Aktivitas produksi dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan adanya produksi perusahaan tentunya akan memperoleh pendapatan dari penjualan produk yang dihasilkan pada proses produksi tersebut.
Kali ini kita akan belajar mengenai hal-hal terkait dengan produksi, antara lain :
- Pengertian produksi
- Jenis kegiatan produksi
- Faktor produksi
- Perluasan Produksi
- Kurva kemungkinan produksi
Yuk kita mulai bahasannya..
Daftar Isi
Pengertian produksi
Produksi dalam arti sempit adalah adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang atau jasa.
Menurut Sri adiningsih produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat berupa barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi.
Jenis dan Contoh Kegiatan Produksi
Ada beberapa jenis kegiatan produksi, yaitu :
-
Kegiatan Produksi Ekstraktif
Yaitu kegiatan produksi yang mengambil kekayaan alam langsung tanpa mengubah sifat dan bentuknya, misalnya :
-
- Pertambangan dimana kegiatannya langsung mengambil kekayaan alam yang ada dalam perut bumi.
- Perikanan laut dimana kita mengambil tangkapan ikan yang ada di laut yang sudah disediakan oleh alam.
-
Kegiatan Produksi Agraris
Kegiatan produksi agraris ini hampir mirip dengan ekstraktif, dimana agraris mengolah sumber daya alam untuk menghasilkan barang baru.
Bedanya dengan ekstraktif adalah pada agraris ada unsur pengolahan yang dilakukan oleh manusia sedangkan ekstraktif langsung mengambil tanpa melakukan proses pengolahan.
Contoh kegiatan produksi agraris misalnya :
-
- Pertanian atau perkebunan.
Seperti kita ketahui, dimana dalam kegiatan bertani dan berkebun tersebut merupakan budidaya oleh manusia dimana terdapat aktivitas menanam benih, memberikan pupuk, memanen, dll.
-
- Pertambakan atau perikanan darat.
Berbeda dengan perikanan laut yang tinggal mengambil apa yang ada di laut, dalam pertambakan tentunya manusia menyemai benih ikan dulu, memberikan makan, dst.
Nah kedua kegiatan produksi diatas disebut sebagai kegiatan produksi primer
-
Kegiatan Produksi Industri
Industri adalah kegiatan produksi yang mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Misalnya : Industri otomotif, industri tekstil, dll.
-
Kegiatan Produksi Perdagangan
Adalah kegiatan produksi dengan jalan melakukan kegiatan jual beli barang tanpa adanya proses pengolahan. Jadi sekedar membeli barang dari produsen kemudian dijual kembali tanpa ada proses pengolahan.
Yang membedakan antara perdagangan dan industri adalah jika industri ada unsur pengolahannya sedangkan pada perdagangan tidak ada unsur pengolahannya,misalnya : supermarket, toko buku, dealer sepeda motor, dll.
-
Kegiatan Produksi Jasa
Jasa adalah kegiatan produksi yang aktivitas antara produsen dan konsumen berwujud layanan misalnya :
-
- Rumah Sakit dimana memberikan jasa layanan kesehatan,
- Sekolahan dimana memberikan jasa pendidikan
- Laboratorium kalibrasi dimana memberikan layanan kalibrasi alat ukur.
Jasa disini disebut sebagai kegiatan produksi yang tersier.
Jadi jika dirangkup dalam kegiatan produksi yang diuraikan diatas, maka :
Ekstraktif dan Agraris disebut sebagai kegiatan produksi sektor primer.
Industri adalah kegiatan produksi sektor sekunder.
Perdagangan dan Jasa adalah kegiatan produksi yang sifatnya tersier yang mendukung sektor lainnya.
Macam-Macam Faktor Produksi
Diatas sudah diuraikan mengenai definisi produksi dimana produksi adalah kegiatan untuk mengolah input menjadi output.
Faktor produksi adalah input yang dipergunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output yang berupa barang atau jasa.
Untuk lebih mempermudah pemahaman maka kita coba ilustrasikan pada gambar dibawah ini :
Produksi adalah kegiatan untuk mengolah input kemudian menghasilkan output
Faktor produksi adalah inputnya tersebut
Jika kita lihat gambar diatas, untuk menghasilkan makanan, tentunya inputnya berupa sayur-mayur, koki atau tenaga kerja yang digunakan untuk proses produksi.
Itulah yang dimaksud dengan faktor produksi yaitu input yang dipergunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output.
Nah, dalam uraian diatas hanya yang ada 2 macam faktor produksi yaitu sayur-mayur dan koki.
Lalu apakah ada faktor produksi yang lainnya?
Faktor produksi itu ada beberapa macam, yaitu :
- Sumber daya alam atau bahan baku
- Tenaga kerja
- Modal
- Skill atau keahlian dalam berwirausaha
Sumber daya alam dan tenaga kerja disebut sebagai faktor produksi asli yang artinya faktor produksi yang minimal harus ada untuk proses produksi atau minimal harus ada untuk menghasilkan sebuah barang atau jasa.
Contoh :
Kita ingin menikmati ikan goreng yang ada di atas meja, maka paling tidak butuh 2 faktor produksi, yaitu :
- Ikan yang sudah ada di alam, dalam hal ini berarti faktor produksi sumber daya alam.
- Orang yang menangkap ikan tersebut dan kemudian memasaknya, dalam hal ini berarti faktor produksi tenaga kerja.
Jika salah satu dari 2 hal diatas tidak ada, maka ikan diatas mejapun juga tidak ada kan..?
Oleh karena sumber daya alam dan tenaga kerja disebut sebagai faktor produksi asli atau faktor produksi yang minimal harus ada.
Modal dan skill disebut sebagai faktor produksi turunan yaitu faktor produksi yang merupakan hasil perkembangan budaya manusia.
Semakin maju peradaban manusia, membutuhkan faktor produksi yang lain untuk menghasilkan barang dan jasa.
Misalnya pada contoh diatas dimana ikan goreng yang ada di atas meja kalau tidak ada modal maka akan sulit tersedia, karena menangkap ikan yang ada di alam jika hanya menggunakan tangan tidak mudah dilakukan, sehingga butuh pancing,
Jika dalam skala yang lebih besar maka membutuhkan jala, dan jika skala yang lebih besar lagi membutuhkan kapal, dst. Jala, pancing, kapal tersebut merupakan faktor produksi modal.
Makin berkembang peradaban makin bertambah faktor produksi yang dibutuhkan
Nah lalu bagaimana kaitannya dengan wirausaha?
Ketika si nelayan tadi yang semula menangkap ikan di laut dengan menggunakan kapal dan jaring, kemudian dia tidak lagi berani pergi ke laut dan mempekerjakan orang lain untuk menangkap ikan, maka dalam hal ini sudah masuk dalam faktor produksi wirausaha.
Jadi si nelayan tadi yang semula bertindak sebagai tenaga kerja yang menangkap ikan di laut sudah berubah namanya menjadi pengusaha ketika dia mempekerjakan orang lain.
Faktor produksi modal dan skill disebut sebagai faktor produksi turunan yang merupakan hasil perkembangan budaya manusia
Macam Faktor Produksi Dalam Hubungannya dengan Proses Produksi
Nah terkait dengan proses produksi, maka faktor produksi itu terbagi dua, yaitu :
- Faktor Produksi Variabel
Yaitu faktor produksi yang berubah-rubah jumlahnya sesuai dengan besarnya output yang diproduksi atau dengan kata lain jumlahnya yang dibutuhkan berubah-rubah sesuai dengan output produksi yang akan kita hasilkan.
- Faktor produksi Tetap
Yaitu faktor produksi yang tidak bergantung dengan output produksi, serta relatif sulit untuk diubah karena perlu biaya besar dan tidak bergantung pada jumlah output yang akan diproduksi.
Contoh :
Masih menggunakan contoh diatas dimana ketika seorang koki akan memproduksi makana maka ada beberapa faktor produksi yang dibutuhkan misalnya :
- Bahan baku atau sumber daya alam
- Tenaga kerja
- Kemudian untuk memasaknya memerlukan dapur (faktor produksi modal)
Mana nih faktor produksi yang merupakan faktor produksi yang berubah-rubah sesuai dengan jumlah output yang akan dihasilkan?
Misalnya untuk menghasilkan 5 piring makanan tentu membutuhkan sayur-mayur yang berbeda ketika nanti koki tersebut harus memproduksi 10 piring makanan. Maka dalam hal ini, sayur-mayur atau bahan baku tersebut termasuk faktor produksi variabel.
Apakah nanti untuk memproduksi dari 5 menjadi 10 mangkok makanan kokinya perlu ditambah?
Jika jumlah kokinya tidak berubah berarti dalam hal ini si koki dan dapur disini adalah faktor produksi tetap yang tidak bergantung pada jumlah output yang dihasilkan. Namun Itu dalam jangka pendek.
Dalam jangka panjang seluruh faktor produksi tersebut nanti akan bersifat variabel yang artinya memungkinkan untuk berubah mengikuti jumlah outputnya.
Misalnya yang semula memproduksi 100 piring makanan, lalu dibutuhkan dalam sehari memproduksi 1000 piring makanan sehingga tentunya untuk mengolah sayur mayur dibutuhkan orang yang lebih dari satu atau perlu tambahan tenaga kerja.
Maka dalam kondisi diatas, tenaga kerja atau koki tersebut berubah yang semula faktor produksi tetap menjadi faktor produksi yang variabel.
Apakah dapur ini juga termasuk faktor produksi tetap selamanya?
Tentunya tidak..
Dalam jangka panjang ketika perusahaan makin berkembang misalnya ingin memproduksi makanan di tempat lain atau ingin mengembangkan usahanya maka perlu membuat dapur yang baru.
Sehingga dalam jangka panjang, dapur ini juga menjadi faktor produksi variabel.
Artinya dalam jangka panjang seluruh faktor produksi itu bersifat variabel.
Jadi pembagian faktor produksi variabel dan faktor produksi tetap adalah pembagian dalam proses produksi jangka pendek.
Just For Your Information :
Oiya, sekedar informasi karena kebetulan diatas tadi membahas mengenai makanan, untuk industri makanan, umumnya mereka menerapkan standar tertentu untuk menjaga kualitas produknya, salah satunya adalah HACCP yang menjadi pondasi dalam menerapkan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000. Terkait dengan HACCP itu sendiri sudah pernah kami bahas di artikel sebelumnya, silakan teman-teman jika tertarik dan mempunyai waktu luang bisa dibaca disini : Apa itu HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points)?
Baik kembali lagi ke pembahasan produksi…
Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah fungsi yang menggambarkan hubungan antara faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan output tertentu.
Secara matematis fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Q = f(R,C,L,T)
Dimana :
Q = Jumlah produk atau output yang dihasilkan, dimana output yang dihasilkan ini dipengaruhi oleh
R = Raw material atau bahan baku atau sumber daya alam
C = Capital
L = Labor atau tenaga kerja
T = Teknologi
Catatan :
Untuk menyederhanakan pembahasan nanti dalam fungsi produksi maka input yang digunakan itu disederhanakan hanya menjadi dua input variabel misalnya hanya input modal dan tenaga kerja sehingga fungsi produksi secara matematis dituliskan sebagai :
Q = f(C,L)
Ada dua macam fungsi produksi, yaitu :
- Fungsi produksi jangka pendek
Yaitu fungsi produksi dimana paling tidak ada satu faktor produksi yang bersifat tetap.
Jadi jika dilihat formula diatas, dimana terdapat 4 faktor produksi, maka dikatakan fungsi produksi jangka pendek jika paling tidak salah satu faktor tersebut (R, C, L, atau T) bersifat tetap.
- Fungsi produksi jangka panjang
Yaitu fungsi produksi dimana semua faktor produksi itu bersifat variabel. Jadi seluruh input (R, C, L, atau T) sifatnya variabel atau berubah-rubah.
Pada pembahasan sebelumnya dicontohkan Ketika perusahaan nanti dalam jangka panjang ingin mengembangkan usaha makanannya maka yang di butuhkan tidak hanya jumlah sayur-mayur yang bertambah namun juga jumlah tenaga kerja juga bertambah, faktor produksi modal atau dapurnya juga akan bertambah.
Maka sekali lagi dalam jangka panjang seluruh faktor produksi itu bersifat variabel
Perluasan Produksi
Bagaimana sih cara kita nanti menambah hasil produksi?
Penambahan hasil produksi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
- Ekstensifikasi yaitu menambah faktor produksi
Kembali ke rumus diatas,
Q = f(R,C,L,T)
Ketika kita ingin menambah jumlah kuantitas (Q) maka bisa dilakukan dengan jalan menambah faktor produksi yang kita pergunakan.
- Intensifikasi yaitu dengan cara meningkatkan produktivitas dari faktor produksi yang ada.
Kita tidak menambah faktor produksinya tetapi kualitas dari faktor produksinya yang kita tingkatkan atau produktivitasnya yang akan kita tingkatkan agar nanti jumlah produk makin meningkat.
Dari fungsi produksi, kita dapat melihat bahwa untuk meningkatkan kuantitas produk itu tidak harus dengan menambah seluruh input tetapi bisa saja dengan menambah salah satu input saja.
Di dalam penambahan faktor produksi perlu diperhatikan hal-hal berikut :
- Keterbatasan dari faktor produksi
Misalnya : Untuk meningkatkan panen padi di pulau jawa maka kita perlu melihat keterbatasan tanah, sangatlah sulit dengan jalan memperluas atau menambah tanah pertanian karena lahan di pulau jawa sudah sangat terbatas.
Jadi kita perlu memperhitungkan keterbatasan faktor produksi.
- Perlu memperhitungkan pengaruh penambahan input terhadap output yang dihasilkan
Artinya dalam menambah input kita harus memperhitungkan antara ongkos dan manfaatnya.
Jika kita tambahkan inputnya (misal : jumlah tenaga kerja) kita harus memperhitungkan, apa sih manfaat yang saya dapatkan sebagai pengusaha? Adakah kenaikan produksi?
Teori Perilaku Produsen
Teori perilaku produsen adalah teori yang mempelajari bagaimana perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungan dengan keterbatasan sumberdaya atau faktor produksi yang dimilikinya.
Secara umum dalam ilmu ekonomi ada 3 teori yang akan membahas tentang teori perilaku produsen, yaitu :
- Kurva kemungkinan produksi
- Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang
- Teori biaya produksi
Nah ketiga teori tersebut harus dipahami oleh produsen agar bisa mendapatkan keuntungan dan terhindar dari kerugian.
Sekilas Tengan Kurva Kemungkinan Produksi
Kurva Kemungkinan Produksi atau Production Possibility Frontier atau Kurva PPF
Didalam kurva tersebut ada 2 sumbu dimana sumbu vertikal menunjukkan misalnya makanan dan sumbu horizontalnya menunjukkan misalnya pakaian.
Penjelasannya :
Produsen atau perusahaan harus memanfaatkan sumberdaya produksi atau faktor produksi yang terbatas untuk menghasilkan output (barang dan jasa) yang optimal.
Dengan adanya keterbatasan faktor produksi maka tidak semua barang atau jasa dapat kita produksi.
Ketika kita ingin menambah suatu jenis barang yang produksi lebih banyak maka jenis barang lainnya harus kita kurangi.
Misalnya pada kurva PPF, diatas ada dua pilihan yaitu apakah memproduksi makanan atau memproduksi pakaian.
- Kalau misalnya (dalam kurva tersebut) kita akan memproduksi 15 makanan, maka kita tidak bisa memproduksi pakaian atau pakainya nol.
- Ketika kita ingin memproduksi 1 unit pakaian maka produksi makanan harus kita kurangi, yang semula 15 unit menjadi 14 unit.
- Ketika ingin menambah jumlah pakaian yang kita produksi menjadi 2, maka produksi makanan juga harus kita kurangi yang semula 14 menjadi 12,
- dst
Ini menunjukkan adanya keterbatasan faktor produksi yang kita miliki.
Lalu bagaimana dengan titik H dan titik G pada kurva diatas?
Titik H dibawa kurva PPF, artinya titik H tersebut masih dibawah kapasitas produksi perusahaan dalam arti perusahaan tidak memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki semaksimal mungkin.
Bagaimana dengan titik G?
Titik G ini ada di atas kurva PPF dan tidak bisa dijangkau oleh perusahaan karena sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tidak memungkinkan untuk memproduksi di titik G.
Jadi titik-titik produksi yang bisa dimungkinkan oleh perusahaan ada di titik A, B, C, D, E, F atau dengan kata lain sepanjang kurva PPF tersebut adalah kurva kemungkinan produksi yang bisa dilakukan oleh perusahaan.
Teori Produksi
Teori produksi adalah teori yang menggambarkan hubungan antara tingkat produksi dengan input produksi.
Hubungan antara output atau jumlah yang dihasilkan dengan input produksi atau dengan faktor produksi nya.
Untuk memudahkan dalam analisa teori produksi kita akan sederhanakan dimana nanti kita hanya akan mempelajari teori produksi dengan satu input variabel dan teori produksi dengan dua input variabel.
-
Teori Produksi Dengan Satu Input Variabel
Ini adalah teori produksi yang paling sederhana yang menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut.
Artinya dalam teori produksi ini, input yang digunakan adalah tenaga kerja dan input yang lain itu dianggap tetap.
Nah salah satu teori produksi tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh David Ricardo (1772 – 1823) yang dikenal dengan “hukum tambahan hasil yang makin berkurang atau The Law of Diminshing Returns” yang bunyinya itu sebagai berikut :
Apabila satu unit faktor produksi atau tenaga kerja terus-menerus ditambah, maka pada mulanya total hasil produksi itu akan meningkat tetapi sesudah mencapai titik tertentu tambahan produksi ini akan semakin berkurang dan pada akhirnya akan mencapai nilai negatif.
Nah sifat pertambahan total hasil produksi yang seperti ini menyebabkan pertambahan total produksi yang lambat, dan pertambahannya akan mencapai tingkat maksimum, setelah itu akan menurun.
Pada tabel diatas menggambarkan teori produksi dengan satu input variabel.
Dimana pada tabel tersebut ada kolom :
- Jumlah tenaga kerja / labor (L)
- Total produksi (TP)
- Produk rata-rata (AP)
- Produksi marginal atau Marginal product (MP)
- Tahapan produksi
Bagaimana membaca kolom-kolom diatas? Berikut ini adalah penjelasannya.
Pada kolom jumlah tenaga kerja, dapat dilihat bahwa semula tenaga kerja jumlahnya 1, kemudian ditambah menjadi 2 ; 3 ; dst sampai berjumlah 10 tenaga kerja.
- Nah kita lihat pada kolom Total Produksi atau TP, pada saat jumlah :
- Tenaga kerja 1 >> Total produksi 100
- Tenaga kerja 2 >> Total produksi mengalami peningkatan menjadi 300
- Tenaga kerja menjadi 3 >> Total produksi meningkat lagi menjadi 600
- Jumlah tenaga kerja ditambah lagi menjadi 4 >> Total produksi juga masih meningkat menjadi 880
- dst
Nah yang perlu dicermati pada kolom total produksi adalah ketika jumlah tenaga kerja terus-menerus ditambah maka total produksi mula-mula meningkat secara tajam tetapi kemudian pada batasan tertentu peningkatannya mulai melambat bahkan sampai pada titik tertentu total produksi tidak lagi mengalami kenaikan.
Dan ketika jumlah tenaga kerja ini masih juga di tambah misalnya menjadi 8 kemudian 9 maka total produksi justru mengalami penurunan, dan jika tenaga kerja ditambah lagi menjadi 10 maka total produksi makin menurun menjadi 700 (tanda kotak warna biru)
Itulah yang perlu kita cermati jika jumlah input tenaga kerja terus menerus ditambah.
Kemudian kita lihat pada kolom produk rata-rata dan kolom produk marginal.
Apa sih produk rata-rata atau average produk (AP)?
Produk rata-rata adalah hasil bagi antara produk total dengan jumlah faktor produksi variabel yang digunakan, dalam hal ini adalah tenaga kerja.
Maka :
AP (average product) = TP / L
TP : Total produksi
L : Jumlah tenaga kerja
Apa itu produksi marginal atau Marginal product?
Produksi marginal adalah pertambahan output yang dihasilkan akibat dari pertambahan satu unit faktor produksi variabel, dalam hal ini adalah tenaga kerja.
Maka :
MPL = ΔTP / ΔL
MPL : Marginal product dari tenaga kerja
ΔTP : Pertambahan jumlah total produk
ΔL : Pertambahan jumlah tenaga kerja
Kembali ke tabel lagi dimana
Pada jumlah tenaga kerja 1 >> produk rata-rata adalah 100, Dimana produk rata-rata (100) didapatkan dari 100 (TP) : 1 (L)
Sekarang kita lihat di kolom Marginal product
Pada jumlah tenaga kerja 1 >> Marginal product juga 100
Dimana Marginal product (100) didapatkan dari ΔTP yang semula nol menjadi 100 maka ΔTP = 100, dibagi dengan
ΔL (yang semula tidak ada tenaga kerja kemudian menjadi 1 tenaga kerja) maka ΔL nya juga 1.
Sehingga marginal product = 100 / 1 = 100
Nah ketika ditambah tenaga kerja dari 1 menjadi 2, dengan menggunakan rumus yang sama seperti diatas, maka :
Produk rata-rata (APL2) = 300/2 = 150
Marginal product = 200, yang didapat dari ΔTP = 300 – 100 yaitu 200 dibagi dengan Δ L yaitu l
Maka MPL2 = 200 / 1 = 200
dst (tanda kotak warna orange)
Sekarang kita cermati ini kolom tahapan produksi dimana ada 3 tahapan produksi yang warna hijau, warna kuning dan warna merah.
Pada tahapan produksi ke-1 yang warna hijau
Baik AP dan MP meningkat
- AP dari 100 ke 150 ke 200
- MP dari 100 ke 200 ke 300
Ada kenaikan yang sangat signifikan dimana disini pada tahap ke-1, hasil produksi yang didapat masih lebih tinggi dibandingkan dengan upah yang harus dibayar kepada pekerja. Dengan asumsi tadi tidak ada perubahan upah.
Tahap kesatu dimana tahap ketika hasil produksi mengalami peningkatan, AP dan MP meningkat
Nah kita lihat di tahapan produksi ke-2 yang warna kuning
Pada tahapan produksi ke-2 ini mulai berlaku “hukum tambahan hasil yang semakin menurun atau hukum LDR (Law of Dimishing Returns).
Dimana jika kita cermati pada kolom AP dan MP mulai menurun.
- Pada kolom AP dari 220 menurun menjadi 210 kemudian mengalami penurunan lagi menjadi 190 kemudian mengalami penurunan lagi menjadi 170.
- Pada kolom MP juga mulai mengalami penurunan dari 280 menjadi 170, kemudian turun lagi menjadi 90, kemudian turun lagi menjadi 50.
Jadi pada tahapan produksi ke-2 ini masih ada tambahan hasil, namun tambahan hasilnya mulai menurun sampai dengan TP pada tahapan produksi ke-2 tidak mengalami kenaikan atau MP sama dengan 0.
Pada tahapan produksi ke-3 yang warna merah
Total Produksi (TP) mulai mengalami penurunan dari 1190 menjadi 1100.
Perusahaan akan rugi jika meneruskan produksi atau meneruskan menambah tenaga kerja karena menambah tenaga kerja justru menurunkan produksi.
Jadi dengan melihat tabel dapat kita simpulkan
Pada jumlah tenaga kerja 7 itulah dicapai titik maksimumnya. Kita tidak bisa lagi menambah jumlah tenaga kerja untuk menaikkan output produksi.
Jika tabel diatas dibuat kurva maka hasilnya seperti pada gambar dibawah.
Dapat dilihat ada kurva TP (total produk)
- Kurva MP yang warna biru
- Kurva AP yang warna orange.
Pada gambar kurva tersebut dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap 1, tahap 2, dan tahap 3.
Pada tahap ke-1 pada kurva TP menunjukkan hubungan antara jumlah produk dengan jumlah tenaga kerja.
Dimana pada tahap ke-1 bentuk kurvanya pada mulanya cekung ke atas, dimana jumlah tenaga kerja masih sedikit dan penambahan tenaga kerja akan menaikkan TP (Total Produk) secara cepat.
Nah sifat serupa juga dapat kita lihat pada kurva MP yang berwarna biru.
Kurva MP naik atas.
Tahap ke-1 disebut sebagai tahap increase return.
Pada tahap ke-2 setelah menggunakan tenaga kerja 3, penambahan tenaga kerja tidak menambah total produk (TP) secepat seperti sebelumnya (di tahap 1) dan keadaan ini digambarkan oleh kurva MP yang terus-menerus turun dan kurva TP-nya mulai berbentuk cembung keatas.
Pada tahap ini disebut sebagai tahap produksi dimana mulai terjadi Diminishing Return atau tambah hasil yang semakin menurun.
Pada tahap ke-3 dimulai pada saat tenaga kerja berjumlah 8, dimana kurva MP ini memotong sumbu horizontal (nol) yang menunjukkan adanya inefisiensi atau negatif return dimana perusahaan ini tidak bisa lagi meneruskan produksi atau menambah tenaga kerja.
Kesimpulan dari kurva TP, AP, dan MP titik maksimum penggunaan tenaga kerja terjadi ketika slope dari kurva TP sejajar dengan sumbu horisontal yakni saat tenaga kerja itu berjumlah 7
Perusahaan dapat beroperasi di tahap 1 dan 2.
Nah yang menjadi pertanyaan itu adalah dimana titik berhenti menambah tenaga kerja?
Dengan gambar kurva TP tadi kita sudah menyimpulkan yaitu ketika slope kurva TP sejajar dengan garis horizontal, disitulah letak titik dimana perusahaan ini harus berhenti menambah tenaga kerja.
Nah secara matematis perusahaan ini akan berhenti menambah tenaga kerja yaitu pada saat tambahan biaya atau marginal cost (MC) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan atau Marginal revenue (MR) yang diterima.
Atau secara matematis dirumuskan bahwa perusahaan itu akan berhenti menambah tenaga kerja jika atau pada saat MR = MC.
Tambahan biaya dalam hal ini adalah upah atau wages (W) sedangkan tambahan pendapatan adalah Marginal product x harga (P). Maka alokasi tenaga kerja itu masih dianggap efisien jika :
W (tingkat upah) = Marginal product (MP) x harga (P)
-
Teori Produksi Dengan Input 2 Variabel
Dalam analisa model dua variabel ini diasumsikan ada dua faktor produksi yang berubah-rubah yakni tenaga kerja dan modal.
Pendekatan yang akan digunakan adalah analisa grafis dengan menggunakan kurva isokuant dan kurva isocost.
Kurva Isokuant
kurva isokuant adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu yang menghasilkan tingkat produksi atau jumlah produksi yang sama.
Kurva isocost atau kurva anggaran produksi adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi yang memerlukan biaya yang sama.
Berikut ini gambaran tabel yang menunjukkan kurva isokuant.
Ada berbagai kombinasi yaitu kombinasi tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan kuantitas yang sama.
- Pada kombinasi A digunakan 4 Tenaga Kerja dan 20 modal dan kuantitas yang dihasilkan 110.
- Pada kombinasi B digunakan 6 Tenaga Kerja dan 14 modal dan kuantitas yang dihasilkan 110.
- Pada kombinasi C digunakan 8 tenaga kerja dan 10 modal dan kuantitas yang dihasilkan 110.
- dst
Ada berbagai kombinasi antara tenaga Kerja dan modal menghasilkan kuantitas yang sama yaitu 110.
Kemudian pada kolom paling kanan terdapat kolom MRTS (Marginal Rate Technical Substitution) yaitu tingkatan dimana tenaga kerja atau labor dapat disubstitusikan dengan modal atau capital sementara outputnya tetap konstan disepanjang isokuant.
Secara matematis MRTS bisa dicari dengan rumus :
MRTS = Δ K / Δ L
Δ K : Perubahan kapital
Δ L : Perubahan labor
Contoh
Pada kombinasi A, MRTS nya masih 0, karena belum ada subsitusi antara tenaga Kerja dan modal.
Ketika kombinasi B tenaga kerja di sini mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6 artinya ada perubahan 2, modalnya mengalami penurunan dari 20 menjadi 14.
Maka
MRPS = (20 – 14) / (6 – 4) = 3
dst
Dari tabel tersebut kemudian kita pindahkan dalam bentuk kurva isoquant seperti dibawah dimana sumbu yang vertikal adalah modal dan sumbu yang horizontal untuk tenaga kerja.
Dapat dilihat pada kurva, garis dimulai dari kiri atas turun ke kanan bawah.
- Ketika jumlah modal 20 maka jumlah tenaga kerjanya adalah 4
- Ketika jumlah modal 14 maka jumlah tenaga kerjanya adalah 6
- Ketika jumlah modal 10 maka jumlah tenaga kerjanya adalah 8
- dst
Ciri-Ciri Kurva Isokuant :
- Memiliki lereng negatif dari kiri atas kekanan bawah yang menunjukkan disini adanya “trade off” antara faktor produksi tenaga kerja dan modal yaitu ketika kita ingin menambah jumlah tenaga kerja konsekuensinya ada modal yang harus dikurangi.
- Marginal Rate Tehcnical Subtitution atau tingkat substitusi teknik dari faktor produksi akan semakin kecil atau semakin menurun yang menunjukkan ketika kita memiliki faktor produksi banyak maka kita siap menukarkannya dengan faktor produksi lain dengan jumlah yang lebih sedikit, tetapi ketika faktor produksi yang kita miliki sudah semakin sedikit maka akan semakin sedikit pula kita mau melepaskan untuk mendapatkan faktor produksi yang lain.
- Berlakunya Law of Diminishing Returns. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan kombinasi yang tepat antara modal dan tenaga kerja agar mencapai hasil yang maksimal.
Kurva Isocost
Yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi dua faktor produksi pada tingkat biaya yang sama.
Nah misalkan seorang produsen ingin memproduksi produk sebanyak X unit dengan biaya 800.000.
Jika upah tenaga adalah 20.000 dan biaya modal per unit Rp 20.000 maka dari total biaya 800.000 ini dapat diperoleh berbagai kombinasi faktor produksi sebagai berikut :
Dapat dilihat pada tabel diatas dimana ada beberapa kombinasi yaitu kombinasi A-B-C-D-E
- Pada kombinasi A digunakan 40 mesin tenaga kerjanya 0 total biaya 800.000.
- Pada kombinasi B tenaga kerja 10, mesinnya 30
- Pada kombinasi C tenaga kerja 20, mesinnya 20
- dst
Disini ada berbagai kombinasi pada tingkat biaya yang sama.
Jadi ada beberapa kombinasi tenaga kerja dan mesin pada tingkat biaya 800.000.
Nah selanjutnya dari tabel ini kita buatkan menjadi kurva isocost, sumbu vertikal nya adalah mesin dan sumbu horizontalnya adalah tenaga kerja.
Garis pada kurva menunjukkan titik-titik kombinasi antara mesin dan tenaga kerja pada biaya atau pada anggaran yang sama. Jadi kurva isocost bisa juga disebut sebagai kurva garis anggaran.
Nah selanjutnya kita akan mencari dimanakah letak keseimbangan produsen atau titik dimana output mencapai titik maksimal?
Keseimbangan produsen atau titik optimal terjadi ketika kurva isokuant bersinggungan dengan kurva isocost. Artinya disini kita menggabungkan dua kurva.
Nah titik persinggungan tersebut, kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan menghasilkan output yang maksimal.
Kita lihat kurva isocost yang warna kuning kemudian kurva isoquant yang warna biru.
Keseimbangan produsen terjadi atau ada di titik C, ketika kurva isokuant yang menunjukkan target produksi yang ingin dicapai.
Jadi kurva isokuant itu menggambarkan target produksi atau kuantitas produksi yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Nah bersinggungan dengan kurva isocost yang menunjukkan anggaran yang dimiliki oleh perusahaan.
Jadi Keseimbangan produsen itu tercapai ketika target produksi yang akan dicapai ada pada anggaran yang dimiliki oleh perusahaan.
Nah dalam mencapai keseimbangannya, produsen selalu berdasar prinsip efisiensi yaitu maksimalisasi output atau minimalisasi biaya.
Prinsip maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan harus mencapai output yang maksimal.
Prinsip minimalisasi biaya menyatakan bahwa target output yang sudah ditetapkan harus bisa di capai dengan biaya yang seminimal mungkin
Gambar diatas adalah kurva yang menunjukkan keseimbangan produsen dengan berdasarkan prinsip maksimalisasi output yang menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan harus mencapai output yang maksimum.
Kita lihat pada kurva isocost yang warna kuning yang menunjukkan anggaran yang sudah ditentukan dan ada beberapa kurva isokuant ada isokuant 1, isokuant 2, dan isokuant 3 yang berwarna biru.
Dimanakah letak titik maksimum yang menunjukkan keseimbangan produsen?
Yaitu ada di titik C ketika kurva isokuant menyentuh garis anggaran atau menyentuh garis kurva isocost.
Bagaimana dengan titik F?
Titik F ada di isokuant 1 yang letaknya itu lebih rendah dibanding isokuant 2, yang menunjukkan titik F ini jumlahnya lebih sedikit sehingga tidak efisien atau dalam arti anggarannya sama dimana sudah ditentukan namun dicapai output yang lebih sedikit.
Bagaimana dengan titik G?
Titik G ini ada di isokuant yang ke 3 dimana jumlah output yang lebih tinggi, tetapi tidak bisa dicapai karena sudah berada di luar garis anggaran.
Nah demikianlah prinsip keseimbangan konsumen dengan menggunakan prinsip maksimalisasi output.
Sedangkan kurva dibawah ini adalah prinsip minimalisasi biaya yang menyatakan bahwa target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya yang minimal.
Target output yang akan dicapai atau yang sudah ditetapkan digambarkan dalam kurva isokuant yang berwarna biru dan harus bisa dicapai dengan biaya yang minimum.
Kondisi tersebut dapat terjadi yaitu pada kurva isocost yang ke 2 disini dimana kurva isokuant ini menyinggung kurva isocost.
Untuk titik H Ada kurva isokuant, namun titik H itu menunjukkan isocost yang lebih tinggi atau biaya yang lebih besar karen ada di garis kurva isocost 3.
Maka titik yang optimal itu ada di titik C ketika disini isokuant menyinggung isocost yang posisinya lebih bawah atau anggaran yang lebih minimal.
Nah hal diatas menggambarkan prinsip minimalisasi biaya.
Kesimpulan
Baik kita sudah belajar mengenai Pengertian, jenis, fungsi, teori, dan contoh kegiatan produksi lengkap dengan faktor-faktor produksi berikut dengan perilaku produsen.
Mudah-mudahan bisa menambah ilmu bagi penulis maupun teman-teman semua yang sedang belajar mengenai teori produksi meskipun dalam artikel ini belum membahas mengenai unsur keuntungan dan unsur biaya dalam produksi.
Oiya, terkait dengan produksi tentunya akan berkaitan erat dengan PPIC (Production Planning and Inventory Control). Terkait PPIC tersebut sudah pernah kami ulas di dalam artikel ini : [Ibaratnya] PPIC adalah Seorang Playmaker di Perusahaan.
Referensi :