HIRADC dan Contoh Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko

HIRADC dan Contoh Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko

Jika kita berbicara mengenai standar keselamatan dan kesehatan kerja, maka HIRADC adalah roh nya. Mungkin teman-teman juga sudah familiar dengan kepanjangan HIRADC yaitu Hazard Identification Risk Assessment and Determine Control atau yang biasa kita kenal dengan IBPR (Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko).

HIRADC sangat penting dan wajib diketahui oleh semua orang terlebih para praktisi keselamatan dan juga tentu para pengawas / supervisor di semua departemen dan posisi-posisi lain yang ada di perusahaan karena dengan mengenal HIRADC atau IBPR ini kita dapat mengelola resiko dan mengendalikan resiko agar tidak terjadi kegagalan yang pada akhirnya menimbulkan kerugian pada perusahaan.

Jika selama ini kita mengenal berbagai macam risiko, misalnya :

  • Risiko hukum
  • Risiko financial
  • Risiko kredibilitas
  • dll

Maka khusus HIRADC atau IBPR ini kita fokus risiko yang terkait dengan masalah keselamatan.

Singkatan dan Definisi

  • HIRADC : Hazard Identification Risk Assessment and Determine Control
  • IBPR : Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko
  • Bahaya adalah segala sesuatu (sumber / kondisi / tindakan) yang berpotensi merugikan atau mencederakan baik kepada manusia, kerusakan alat, gangguan produksi atau kerusakan lingkungan.

Contoh :

    1. Bahaya dari sumber : radiasi matahari / sinar radiasi komputer.
    2. Bahaya dari kondisi : jalan berlubang.
    3. Bahaya dari tindakan : mengemudi dengan kecepatan tinggi.
  • Risiko adalah kemungkinan akibat atau kemungkinan terjadinya kecederaan, kerusakan alat, lingkungan atau terganggunya proses karena terpapar oleh suatu bahaya.

Contoh :

Biasanya diawali dengan kata “kemungkinan ter”

    1. Kemungkinan terpeleset karena lantai licin.
    2. Kemungkinan terjerembab karena housekeeping yang buruk
    3. Kemungkinan tertabrak kendaraan karena cuaca yang tebal.
    4. dll
  • Bahaya vs Risiko
    • Bahaya : bahaya aliran listrik dari kabel yang mengelupas.

Risiko : tingkat kemungkinan karyawan ditempat tersebut untuk menyentuh aliran listrik dari kabel yang mengelupas tersebut.

    • Bahaya : kantong semen dengan berat 40 kg

Risiko : tingkat kemungkinan karyawan di tempat tersebut cedera pinggang karena mengangkat karung semen 40 kg tadi secara berulang-ulang.

  • Risiko murni : skenario terburuk tanpa mempertimbangkan program pengendalian yang sedang berjalan.

Risiko-risiko yang :

    1. Teridentifikasi
    2. Berdiri sendiri
    3. Dapat dikuantifikasi

Namun belum diatasi menggunakan suatu pengendalian.

  • Risiko sisa : suatu risiko yang tertinggal atau masih ada walaupun telah diupayakan untuk menghilangkan, meminimalkan, atau mengendalikan.
  • Konsekuensi : akibat dari interaksi antara orang, alat, lingkungan, bahaya, yang bisa diukur dengan adanya kerugian / cidera bagi :
    1. Orang
    2. Kesehatan
    3. Hilangnya nyawa
    4. Biaya yang dikeluarkan perusahaan
  • Frekuensi / kekerapan : kemungkinan jumlah kejadian, diukur mulai dari tingkat :

Sangat mungkin tidak terjadi sampai dengan sekali per minggu, per gilir kerja, per bulan, dll dengan interval yang lebih sering.

  • Pengendalian Kontrol : Tindakan menghentikan bahaya, maupun meminimalkan konsekuensi. Tindakan ini dilakukan dengan :
    1. Mengelola risiko
    2. Mengantisipasi konsekuensi
    3. Menerapkan kontrol.

Latar Belakang HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment and Determine Control)

hiradc adalah

HIRADC / IBPR merupakan ilmu dasar dan sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap pekerja bahkan tidak hanya di level pengawas.

Banyak sekali kasus-kasus di perusahaan mengalami satu kejadian kecelakaan yang sedemikian hebat yang mengakibatkan kerugian yang sangat luar biasa akibat tidak menjalankan proses pengelolaan risiko atau proses manajemen resiko.

Pengawas dalam menjalankan peran K3 harus memiliki kemauan, pengetahuan, keterampilan dalam melakukan HIRADC / IBPR karena banyak sekali kecelakaan yang terjadi karena kurangnya kemampuan di level pengawas dan pekerja yang tidak bisa mengidentifikasi bahaya secara cermat dan termasuk juga dalam melakukan pengendalian.

“Setiap pekerjaan atau aktifitas pasti akan selalu ada bahaya”

Bahaya dan aspek K3L (kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan) itu harus ditetapkan sistem kendalinya secara proaktif dan terprogram.

Proses Risk Assestment / HIRADC / IBPR

Risk assessment / HIRADC / IBPR adalah sebenarnya satu istilah yang sama.

Namun risk assessment berbeda dengan risk management.

proses manajemen risiko

Jika kita berbicara tentang risk management maka merupakan proses panjang yang diawali dengan dilingkupi oleh proses komunikasi dan konsultasi.

Komunikasi dan konsultasi tersebut bisa komunikasi dan konsultasi dengan internal organisasi atau internal perusahaan ataupun dengan eksternal /pihak-pihak berkepentingan lainnya yang terkait, misalnya : instansi lain, community, dll

Dalam proses manajemen terdapat tahapan menentukan lingkup, kontek dan kriteria risiko.

Kemudian dilanjutkan dengan melakukan proses risk assessment / penilaian risiko dimana terdapat 3 aktifitas utama yaitu :

  1. Mengidentifikasi risiko
  2. Menganalisa risiko
  3. Mengevaluasi risiko

Jika dikaitkan dengan HIRADC maka pengendalian yang dilakukan adalah terhadap resiko safety / kesehatan.

Langkah-Langkah dalam HIRADC

Langkah-langkah yang akan kita lakukan di dalam proses HIRADC yaitu :

  • Mendaftar tugas

Dimana kita mendaftar kegiatan-kegiatan yang akan identifikasi bahayanya.

  • Mengidentifikasi bahaya

Dimana dapat dilakukan dengan obeservasi K3, daftar pra operasi, inspeksi, audit, dll.

  • Menentukan / menilai risiko

Dimana dapat dilakukan dengan mencatat kemungkinan dampak atau rugi dan menggunakan matrik penilaian risiko

  • Mengevaluasi risiko

Mengevaluasi risiko apakah risiko tersebut bisa diterima atau tidak.

Menetapkan tindakan kontrol terhadap risiko

Dengan memastikan pengendalian risiko dilaksanakan.

Di dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), proses manajemen risiko / HIRADC atau IBPR ini masuk di dalam tahap atau elemen perencanaan.

Suatu perusahaan sebelum menjalankan  operasionalnya maka wajib mendevelop dokumen HIRADC atau IBPR untuk menentukan risiko-risikonya, bahaya-bahaya yang bisa terjadi, dan pengendaliannya apa yang harus dilakukan untuk tidak terjadi suatu kegagalan atau kerugian yang terjadi pada perusahaan.

Langkah 1. Mendaftar Tugas / Aktifitas

Mendaftar tugas adalah aktifitas utama di dalam HIRADC

Dimana semua aktifitas harus kita listing / data baik itu aktifitas rutin, non rutin, normal, abnormal, dan aktifitas darurat.

  • Aktifitas rutin adalah suatu kondisi dimana sebuah kegiatan (aktifitas / sub aktifitas) dilakukan secara rutin atau terjadwal.

Contoh : kegiatan inspeksi yang dilakukan setiap mingguan, bulanan, maupun setiap triwulan.

  • Aktifitas non rutin adalah kondisi dimana sebuah kegiatan (aktifitas / sub aktifitas) dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja, tidak secara tetap atau rutin.

Contoh : Inspeksi mendadak, kunjungan lapangan dari pelanggan, dll.

  • Aktifitas normal adalah suatu aspek yang terjadi meskipun sudah ada fungsi kontrol yang diterapkan. Fungsi kontrol bisa SOP / IK / JSA, guarding, sensor atau fungsi kontrol yang lain.

Contoh : Tumpahan debu bata bara akan selalu terjadi meskipun sudah ada SOP, dust collector, dll

  • Aktifitas abnormal adalah suatu aspek yang terjadi dimana aspek tersebut menyimpang dari fungsi kontrol yang sudah ditetapkan.

Contoh : kuantitas debu batu bara yang besar akibat tidak berfungsinya sprayer di primary / secondary / tertiary crusher. Kondisi ini masih bisa ditangani dengan SOP atau fungsi kontrol yang lain.

  • Aktifitas darurat / emergency adalah kondisi luar biasa yang terjadi akibat adanya pelanggaran SOP / standar / regulasi yang memerlukan penanganan berlebih.

Contoh : kebakaran, dll

Langkah 2. Mengidentifikasi bahaya

Dalam mengidentifikasi bahaya, konsep dasarnya adalah :

  • Ada jenis bahaya apa saja?
  • Pada unsur produksi 4 M apa saja?
    1. Man
    2. Mesin
    3. Metode
    4. Material
  • Apakah ada kemungkinan-kemungkinan kontak? misalnya : terbentur, terpukul, terjepit, dll.

Semuanya harus diidentifikasi dan jangan sampai ada yang terlewatkan. Karena jika kita terlewat mengidentifikasi suatu bahaya maka disitulah ada potensi menimbulkan kegagalan / kecelakaan.

Faktor-faktor keselamatan istilah 4M + 1E.

  • Manusianya
  • Materialnya
  • Machinery
  • Methodnya
  • Lingkungan kerja, segala sesuatu aspek-aspek di lingkungan kerja yang bisa berdampak terhadap kesehatan kerja, misalnya : debu, panas, bising,

Nah itu adalah faktor-faktor keselamatan yang ada di lingkungan kerja kita yang tidak bisa kita hindari satupun.

Sehingga harus kita kelola dengan baik supaya aman, sehat dan berdampak kepada meningkatnya produktivitas. Namun jika kita tidak kelola dengan baik maka akan terjadi kecelakaan / penyakit akibat kerja dan jika kita analisa lebih lanjut faktor penyebab kecelakaan tersebut adalah dari 4M dan 1 E diatas.

Pointnya adalah :

Setiap saat karyawan selalu berhubungan dengan bahaya dan resiko sehingga kita harus selalu waspada karena bahasa dan resiko tidak bisa kita hilangkan sama sekali di tempat kerja.

Cara Mengidentifikasi Bahaya

Ada banyak cara kita dalam mengidentifikasi bahaya :

  • Dengan mempelajari dokumen-dokumen dan catatan.

Midalnya dari bisnis proses, laporan insiden, buku manual, prosedur (SOP, IK, JSEA), peraturan perundang-undangan / persyaratan lainnya, MSDS (Material Safety Data Sheet), laporan audit, laporan inspeksi, laporan pengukuran, laproan pihak ketiga, data PAK, data sakit, dll.

  • Wawancara

Wawancara dapat dilakukan kepada karyawan yang melakukan pekerjaan, karyawan yang merancang suatu aktifitas, orang yang memiliki keahlian tertentu misal : enginer, dokter, welder, dll.

  • Brainstorming

Brainstorming adalah menanyakan “apa yang terjadi jika…?”

Saling berdiskusi dengan semua yang terlibat di dalam proses pembuatan HIRADC.

Sangat penting dalam fase ini untuk tidak berkata “hal ini tidak dapat terjadi” tetapi “pikirkan bagaimana jika hal ini terjadi”

Gunakan pemikiran “what if” untuk mempertimbangkan bagaimana orang akan mengalami cedera atau gangguan kesehatan :

Misalnya :

    • Apa yang dapat terjadi jika orang bekerja tidak menggunakan masker?
    • Apakah mungkin sensor tidak bekerja?
    • Apakah sudah ada pekerja yang terpapar sebelumnya?
  • Riset

Dilakukan dari sumber database perusahaan.

  • Inspeksi dan Observasi

Jenis-Jenis Bahaya

  • Bahaya Kimia

Adalah bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan pada manusia melalui pernapasan / kontak dengan kulit.

Contoh : debu, asap, gas, uap, fume, kabut, bedak / tepung (vapors), fiber.

  • Bahaya Biologi

Bahaya yang timbul dari makluk hidup baik tampak maupun tidak tampak oleh mata yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop / mikrobiologi, seperti : bakteri, virus, jamur, dll dan Makrobiologi, seperti serangga, parasit, tumbuhan dan binatang.

  • Banyak Fisika
    • Suara bising, yaitu suara yang tidak diinginkan / diatas ambang batas. Untuk pengukuran kebisingan ini bisa menggunakan sound level meter.
    • Getaran, yaitu suara getaran bolak-balik seluruh badan, dan getaran sebagian.
    • Pencahayaan, yaitu intensitas terlalu terang / silau.
    • Radiasi, yaitu radiasi ion dan radiasi non ion
    • Tekanan, yaitu tekanan tinggi / rendah.
    • Temperature, yaitu temperature tinggi atau rendah.

Baca Juga : Termometer Raksa, Termometer Klinis, dan Termometer Alkohol

  • Bahaya Ergonomi

Bahaya yang disebabkan karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan tempat kerja, yaitu peralatan dan tempat kerja yang tidak dirancang dengan baik, yang meliputi :

    • Stres fisik : ruang sempit dan terbatas, menarik mendorong, menforsir tenaga, gerakan berualang-ulang, kelelahan, tekanan langsung, dll.
    • Stres kejiwaan : bosan, beban terlalu berat, kebingungan, dll.
  • Bahaya Psikososial

Hubungan yang tidak ideal antara atasan bawahan, intimidasi, trauma, pola gilir kerja, pola promosi, pengaturan kerja, dll.

  • Bahaya Mekanis

Bahaya yang terkait dengan permesinan / bahaya yang ada pada titik opersasi seperti pemotongan, pengeboran, bahaya pada titik jepit, seperti pully, roller, bahaya pada gerakan mesin yang muju mundur, naik turun, dan bahaya pada tempat pemindahan dan paa bagian yang berputar atau bergerak lainnya dari suatu peralatan dan permesinan.

  • Bahaya Lingkungan Sekitar

Seperti permukaan yang tidak rata / kemiringan, licin, cuaca yang tidak ramah, lumpur, kegelapan, dll.

  • Bahaya Tingkah Laku

Kurang keahlian, ketidakpatuhan, sok pintar, sikap masa bodoh dll.

  • Bahaya kelistrikan

Pemasangan kabel, penyambungan tahanan, pembumian, dan saluran dan tombol, instalasi kabel (arus listrik) yang tidak rapi.

Baca Juga : Tang Ampere Kyoritsu 2055 (Clamp Meter) : Bagaimana Spesifikasinya?

Bahaya-bahaya tersebut diatas harus kita identifikasi dengan atau melalui pengamatan total.

Pengamatan total adalah pengamatan yang menggunakan seluruh panca indera kita, baik dengan mata, telinga (misalnya : adanya suara yang tidak nyaman), penciuman, sentuhan / meraba (misalnya : ada rasa yang panas pada permukaan mesin tertentu yang tidak seperti biasanya), atau dapat juga dengan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman kita.

Bahaya tersebut di dalam proses HIRADC akan kita masukkan di dalam kolom bahaya pada form idenfiikasi bahaya.

Berikut adalah tabel identifikasi bahaya penilaian risiko penetapan pengendalian risiko k3

contoh tabel identifikasi bahaya penilaian risiko penetapan pengendalian risiko k3

Tabel diatas hanyalah contoh, untuk setiap tugas / aktifitas kita bisa menuliskan bahaya lebih dari satu. Setelah semua bahaya sudah kita identifikasi dan dimasukkan dalam tabel identifikasi bahaya, maka tahapan selanjutnya adalah analisa resiko.

Langkah 3. Menilai Risiko

cara menghitung risiko

Menilai resiko ini melibatkan dua komponen khususnya yaitu :

  • Frekuensi : merupakan komponen untuk menilai kemungkinan munculnya aspek lingkungan dan bahaya K3.
  • Konsekuensi : merupakan komponen untuk menilai dampak lingkungan dan potensi risiko K3.

Biasanya dalam mengukur suatu resiko kita dapat menggunakan formula yaitu :

Resiko dihitung berdasarkan seberapa kemungkinan faktor lingkungan x berapa konsekuensi atau severitynya

Nilai dari perkalian inilah yang nanti akan ketemu nilai resikonya

Atau juga bisa dihitung dengan :

Resiko merupakan faktor dari konsekuensi, pemaparan dan kemungkinannya.

“Jadi jika kita berbicara bahaya maka nilainya adalah tetap”

Misalnya : Namanya lubang dimana-mana bahaya, terlepas dari lubang itu di jalan / dimanapun merupakan suatu bahaya dan tidak ada ukurannya.

Sehingga untuk bahaya kita menggunakan istilah identifikasi bahaya.

Namun jika kita berbicara resiko maka nilainya akan berbeda tergantung pada frekuensi atau probability dan konsekuensi dampak atau severity nya.

Sehingga jika kita berbicara mengenai resiko maka disebut dengan menganalisa atau menilai resiko.

Cara untuk menentukan resiko ini biasanya kita menggunakan matriks penilaian risiko , yaitu dengan menggabungkan antara frekuensi atau kemungkinan x dengan dampak atau konsekuensi atau severitynya. Sehingga dari perkalian diatas akan ketemu dimana tingkat resiko tersebut.

tabel identifikasi bahaya penilaian risiko penetapan pengendalian risiko k3

Matrik penilaian resiko tentunya akan berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, ada yang bisa menggunakan dengan skala kuantitatif / kualitatif namun secara tujuan atau fungsi tetap sama yaitu untuk menilai suatu resiko apakah resikonya rendah, sedang, atau tinggi, atau sangat tinggi.

Biasanya dicirikan dengan :

  • Warna merah : resiko yang sangat tinggi
  • Warna Kuning : resiko yang tinggi
  • Warna Biru : resiko sedang
  • Warna Hijau : resiko rendah
  • Warna putih : resiko sangat rendah

Dimana penilaian resiko tersebut ditetapkan menggunakan berdasarkan skema matrix penilaian resiko yaitu perkalian antara konsekuensi dan kemungkinannya.

Nah untuk cara menghitung konsekuensi dan kemungkinan nanti tentunya ditetapkan tersendiri secara terpisah.

Tabel dibawah ini adalah contoh menghitung tingkat kemungkinan.

contoh form identifikasi bahaya dan penilaian resiko

Misalnya :

  • Dinilai hampir pasti jika kejadian lebih dari 1 x per project dimana project dilakukan lebih dari 1 x per bulan.
  • Dinilai jarang jika kurang dari 1 x setiap 30 project yang dilakukan.

Nah kalau untuk konsekuensi misalnya :

tabel tingkat konsekuensi bahaya

Misalnya :

  • Dinilai sangat tinggi jika mengakibatkan kematian lebih dari satu.
  • Dinilai sangat rendah itu adalah hanya mengakibatkan cedera yang ringan saja.

Nilai rangking pada kemungkinan dan dampak diatas adalah nilai yang kita letakkan dalam kolom vertikal dan horizontal untuk menentukan tingkat resiko.

Tabel dibawah adalah 5 jenis kriteria atau “Risk level” nya.

contoh identifikasi bahaya dan pengendalian risiko

Ada resiko yang bisa dianggap tidak ada signifikan, minor, moderat / sedang, mayor, dan substansial tergantung berapa nilai yang didapatkan.

Nah hal diatas kita kenal dengan matriks penilaian resiko.

Jenis Resiko (Kontak Energi)

  • Terbentur sesuatu (orangnya bergerak barangnya diam, membentur dinding, menabrak tiang listrik, kepala menyundul sesuatu yang tergantun rendah)
  • Terpukul oleh sesuatu (orangnya diam barangnya bergerak, tertabrak mobil, terpukul palu, terkena lentingan  batu gerinda, tertimpa batu jatuh, terlindas HD, dihantam flying rocks)
  • Jatuh dari ketinggian yang berbeda (jatuh dari tangga, jatuh dari atap, jatuh dari kabin)
  • Jatuh dari ketinggian yang sama (terpeleset jatuh, tersandung jatuh, kesrimpet jatuh, kehilangan keseimbangan jatuh di permukaan yang sama)
  • Terpapar, menghirup, menhisap, menelan.
  • Terjepit,
    • Titik jepit bergerak, pintu, laci, penutup kap mobil, dll
    • Titik jepit diam, kita yang bergerak seperti waktu membawa meja melewati pintu sehinigga jari terjepit diantara meja dan tiang pintu
    • Tersangkut, terkait, atau tertarik mesin berputar, sarung tangan tersangkut, mesin berputar menyebabkan jari putur, ujung baju tertarik mesin sehingga tangan masuk ke mesin.

“Matrix penilaian resiko adalah salah satu cara untuk mengurangi subjektivitas dalam menentukan suatu resiko”

Jadi dalam memberikan suatu penilaian resiko angka yang diberikan merupakan profesional judgement yang terbaik dengan mempertimbangkan :

  • Skenario yang terburuknya
  • Efektifitas pengendalian yang sudah ada
  • Konsensus dari tim dan tidak boleh dilakukan secara perorangan.

Berikut ini adalah tabel tingkat resiko melanjutkan tabel identifikasi resiko yang sudah dijelaskan diatas,

cara menentukan nilai risiko

Tingkat resiko diatas dihitung dengan menggunakan matrix penilaian resiko untuk mempermudah dalam proses penilaian resiko. Setelah resiko tersebut kita nilai, maka di tahapan selanjutnya kita akan mengevaluasi resiko.

Catatan :

Penilaian risiko tersebut sangatlah penting sehingga digunakan di beberapa sistem manajemen lainnya, antara lain ISO 17025, HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) pada ISO 22000, dll.

Langkah 4. Evaluasi Resiko

Mengevaluasi resiko yang sudah dinilai dengan proses analisa dan pertimbangan kontrol dengan existing control dengan melakukan :

  • Membandingkan hasil analisa dan nilai resiko awal dengan kriteria yang sudah ditetapkan tadi.
  • Menentukan prioritas risiko K3LH mana yang risiko sangat tinggi, risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah.

Residual Risk yang sudah dievaluasi dengan existing control harus dievaluasi kembali untuk menentukan apakah risk level dapat diterima atau tidak (acceptable risk) dengan melakukan :

  • Treat risk (Pengelolaan resiko) dengan menetapkan additional control untuk menurunkan risk level sampai dapat diterima.
  • Menetapkan time frame tindak lanjut additional control untuk menentukan program, due date, PIC dan progress.

Di dalam proses evaluasi risiko ini yang paling utama adalah untuk menentukan suatu risiko tersebut bisa diterima atau tidak dimana biasanya ditetapkan sesuai dengan prosedur di masing-masing perusahaan.

Misalnya :

Risiko yang bisa diterima adalah resiko yang rendah saja.

Artinya suatu pekerjaan bisa berlanjut seandainya suatu resiko sudah dalam level rendah atau tingkatan yang dapat diterima, jika seandainya resikonya masih sedang atau tinggi maka harus dilakukan tindakan kontrol pengendalian.

Setiap aktifitas yang sudah dilakukan proses risk assesment harus dibuat risk rangking dengan menetapkan top risk.

Inilah yang biasa kita sebut dengan dokumen tabel resiko dimana menunjukkan resiko mana yang tinggi, sedang, rendah, dst. Sehingga kita bisa menetapkan skala prioritas pengendaliannya yang mana dulu. Tentunya resiko yang sangat tinggi yang harus kita tetapkan prioritas untuk pengendalian.

Langkah 5. Pengendalian Risiko (Risk treatment)

Tujuan pengendalian risiko adalah :

  • Memprioritaskan pengendalian.
  • Menentukan pengendalian yang lebih proaktif / pendekatan sebelum kejadian.
  • Menurunkan tingkat resikonya

Hirarki Kontrol Resiko

hirarki kontrol resiko

Rekayasa

Pada hirarki kontrol resiko, prioritas yang paling tinggi adalah melakukan proses rekayasa melalui :

  • Eliminasi : Menghilangkan bahaya

Contoh :

    • Terdapat bahaya dari adanya lubang, maka eliminasinya adalah dengan menutup lobang tersebut.
    • Terdapat bahaya dari tumpahan oli di lantai, eliminasinya adalah dengan menghilangkan tumpahan oli tersebut.

Namun adakalanya eliminasi tersebut tidak dapat dilakukan.

Contoh :

Pekerjaan dengan menggunakan excavator dimana penggunakan excavator tersebut berbahaya namun kita tidak mungkin menggantikan excavator tersebut karena pekerjaan bisa tidak berjalan.

  • Subtitusi

Subtitusi adalah menggantikan sesuatu yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya.

Contoh :

Terdapat bahaya kimia dari bahan kimia yang bersifat karsinogenik kita ganti dengan bahaya bahan kimia yang non karsinogenik namun yang mempunyai fungsi sama.

Alat yang tadinya sistem manual kendali yang bisa menimbulkan bahaya digantikan dengan alat yang sistem kendalinya otomatik.

  • Isolasi

Isolasi / mengisolasi

Contoh :

    • Ada perbaikan satu unit alat maka sebelum dilakukan proses perbaikan harus dipasang lotto lock out tag out nya supaya orang tidak bisa menjalankan.
    • Memasang kerangkeng pada bagian mesin yang berputar.
Administrasi

Apabila proses rekayasa tersebut tidak bisa kita lakukan atau masih ada potensi bahaya atau risiko kemungkinan terjadi maka langkah pengendalian berikutnya adalah melakukan administrasi.

Contohnya :

  • Dengan memasang rambu
  • Memilih pekerja yang kompeten
  • Rotasi personel pada area yang bisa menimbulkan bahaya, misalnya ada area yang mempunyai kebisingan 85 dB maka setiap 4 jam sekali personel diganti / pembatasan jam kerja.
Praktek Kerja

Apabila rekayasa dan administrasi sudah dilakukan namun masih resiko sisa (residual risk) maka lakukan praktek kerja yaitu dengan membuat prosedur, JSA, sosialisasi training, dll.

Alat Pelindung Diri

Apabila masih ada potensi resiko sisanya maka langkah terakhir adalah karyawan harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri.

Baca Juga : Kriteria Alat Pelindung Diri (APD) yang Baik

Penting!

Jika kita lihat hirarki kontrol risiko tersebut, semakin keatas semakin tinggi tingkat perlindungannya, karena semakin keatas (rekayasa) yang dilindungi adalah fokusnya adalah sumber bahaya, dan semakin ke bawah (pemakaian APD) yang dilindungi adalah orang dimana pada dasarnya orang mempunyai sifat lalai.

Nah kita sebagai karyawan tentunya harus lebih mengutamakan rekayasa pada hirarki kontrol karena APD ini adalah merupakan perlindungan yang hanya sekedar mengurangi dampak.

Strategi Pengelolaan Risiko

residual risk system

  • Risiko yang sangat tinggi dampaknya dan seringkali kejadian maka strategi pengelolaan risiko adalah hindari resiko tersebut / stop resiko tersebut.
  • Risiko yang dampaknya sangat besar namun kemungkinan kejadiannya kurang maka strategi pengelolaan resikonya adalah dengan mentransfer resiko tersebut, misalnya dengan menggunakan jasa asuransi.
  • Risiko rendah atau sedang namun kejadiannya sering maka strategi pengelolaan resikonya dengan adalah melakukan proses mitigasi atau mengurangi resikonya atau melakukan treats risk.
  • Risiko rendah dan kejadiannya juga jarang maka bagaimanapun kita harus menjalankan aktifitas (accept the risk). Misalnya : meskipun pekerjaan tambang itu beresiko sangat tinggi, namun sudah kita kendalikan pada tataran sehingga riskonya rendah dan kejadiannya kurang maka risiko tetrsebut bisa kita terima dan pekerjaan tetap bisa kita lakukan.

“Prinsipnya : safety adalah bukan untuk menstop pekerjaan tapi mengendalikan risiko”

 

cara pengendalian risiko

Tabel diatas pada kolom terakhir merupakan contoh dari tindakan pengendalian risiko. Pada tabel diatas, tingkat risiko masih kita kategorikan sebagai risiko murni karena belum ada pengendalian sama sekali. nah setelah dilakukan pengendalian maka harus dihitung lagi nilai risikonya, apakah ada penurunan / tidak nilai risikonya.

Perhitungan nilai risko setelah dilakukan tindakan pengendalian tersebut disebut dengan risiko sisa / residual risk.

Jika seandainya residual risk nya  masih tinggi dan masih berpotensi bahaya maka harus ada saran rekomendasi yang harus ditetapkan di kolom selanjutnya.

Pemantauan dan Peninjauan HIRADC atau IBPR

HIRAD atau IBPR harus dimonitor dan dikaji ulang untuk memastikan efektifitas dari manajemen resiko.

Pemantauan dilakukan terhadap hal-hal berikut :

  • Bagaimana kepatuhan terhadap regulasi / peraturan perundang-undangan yang sudah ditetapkan dalam dokumen risk assestment.
  • Memantau hal-hal critical (Top Risks) sudah dilakukan kontrol dengan benar / tidak, konsisten / tidak. Pemantauan dan monitoring dilakukan oleh para pengawas di lapangan.
  • Kesesuaian pelaksanaan dengan dokumen risk assestment yang ada.
  • Kepatuhan karyawan terhadap kontrol yang telah ditetapkan.
  • Efektivitas komunikasi kontrol manajement terhadap karyawannya.
  • Memastikan PIC sudah menjalankan tugasnya atau tidak.

Setelah dipantau kemudian harus dikaji ulang / direview. Document manajemen resiko / dokumen HIRDC merupakan live dokumen / dokumen hidup yang tidak hanya dibuat sekali saja, namun harus selalu dikaji ulang secara berkala untuk menentukan apakah proses re assessment nya sudah benar dilakukan atau belum, apakah ada perubahan terkait aktifitas atau tidak, apakah perlu kontrol pengendalian yang lebih advance lagi sejalan dengan teknologi yang digunakan atau tidak, dll

Kaji ulang tentunya juga harus dilakukan seandainya peraturan / perundang-undangan terkait berubah, misalnya : terkait dengan peraturan nilai ambang batas (NAB) yang berubah,dll

Terlebih jika terjadi kecelakaan.

Setiap kali terjadi kecelakaan terhadap satu aktifitas tertentu yang ada di dalam dokumen HIRADC kita, maka kita harus evaluasi lagi HIRADC nya.

Apakah ada prosedur yang tidak dilaksanakan / kontrol yang kurang, dll…

Meskipun tidak terjadi perubahan apapun HIRADC tetap minimal satu kali setahun dikaji bersama.

Kesimpulan

HIRADC atau IBPR merupakan bagian penting dari keseluruhan program pencegahan kecelakaan yang harus dilakukan di depan. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, konsep manajemen sistem HIRADC atau risk management ini termasuk di bagian perencanaan sebelum operasional berjalan sehingga proses HIRADC ini harus ada / dibuat dulu.

HIRADC atau IBPR merupakan suatu skill atau keterampilan yang wajib dikuasai oleh pengawas.

Setiap pengawas harus bisa memakai harus bisa menggunakan HIRADC atau IBPR untuk setiap kegiatan yang supervisinya.

Misalnya :

  • Saat melakukan line-out terhadap staffnya.
  • Saat melakukan inspeksi investigasi
  • Saat membuat JSA

Dan harus bisa menentukan pengendalian dari bahaya dan risiko yang muncul di area kerja masing-masing.

Berikut ini adalah gambaran sederhana HIRADC atau IBPR

Semoga Bermanfaat

Sumber dan Referensi :

Youtube Chanel RSS Safetypreneur 1979

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *