan sebgai acuan untuk mengkalibrasi metode oven, inkubator, climatic chamber, dll.

Baca Juga : Efisiensi Budget Perusahaan dengan Program Kalibrasi Suhu

Lembaga teknis yang menerbitkan AS 2853 : 1986 itu sudah menyatakan bahwa AS 2853 : 1986 itu sudah tidak valid dan tidak diganti dengan versi yang baru. Artinya si pembuat dokumen saja sudah menyatakan tidak valid, maka kita yang tidak membuatnya tidak punya landasan untuk tetap menggunakan metode tersebut karena sudah dinyatakan tidak valid. Sehingga kita sebaiknya mengacu ke dokumen lain yang masih valid yang bisa digunakan untuk mengkalibrasi temperature / enclosure semacam Oven, inkubator, dll.

Misalnya : DKD 57 yang digunakan untuk mengkalibrasi climatic chamber, kita bisa mengambil dari sisi suhunya saja.

catatan :

Standar internasional, regional, atau nasional yang memuat informasi yang cukup dan ringkas tentang cara melakukan kegiatan kalibrasi itu tidak perlu dilengkapi atau ditulis ulang Sebagai metode internal.

Jadi pointnya adalah metode baku tersebut tidak perlu ditulis ulang selama dipahami oleh personel bersangkutan, namun terkadang ada metode acuan dimana masih menggunakan bahasa inggris dan untuk level pelaksana mengalami kesulitan dalam penerjemahannya, sebaiknya laboratorium membuat metode dengan bahasa yang mudah dipahami berdasarkan acuan metode baku tersebut.

Klausul 7.2.1.4

Bila pelanggan tidak menentukan metode yang akan digunakan, laboratorium harus memilih metode yang tepat dan memberitahu pelanggan tentang metode yang dipilih. Metode yang diterbitkan baik dalam standar internasional, regional, ataupun nasional, atau oleh organisasi teknis yang memiliki reputasi baik, atau dalam naskah ilmiah atau jurnal yang relevan atau yang dinyatakan oleh produsen peralatan itu direkomendasikan.

Metode-metode yang disebutkan diatas kita mengenalnya sebagai metode baku.

Berikut ini adalah beberapa metode baku lainnya adalah :

  • Metode yang diterbitkan dalam standar baik itu standar internasional regional atau nasional
    Contoh : Metode yang diterbitkan oleh ISO, ASTM, SNI, JIS dan standar lainnya.
  • Metode yang diterbitkan oleh organisasi teknis yang memiliki reputasi baik.
    Contoh : Metode yang diterbitkan oleh SNSU BSN, DKD, NIST, dll
  • Metode dalam naskah ilmiah atau jurnal yang relevan kemudian ada juga
  • Metode yang dinyatakan oleh produsen alat

Selain itu metode yang dikembangkan atau dimodifikasi oleh laboratorium juga dapat digunakan atau dalam kata lain kita boleh menggunakan metode yang tidak baku. Tentunya metode tidak baku tersebut harus divalidasi terlebih dahulu.

Klausul 7.2.1.5

Laboratorium harus memverifikasi bahwa dapat melakukan metode dengan benar sebelum penggunaannya dengan memastikan bahwa laboratorium dapat mencapai kinerja yang dipersyaratkan.

Jadi pointnya disini adalah metode baku itu harus diverifikasi sebelum digunakan.

Verifikasi adalah penyediaan bukti objektif bahwasanya persyaratan telah terpenuhi, persyaratan dalam metode baku tertuang dalam kinerja metode atau unjuk kerja metode. Nah untuk kegiatan verifikasi ini rekamannya harus disimpan.

Contoh Unjuk Kerja / Kinerja Metode :

  • Presisi
  • Akurasi
  • Limit of Detection
  • Sensitifitas
  • Rentang Ukur
  • Linieritas
  • dll

Jadi Proses Verifikasi ini adalah :

  • Kita melakukan eksperimen / pengujian sesuai dengan metode baku tersebut.
  • Dari hasil eksperimen / pengujian tersebut kita mendapatkan hasil untuk parameter unjuk kerja.
  • Kita bandingkan hasil tersebut diatas dengan kinerja metoda / unjuk kerja metode apakah masuk spesifikasi atau tidak.

Klausul 7.2.1.6

Jika dibutuhkan pengembangan metode, hal ini harus merupakan kegiatan terencana dan harus ditugaskan kepada personil yang kompeten yang dilengkapi dengan sumber daya memadai.

Jadi hal-hal apa saja yang dibutuhkan pada saat pengembangan metode, apakah larutan, standar, waktu, kondisi lingkungan, semuanya harus direncanakan terlebih dahulu. Dari sisi personel yang ditunjuk untuk melakukan pengembangan metode juga harus diberikan kewenangan sebagaimana yang tertuang dalam klausul 6.2 mengenai persyaratan sumber daya (personel)

Dan bagian terpenting harus dilakukan kaji ulang terhadap metode-metode tidak baku diatas.

Baca Juga : Persyaratan Kompetensi Personel Laboratorium

Klausul 7.2.1.7

Penyimpangan dari metode untuk semua kegiatan laboratorium terjadi hanya jika penyimpangan itu telah didokumentasikan, dibenarkan secara teknis, disahkan, dan diterima pelanggan.

catatan keberterimaan pelanggan atas penyimpangan dapat disepakati terlebih dahulu dalam kontrak.

Contoh :
Kalibrasi timbangan, berdasarkan metode titik massa yang diambil adalah per 10 %, misalnya analytical ballance dengan kapasitas 200 gr, maka sesuai metode dikalibrasi mulai dari 20 ; 40 ; 60 ; 80 gr, dst.

Nah bagaimana jika dalam kasus tertentu pelanggan meminta titik khusus misalnya 1 gr? Hal ini dimungkinkan selama kita mampu melakukannya, misalnya kita mempunyai standard anak timbangan tersebut dan tentunya terdapat pernyataan titik yang diminta dari pelanggan misalnya di tanda terima alat / di surat perintah kalibrasi. Nah bukti rekaman ini haruslah kita simpan.

Demikian penjelasan mengenai klausul 7.2.1 ISO 17025 : 2017. Jika ada yang ingin ditambahkan silakan melalui kolom komentar dibawah.

Alat Pemadam Api Ringan, Apa Saja Jenis dan Bagiannya?

Sebelum membahas mengenai jenis, bagian, serta cara menggunakan alat pemadam api ringan  (APAR), maka akan kita awali terlebih dahulu dengan teori segitiga api, karena APAR itu sendiri erat kaitannya dengan kebakaran. Kebakaran merupakan sesuatu yang sangat tidak kita inginkan. Kebakaran terjadi tentu tidak dengan sendirinya. Ada elemen-elemen dimana kebakaran ini dapat terjadi. Ketiga elemen inilah yang sering disebut dengan segitiga api.

Elemen Segitiga Api

segitiga api

1. Oksigen

Secara normal kandungan oksigen dalam suatu udara adalah 20%.

3. Bahan bakar

Bahan bakar ini dapat berbentuk apa saja yang dapat terbakar. Jika dalam bentuk padatan maka semakin kecil bentukknya maka bahan tersebut semakin mudah menyala. Jika bahan tersebut berbentuk cair maka semakin rendah titik nyalanya maka semakin mudah juga bahan tersebut menyala. Sedangkan dalam bentuk gas dengan konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaannya.

3. Panas / Penyalaan

Hal ini disebabkan oleh berbagai macam sumber yang dapat menaikkan suhu diatas titik nyala misalnya dapat berasal dari listrik statis, percikan listrik (konsleting), perlengkapan pemanas, pipan pemanas, puntung rokok, percikan api yang berasal dari kegiatan pengelasan dan lain sebagainya.

Segitiga api tersebut merupakan syarat munculnya api. Jika satu unsur saja dalam segitiga tersebut dihilangkan maka api akan padam.

Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Tipenya

jenis kebakaran

1. Klasifikasi A

Yang terbakar adalah material organik, seperti kayu, arang. Alat pemadam api yang digunakan adalah air, AFFF.

2. Klasifikasi B(i)

Yang terbakar adalah cairan dan benda padat yang dapat dicairkan yang larut dalam air -aceton. Dimana alat pemadam digunakan jenis busa, cairan penguap, karbon dioksida, bubuk kering, AFFF

3. Klasifikasi B(ii)

Material yang terbakar adalah cairan dan benda padat yang dapat dicairkan yang tidak larut dalam air – bensin, lemak, lilin dengan pemadaman menggunakan busa, AFFF, cairan penguap, karbon dioksida, bubuk pengering

4. Klasifikasi C

Dengan material yang terbakar gas dan gas cair – propana, butana pemadaman dengan cara menisolasi sumbernya, atau dengan menggunakan bubuk kering.

5. Klasifikasi D

Untuk material logam – magnesium, alumunium padamkan dengan bubuk kering khusus

6. Klasifikasi F

Material minyak goreng dan lemak dengan pemadaman menggunakan substansi kimia basa

Jenis-Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

jenis jensi apar

Alat pemadam api ringan yang biasanya dijual di pasaran itu berbahan dasar ada 4 yaitu :

1. Jenis cairan atau air

Dimana kebakaran api yang dapat dipadamkan dengan Jenis cairan atau water ini yaitu kelas A dan kebakaran kelas C

2. jenis busa atau form

Dimana kebakaran yang bisa dipadamkan oleh busa ini yaitu kebakaran kelas A dan kebakaran kelas B

3. Jenis serbuk kimia atau dry chemical powder

Bahan serbuk kimia ini dapat memadamkan api dengan kelas A kelas B dan kelas C

4. Jenis karbon dioksida atau karbondioksida

Kebakaran yang dapat dipadamkan yaitu kelas api dengan kelas B maupun kelas C dan D

Bagian-Bagian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

bagian-bagian apar

1. lever atau tuas APAR

2. handle / pegangan APAR Hai

3. Pin

4. Manometer atau indikator tekanan APAR

5. Selang atau hose APAR

6. corong

7. Label informasi

Di dalam label informasi APAR itu terdapat petunjuk APAR, ranting APAR dan klasifikasi dan jenis APAR.

Cara Menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

cara menggunakan apar

1. Pastikan tekanan APAR dimana harus pada posisi hijau

2. Lepas PIN lepas PIN

3. Angkat APAR dengan memegang pegangan atau hendel

4. Lepaskan corong dan arahkan ke atas

5. Tekan tuas beberapa kali memastikan APAR bisa kita gunakan

6. Arahkan corong ke Sumber Api dengan jarak 2 sampai 3 meter

7. Tekan tuas Arahkan semburan APAR ke titik api

8. Apabila api sudah padam APAR kita Letakkan kembali ke posisi terbaring yang menandakan APAR kosong dan tidak bisa kita gunakan kembali

Cara Perawatan Alat Pemadam Api Ringan

  1. Pastikan jarum pada pressure gauge dalam posisi hijau

2. Pastikan lever dengan hendel itu tidak berkarat

3. Pastikan selang-selang tidak tersumbat

4. Pastikan Silinder atau tabung itu tidak berkarat

5. Pastikan Label informasi karena didalam diberi informasi ini terdapat semua jenis-jenis Crush yang diperuntukkan untuk kita gunakan dan cara perawatannya jangan sampai label informasi ini kadaluarsa

Semoga bermanfaat.

Informasi Terdokumentasi dan Prosedur Pengendalian Dokumen

pengertian pengendalian dokumen adalah

Sebelum kita membahas tentang Apa itu informasi terdokumentasi, ada baiknya kita mengenal istilah yang paling sering digunakan dalam penerapan sistem manajemen berbasis ISO terkait informasi terdokumentasi, yaitu dokumen atau dokumen acuan kerja dan catatan atau rekaman.

  • Dokumen atau dokumen acuan adalah informasi dan media pendukungnya yang menjadi acuan kerja, contohnya bisa berupa kebijakan perusahaan, kumpulan prosedur, instruksi kerja, petunjuk teknis, dll.
  • Catatan atau rekaman adalah bukti hasil kegiatan kerja yang terdokumentasi dimana dapat berupa dokumen khusus hasil kegiatan kerja, kumpulan data, informasi digital ataupun informasi analog yang dibuat, diambil dan dikelola dalam rangkaian kegiatan kerja

Kedua istilah tersebut diatas baik berupa dokumen acuan kerja ataupun bukti hasil kerja jika dalam Standar ISO versi terbaru disebut sebagai informasi terdokumentasi.

Sederhananya Informasi terdokumentasi adalah informasi yang diperlukan untuk dikendalikan dan dikelola oleh suatu organisasi termasuk medianya dimana informasi tersebut terkandung. Informasi terdokumentasi bisa dalam bentuk atau jenis media apapun.

Persyaratan umum dalam klausul 7.5.1 ISO 9001 : 2015

Sistem manajemen mutu harus meliputi informasi terdokumentasi yang dipersyaratkan oleh standar internasional ISO tersebut dan sistem manajemen mutu organisasi harus meliputi informasi terdokumentasi yang ditentukan oleh organisasi untuk keefektifan sistem manajemen mutu.

Contoh dokumen acuan kerja yang wajib tersedia sesuai persyaratan ISO 9001 : 2015

  • Ruang lingkup
  • Kebijakan mutu
  • Sasaran mutu
  • Kriteria untuk evaluasi pemasok
  • dll

Baca Juga : Hirarki Dokumen dalam Sistem Manajemen Laboratorium ISO 17025 : 2017

Hal diatas adalah contoh dokumen acuan kerja yang wajib tersedia menurut persyaratan ISO 9001 : 2015.

Contoh lainnya adalah contoh bukti atau catatan atau rekaman yang wajib tersedia, dipelihara, dikelola, dan disimpan sesuai persyaratan ISO 9001 : 2015

Informasi terdokumentasi yang disyaratkan oleh kebutuhan organisasi untuk keefektifan sistem manajemen yang ditetapkan umumnya dapat diketahui melalui identifikasi proses atau pemetaan proses sehingga kita bisa menentukan proses-proses apa saja yang perlu didokumentasikan untuk keefektifan penerapan sistem manajemen sesuai kondisi perusahaan masing-masing.

Contoh identifikasi proses dapat dalam bentuk peta proses. Peta proses tersebut ditetapkan bersama-sama dengan tim ISO Anda lainnya atau jika ada bersama wakil manajemen atau management representative. Dari peta proses ini kita bisa menentukan misalnya kebijakan operasional, prosedur apa saja yang diperlukan yang selanjutnya dapat memperkirakan dokumen-dokumen pendukung lainnya yang dibutuhkan untuk memastikan keefektifan penerapan sistem manajemen sesuai kondisi perusahaan masing-masing

Mari kita lihat contohnya…

Berikut ini adalah beberapa contoh informasi terdokumentasi yang dibutuhkan untuk efektifan penerapan. sistem manajemen di masing-masing perusahaan dan tentunya a bisa berbeda-beda antar pulsanya dan ini adalah contoh lainnya dengan demikian bisa kita pahami bahwa masing-masing perusahaan memiliki kebutuhan terkait dengan informasi terminasi yang berbeda-beda untuk tujuan keefektifan masing-masing selain yang dipersyaratkan oleh sistem internasional yang dijadikan acuan

Faktor yang Mempengaruhi luasnya informasi terdokumentasi

1. Ukuran organisasi dan jenis kegiatannya termasuk proses produk dan jasa yang dihasilkan, misalnya lingkup penerapan sistem manajemen tersebut mencakup lokasi kantor pusat dan beberapa cabang atau di lokasi lainnya, artinya semakin besar ukuran organisasi tersebut maka akan semakin luas dan detail informasi terdokumentasi yang dibutuhkan

2. kompleksitas proses dan interaksinya. jadi semakin Kompleks proses kegiatan kerja di tempat kita maka semakin luas dan detail informasi perlu mentasi yang harus kita bangun.

3. Kompetensi personilnya dan pentingnya suatu aktivitas. Makna penting disini maksudnya adalah ketika ketidakberadaan informasi terdokumentasi tersebut maka dapat mempengaruhi mutu atau kinerja proses atau produk.

Baca Juga : Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Sesuai Standar ISO 17025

Klausul 7.5.3 Pengendalian Informasi Terdokumentasi

Klausul 7.5.3.1 ISO 9001 : 2015

Informasi terdokumentasi yang diperlukan oleh sistem manajemen mutu organisasi dan standar internasional ini harus dikendalikan untuk memastikan tersedia dan sesuai untuk digunakan dimana dan saat kapan diperlukannya informasi terdokumentasi tersebut dan juga harus dikendalikan untuk memastikan terlindungi dengan baik.

Terlindungi disini maksudnya adalah terlindungi dari hilangnya kerahasiaan, penggunaan yang tidak benar, atau hilangnya keutuhan informasi.

Klausul 7.5.3.2 ISO 9001 : 2015

Untuk mengendalikan informasi terdokumentasi maka organisasi harus menangani kegiatan berikut ini sebagaimana berlaku :

1. Adanya kegiatan distribusi, akses, temu balik dan penggunaan.

2. Kegiatan penyimpanan dan pemeliharaan termasuk memastikan agar dokumen acuan kerja maupun catatan tetap dapat terbaca yaitu dokumen tersebut haruslah dapat terbaca oleh pengguna, mesin, aplikasi atau komputer yang digunakan.

Kedua kegiatan ini berlaku untuk pengendalian dokumen acuan kerja dan juga pengendalian catatan

3. Kegiatan pengendalian perubahan atau pengendalian versi dokumen.

Hal ini berlaku untuk pengendalian dokumen acuan kerja. Lalu bagaimana dengan form yang belum diisi atau blanko dimana form yang belum diisi atau blanko termasuk kategori dokumen acuan kerja sehingga tetap harus dikendalikan versinya atau revisinya.

4. Kegiatan penentuan dan penerapan masa simpan dan penyusutan.

Umumnya pengedalian ini terkait dengan pengendalian catatan atau rekaman.

5. Kegiatan pengendalian dokumen eksternal.

Yaitu dokumen yang berasal dari pihak luar organisasi yang dibutuhkan oleh organisasi dan dapat dijadikan bagian dari acuan kerja atau referensi.

Pengendalian dokumen acuan kerja adalah terkait dengan poin-poin :

  • Distribusi
  • Akses Temu Balik
  • Penggunaan
  • Penyimpanan
  • Pemeliharaan Pengendalian perubahan
  • Pengendalian dokumen eksternal

Contoh pengendalian dokumen

Pengendalian Dokumen Internal

Berikut ini adalah alur pengolahan dokumen dalam bentuk Hardcopy

  • Pomohon menyerahkan dokumen yang akan dikendalikan ke pengendalian dokumen.
  • Pengendali dokumen memastikan agar dokumen ditinjau dan disetujui sebelum didistribusikan sesuai dengan ketentuan pengesahan dokumen acuan kerja yang berlaku, misalnya : ditinjau oleh atasan pemohon lalu disetujui oleh perwakilan manajemen.
  • Setelah itu kembali ke pengendali dokumen maka dijadikan dokumen master atau asli, misalnya : dengan memberi tanda atau stempel dokumen master atau dokumen asli.
  • Pengendali dokumen menggandakan atau memperbanyak dokumen master tersebut sejumlah pihak yang akan diberikan dokumen tersebut. Dan sebagai tanda dokumen tersebut terkendali misalnya dengan diberi tanda atau stempel kontrol Copy atau salinan terkendali atau dokumen terkendali.
  • Setelah itu barulah didistribusikan kepada para pihak yang telah ditentukan sebagai penerima salinan dokumen terkendali tersebut. Maksud dari dokumen terkendali disini adalah pihak yang menerima dokumen tersebut akan selalu mendapatkan dokumen versi terbaru dari pengendali dokumen dan versi dokumen lama akan ditarik oleh pengendali dokumen.

Pengendalian Dokumen eksternal

  • Pemohon menyerahkan dokumen eksternal yang akan dikendalikan ke pengendali dokumen.
  • Pengendalian dokumen memastikan agar dokumen eksternal tersebut terdaftar dan diketahui oleh perwakilan manajemen, misalnya : dengan mendaftarkannya dalam daftar dokumen eksternal yang disetujui oleh perwakilan manajemen
  • setelah itu dikembalikan ke pengendali dokumen untuk didistribusikan ke sejumlah pihak dan untuk identitas bahwa dokumen tersebut adalah dokumen eksternal dapat diberi tanda atau stempel dokumen eksternal.

Pengendalian Catatan atau Pengendalian Rekaman

Tujuan pengendalian catatan adalah agar kita dapat menyatukan bukti kegiatan kerja yang berhubungan untuk menjamin kelengkapan atau kebutuhan informasi agar kita dapat memberikan tempat penyimpanan yang aman selama catatan atau rekaman tidak digunakan serta kita dapat memastikan bahwa catatan atau rekaman tersedia saat dibutuhkan sebagai referensi atau bukti hasil kegiatan kerja, dan yang perlu kita perhatikan adalah apa yang kita simpan harus dapat ditemukan kembali.

Dalam pengendalian catatan atau rekaman maka akan terkait dengan kegiatan berikut ini :

  • Distribusi
  • Akses
  • Temu Balik
  • Penggunaan
  • Penyimpanan
  • Pemeliharaan
  • Pnentuan masa simpan
  • Penyusutan atau pemusnahan catatan

Untuk memudahkan proses pengendalian catatan maka kita bisa membuat daftar induk catatan atau rekaman dimana dalam daftar ini terdapat daftar bukti hasil kerja atau daftar catatan apa saja yang harus dikendalikan termasuk masa simpan catatan, dimana lokasi simpan, dan juga bagaimana metode Simpannya hingga metode pengalihannya kita tentukan atau dalam bahasa lainnya adalah ketentuan penyusutannya serta siapa penanggung jawabnya.

Masalah Ketika Tidak Ada Pengendalian Dokumen

Sistem pengendalian dokumen yang tepat merupakan salah satu hal yang krusial bagi perusahaan sebab setiap harinya sirkulasi dokumen di perusahaan terus berputar. Ada dokumen yang baru masuk, ada dokumen yang harus diperbarui, ada dokumen yang dipinjam, atau berpindah dari divisi satu ke divisi lain hingga dokumen yang sudah tidak lagi berlaku dan harus dimusnahkan. itu baru sirkulasinya belum lagi jika kita bedah dari tingkat Kepentingan dan kerahasiaannya dokumen tersebut.

Oleh karena itu tidak heran jika dibutuhkan sebuah sistem agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan dokumen sehingga efektivitas perusahaan juga bisa berjalan lancar.

lantas Apa saja masalah yang bisa timbul jika perusahaan tidak memiliki sistem manajemen dokumen yang tepat?

1. Salah menggunakan acuan kerja

jika perusahaan tidak memiliki sistem dokumen kontrol yang tepat maka akan berpotensi menggunakan acuan kerja yang salah.

Misalnya : Saat perusahaan anda melakukan perbaruan pada sebuahg dokumen, pendistribusian yang menyeluruh adalah hal yang utama namun jika anda tidak memiliki sistem dokumen kontrol maka alur pendistribusian akan sulit diawasi sehingga potensi adanya divisi kantor cabang dan pihak-pihak internal lain yang tidak mendapatkan info seputar perbaruan tersebut bisa saja terjadi

Bayangkan jika salah satu divisi masih menggunakan SOP (standadr Operating Procedure) yang lama, apa yang akan terjadi? Tentu hal ini berpengaruh besar pada keseluruhan kegiatan di perusahaan

2. Bukti kerja sulit ditemukan

Di dalam dokumen kontrol dikenal sebutan record atau berarti rekaman pencatatan sebagai dokumentasi kegiatan perusahaan, karena dilakukan berulang-ulang, rekaman terebut menjadi sangat banyak dan menumpuk, tanpa sistem yang benar bukti hasil kerja dalam bentuk record akan mudah tercecer dan sulit ditemukan ketika dibutuhkan

3. Pengguna akses ilegal

Tentu kita sepakat bahwa tidak semua orang berhak untuk mengakses dokumen di perusahaan tanpa pengawasan dari pihak yang ditunjuk, Hal ini dikarenakan sifat dokumen perusahaan yang rahasia karena isinya yang penting bagi keberlangsungan perusahaan. Oleh karena itu document management system atau dokumen kontrol ada untuk mencegah adanya pengguna akses ilegal dengan mengatur sistematika yang tepat terhadap sirkulasi dokumen termasuk siapa saja erat yang bertanggung jawab

4. Pemalsuan dokumen atau rekaman

Bukan hanya pengguna akses ilegal, dokumen perusahaan juga rentan dipalsukan untuk berbagai kepentingan, misalnya : mengubah tanggal pada dokumen atau memalsukan tandatangan menjadi masalah yang umumnya terjadi. Dengan adanya dokumen kontrol masalah-masalah tersebut dapat diminimalisir karena adanya pengawasan yang ketat terhadap masing-masing dokumen

5. Lemari arsip yang terlalu penuh

Seperti yang sudah disebutkan di awal, dokumen di perusahaan terus bertambah setiap harinya. Hal ini tentu saja akan membuat tempat penyimpanan baik itu lemari arsip maupun penyimpanan digital untuk dokumen dalam bentuk softcopy akan penuh. Di dalam dokumen kontrol dikenal yang namanya proses manajemen dokumen secara efektif meliputi penerbitan, pengesahan, pendistribusian, penyimpanan, dan pemusnahan.

Semoga bermanfaat.

Konsep Kelembaban Udara dan Kalibrasi Higrometer Sebagai Alat Ukurnya

Pada artikel kali ini kita akan belajar mengenai konsep dari kelembaban udara, jenis alat ukurnya, serta referensi yang bisa kita gunakan untuk kalibrasi higrometer sebagai alat ukur kelembaban udara.

Kelembaban udara adalah Jumlah kandungan uap air yang terdapat di udara, uap air itu sendiri merupakan zat air atau H2O dalam fase gas yang salah satunya terbentuk dalam proses evaporasi air permukaan dalam siklus hidrologi. Uap air sifatnya kasat mata atau tidak dapat dilihat oleh pandangan manusia, hal demikian membuat kita juga tidak bisa melihat kelembaban udara itu seperti apa, namun kelembaban udara dapat kita rasakan terutama ketika sedang atau setelah terjadinya hujan kabut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara

1. Suhu udara
Semakin tinggi suhu udara dalam suatu wilayah maka semakin rendah kelembaban udara dari wilayah tersebut. Suhu udara yang tinggi dapat mengembangkan volume udara sehingga membuat tekanan udara menjadi rendah.

Baca Juga : Pangkas Budget Perusahaan Dengan Program Kalibrasi Suhu

2. Tekanan udara

Semakin tinggi tekanan udara di suatu wilayah maka semakin tinggi pula kelembaban udara di wilayah tersebut, jadi pengaruh tekanan ini kebalikan dari suhu udara.

3. Pergerakan angin

Pergerakan angin dapat mempengaruhi proses penguapan yang terjadi sehingga ini sangat mempengaruhi kelembaban udara di wilayah tersebut, angin juga merupakan salah satu faktor pembentuk awan.

4. Intensitas penyinaran matahari

Semakin tinggi intensitas penyinaran matahari dan lamanya penyinaran matahari maka semakin rendah tingkat kelembaban dari wilayah tersebut

5. Kerapatan vegetasi

Apabila suatu tempat memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi maka kelembaban udaranya juga akan tinggi. Misalnya di hutan yang banyak ditumbuhi pepohonan yang tidak ditebang sama sekali / masih alami maka kerapatan vegetasi juga besar sehingga tempat tersebut sudah pasti mempunyai kelembaban udara yang tinggi. Sebaliknya jika kerapatan vegetasinya rendah misalnya di hutan yang gundul maka kelembaban udara di tempat tersebut juga rendah karena ada pengaruh sinar matahari yang masuk ke vegetasi tersebut sehingga kelembaban udara di tempat tersebut akan rendah

6. Ketersediaan air

Wilayah yang memiliki ketersediaan air yang banyak akan memiliki tingkat kelembaban udara yang tinggi karena kelembaban udara diukur dari banyaknya uap air yang terkandung didalam udara.

7. Topografi wilayah

Semakin tinggi suatu topografi wilayah maka semakin tinggi pula kelembaban udaranya, hal ini terjadi karena lapisan udara semakin tipis dan renggang sehingga tekanan udaranya semakin rendah. Jadi untuk wilayah yang berada di ketinggian maka kelembaban udaranya akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya di wilayah yang rendah maka tekanan udaranya juga semakin rendah.

8. Kerapatan udara

Semakin rapat udara di suatu tempat maka kelembaban udaranya pun semakin tinggi.

Jenis-jenis dari kelembaban udara

1. Kelembaban udara spesifik

Kelembaban udara spesifik ini adalah berat uap air per satuan berat udara (termasuk berat uap airnya) dengan satuan gram per kilogram gr/kg (hampir sama dengan tekanan udara).

2. Kelembaban Absolut

Kelembaban Absolut adalah berat uap air persatuan volume udara dengan satuan gram/m3

3. Kelembaban udara nisbi atau relatif

Merupakan perbandingan antara uap air yang betul-betul ada di udara dengan jumlah uap air dalam udara tersebut

jika pada temperatur dan tekanan yang sama udara tersebut akan jenuh dengan uap air, jadi ini kelembaban relatif perbandingan antara uap air yang betul-betul ada di udara dengan jumlah uap air yang ada didalam udara tersebut.

Rumus kelembaban reltif atau nisbi adalah :

K. Relatif / Nisbi = (Kelembaban Mutlak / Nilai jenuh udara) x 100 %

Contoh soal :

Suatu udara dalam ruangan laboratorium dengan ukuran 3 x 3 x 3 meter atau bervolume 27 meter kubik mengandung uap air sebanyak 378 gram, dan pada suhu udara 21 derajat celsius mengandung uap air sebanyak 20 gram. Berapa kelembaban relatifnya?

Penyelesaian :

Kelembaban Mutlak = 378 gr / 27 meter kubik = 14 gr / meter kubik
Nilai jenuh udara = 20 gr

Kelembaban Relatif = (Kelembaban Mutlak / Nilai jenuh udara) x 100 %

Kelembaban relatif = (14 / 20) x 100 % = 70 %

Alat ukur kelembaban udara Higrometer

Higrometer ini dia terbagi atas empat jenis

Higrometer logam

higrometer logam

Higrometer logam / juga disebut dengan higrometer logam kertas, karena menggunakan perubahan ukuran kertas dan Logam saat kelembaban berubah. Uap air diserap oleh lembaran kertas yang ditaburi garam yang melekat pada kumparan logam dan perubahan kelembaban udara akan menyebabkan kumparan berubah bentuk. Perubahan bentuk ini akan menggerakkan jarum indikator kelembaban udara. Bentuk alat ini sekilas hampir sama dengan kompas. Jenis higrometer ini adalah perangkat yang paling murah namun akurasinya terbatas

Baca Juga : Akurasi, Presisi, Kalibrasi, Ketertelusuran Pengukuran

Higrometer rambut

higrometer rambut
Higrometer ini menggunakan rambut manusia atau hewan mamalia lain sebagai pengukur kelembaban, ketika kelembaban berubah maka panjang rambut itu juga akan berubah.

Alat ini dapat dibuat lebih sensitif dengan menghilangkan minyak dari rambut terlebih dahulu dengan cara merendam rambut tersebut kedalam dietil eter. Higrometer jenis ini sudah sangat jarang kita temui.

Higrometer elektronik

thermohigrometer

Higrometer elektronik ini menggunakan dewpoint yang merupakan temperatur dimana sampel udara lembab (atau uap air lainnya) berada pada tekanan konstan mencapai saturasi uap air. Higrometer ini menggunakan perubahan suhu yang diakibatkan oleh perubahan kelembaban udara.

jenis alat ini adalah higrometer yang paling mahal namun juga paling akurat dengan akurasi kelembaban relatif sekitar 0,5 %

Psychrometer

Psychrometer
Alat untuk mengukur kelembaban relatif di atmosfer Melalui penggunaan dua termometer yaitu termometer bohlam kering dan termometer bohlam basah.

Termometer bohlam kering digunakan untuk mengukur suhu dengan yang terpapar di udara dan termometer bohlam basah mengukur suhu dengan membiarkan bohlam dicelupkan kedalam cairan, Perbedaan suhu akibat perbedaan kadar uap air kemudian dapat digunakan untuk mengukur kelembaban.

Higrometer di Dalam Industri

Higrometer dalam sebuah industri memegang peranan yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan mutu produk yang akan dihasilkan. Contoh :

  • Dalam area penyimpanan / gudang bahan baku dimana ada beberapa bahan tertentu yang harus disimpan dalam suhu dan kelembaban tertenu.
  • Dalam area filling di industri farmasi disarankan nilai humidity dibawah 35% karena semakin tinggi nilai humidity maka akan semakin tinggi kandungan uap air, dan dikhawatirkan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan.

Berikut ini adalah gambar dimana kondisi ideal penyimpanan untuk bahan tertentu :

 

Review Produk Higrometer Big Display TFA AZ HT 02

kalibrasi higrometer murah

Alat higrometer, saat ini hampir semuanya kita temui dengan parameter yang ditambahkan dengan temperature sebagai satu kesatuan. Diakui atau tidak thermohigrometer big display merupakan tipe yang banyak digunakan di industri meskipun dari sisi fitur dan spesifikasi bisa dikatakan alat ini yang paling sederhana atau minim fitur. Keunggulan dari alat ini mungkin hanyalah dari sisi harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan alat ukur kelembaban udara tipe lainnya.

Berikut ini adalah spesifikasi salah satu tipe thermohigrometer yang sangat laku di pasaran, AZ HT 02, sesuai dengan namanya mempunyai display yang besar yaitu 80 x 62 mm yang hanya digunakan untuk menampilkan pengukuran temperature dan kelembaban sehingga angkanyapun dapat terlihat dari kejauhan. Untuk rentang ukur dari alat ini adalah 10 C s/d +60 derajat celsius untuk temperature dan 10 % s/d 99 % R.H untuk humidity nya. Untuk akurasinya adalah berturut turut +/- 1 C dan +/-5 % R.H.

Untuk fitur lainnya pun terbilang sederhana yaitu dapat digantung di dinding karena mempunyai lubang di bagian belakang alat ataupun diletakkan di meja serta adanya peringatan jika bateray yang digunakan sudah hampir habis.

Meskipun terkesan minim fitur, alat ini banyak digunakan di industri makanan, Laboratorium, Sistem clean room, HACCP, HVAC, dan sistem transportasi.

Prinsip Kalibrasi Higrometer

Secara prinsip kalibrasi higrometer dilakukan dengan dengan menggunakan chamber / humidity generator dimana humidity generator ini dapat divariasi nilai kelembaban udaranya. Ada juga beberapa brand dari alat higrometer dimana menyertakan software dalam paket pembeliannya dimana kegiatan verifikasi / kalibrasi higrometer ini dilakukan dengan semacam humidity solution standar, keunggulannya adalah kita dapat melakukan verifikasi / kalibrasi higrometer dengan nilai humidity yang relatif rendah tergantung dengan nilai humidty standar yang kita gunakan. Untuk melakukan kalibrasi alat ukur humidity ini bisa menggunakan laboratorium kalibrasi yang sudah teman-teman kenal atau bisa menggunakan jasa kalibrasi disini.

Demikian artikel mengenai kelembaban udara, jika ada yang ingin ditambahkan silakan tinggalkan komentar melalui kolom dibawah ini.