Kegiatan sampling dalam industri farmasi merupakan suatu hal wajib untuk memastikan bahan baku, bahan setengah jadi / ruahan, dan bahan jadi tetap memenuhi standar yang telah ditetapkan. Untuk melakukan aktifitas sampling tersebut tentunya harus mengikuti aturan-aturan yang telah dibakukan sehingga sampel hasil sampling tersebut dapat mewakili karakteristik semua bahan baku.
Nah.. kali ini kita akan belajar mengenai metode pengambilan sampel yang sering digunakan dalam industri farmasi. Namun ada baiknya kita mengulas sedikit terlebih dahulu mengenai peranan personel QC dalam industri tersebut, karena hampir semua kegiatan sampling ini dilakukan oleh personel QC.
Singkatan dalam artikel ini :
- QC : Quality Control
- CPOB : Cara Pembuatan Obat yang Baik
- GMP : Good Manufacturing Practice
Daftar Isi
Tugas dan Wewenang QC di Industri Farmasi
Tentu kita semua sudah familiar mengenai QC atau sering juga disebut dengan istilah pengawasan mutu, karena hampir pasti personel / departemen tersebut ada di setiap perusahaan, namun kali ini kita akan batasi tugas dan wewenang QC dalam industri farmasi dengan standar penerapan CPOB.
Pengawasan mutu atau QC merupakan bagian penting dari CPOB, karena pengawasan mutu kegiatannya tidak hanya terbatas pada kegiatan laboratorium saja namun juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Jadi bisa dibilang QC ini seperti seorang polisi dalam industri farmasi.
Dimana dia akan melakukan pengawasan-pengawasan dan juga akan terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Sedemikian pentingnya peranan QC di sebuah industri farmasi maka bagian pengawasan mutu ini harus independen atau tidak boleh tergantung dengan bagian produksi. QC juga merupakan bagian dari sistem manajemen mutu atau quality management system dalam upaya menjamin setiap produk yang dihasilkan.
Tugas QC dalam industri farmasi yaitu :
- Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanannya >> Pemeriksaan bahan awal.
- Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses produksi obat telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan >> Pengawasan selama proses produksi (In Process Control)
- Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap batch produksi telah dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan >> Evaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan produksi
- Suatu batch obat jadi memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang telah ditetapkan >> Program stabilitas.
Bagian QC juga memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan akhir, meluluskan atau menolak atas :
- Mutu bahan awal
- Mutu bahan kemas
- Mutu produk antara
- Mutu produk ruahan
Jadi mutu keempat diatas adalah menjadi wewenang khusus dari QC, terkait dengan pemberian keputusan akhirnya apakah lulus atau ditolak.
Tidak terbatas pada itu saja QC juga terlibat dalam hal lain yang mempengaruhi mutu produk.
Jadi terkait beberapa uraian dengan tugas-tugas QC diatas, maka kita akan membahas tugas QC dalam melakukan pemeriksaan bahan awal dan dalam melakukan pengawasan selama proses.
Baca Juga : Pekerjaan Quality Control dan Bedanya Dengan QA
Metode Pengambilan Sampel Bahan Awal Oleh QC
Pemeriksaan Bahan Awal
- Bahan Awal
Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan untuk pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan.
Jadi semua komponen bahan yang memang terlibat dalam proses pengolahan obat walaupun nanti bahan tersebut pada produk ruahan sudah tidak ada lagi. Misalnya : kita membuat tablet dengan menggunakan pelarut bahan pengikatnya etanol dengan metode granulasi basah. Maka etanol tersebut tetap akan menjadi atau dianggap sebagai bahan awal walaupun nanti pada perjalanan proses pembuatan obatnya khususnya pada saat kita melakukan proses granulasi dan kemudian granul basah tersebut dikeringkan yang mengakibatkan etanol tersebut menguap dan sudah tidak tersisa di dalam granul kering.
Atau dengan kata lain pada granul kering tersebut etanol sudah tidak tersisa, artinya etanol tersebut juga tidak akan kita dapatkan di produk ruahan. Namun karena etanol terlibat dalam proses pembuatan tablet maka etanol tersebut akan kita anggap sebagai bahan awal.
- Bahan Pengemas
Tiap bahan termasuk bahan cetak yang digunakan dalam proses pengemasan obat, tetapi tidak termasuk kemasan luar yang digunakan untuk transportasi atau keperluan pengiriman ke luar pabrik.
Bahan kemasan seperti kita ketahui, ada bahan pengemas primer (bahan pengemas yang kontak langsung dengan obat yang kita buat), bahan pengemas sekunder yaitu kemasan di luar bahan pengemas primer tetapi bersinggungan langsung dengan kemasan primer, bahan pengemas tersier yaitu kemasan yang kontak langsung dengan bahan pengemas sekunder.
Nah diantara ketiga bahan pengemas tersebut, yang akan sangat berpengaruh terhadap stabilitas obat adalah bahan pengemas primer.
Namun juga perlu dipahami terkait pemahaman kemasan primer tersebut, yaitu misalnya diluar bahan pengemas tersebut dipergunakan cooling box karena obat tersebut peka terhadap suhu perubahan suhu, sehingga harus disimpan dengan menggunakan cooling box untuk mempertahankan suhu penyimpanan.
Maka cooling box ini tidak kita anggap sebagai bahan pengemas karena hanya digunakan untuk keperluan transportasi atau pengiriman keluar pabrik.
Pertanyaannya adalah kira-kira Bagaimana tahapan QC dalam melakukan pemeriksaan terhadap bahan awal? metode pengambilan sampel yang dilakukan seperti apa?
- Jadi QC dalam melakukan tahapan pemeriksaan bahan awal diawali dengan melakukan pemeriksaan secara visual atas semua wadah yang diterima. Pemeriksaan visual ini contohnya adalah melakukan pemeriksaan administratif mulai dari :
-
- surat jalan
- Purchasing order / Purchase Request
- Nama bahan
- Nomor batch atau lot
- Nama pabrik pembuat
- Nomor wadah
- Tanggal expire datenya
- Dokumen Pelengkap seperti COA (Certificate of Analysis) dan MSDS (Material Safety Data Sheet)
Baca Juga : Pengertian MSDS Material Safety Data Sheet
- Kemudian dilakukan pemeriksaan wadah apakah pada saat bahan baku tersebut diterima wadahnya dalam kondisi tidak rusak atau penyok kemudian tutup wadahnya apakah tertutup sempurna, segel, label, Apakah tercium bau asing atau tidak dan dalam kondisi basah atau tidak.
Setelah melakukan tahap pemeriksaan visual, selanjutnya QC akan melakukan pengambilan sampel. Untuk pengambilan sampel bahan awal dan untuk penentuan wadah yang perlu dilakukan sampling dapat dilakukan dengan tiga pola yaitu :
- Pola n
- Pola p
- Pola r
Dari macam-macam teknik sampling tersebut apa saja bedanya dan kapan saja digunakannya?
Pola n
Metode pengambilan sampel dengan pola n ini digunakan jika bahan yang akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari daftar pemasok yang disetujui. Pengambilan sampel dengan pola n ini dapat diambil dari dari bagian manapun dari wadah namun umumnya diambil dari lapisan atas.
Rumus dari Metode pengambilan sampel pola n adalah :
Dimana :
n : jumlah wadah yang perlu dibuka atau diambil sampelnya.
N : jumlah wadah dari bahan baku yang diterima.
Catatan :
Apabila N atau jumlah wadah bahan baku yang kita terima ≤ 4 maka sampel harus diambil dari tiap wadah.
Contohnya :
Industri farmasi menerima bahan baku sebanyak 4 wadah, dimana sampelnya diperkirakan homogen karena mungkin wadah kemasannya tersebut sama misalnya : 10 kg, Nomor batch / nomor lotnya juga sama, kemudian pemasoknya atau distributornya juga merupakan pemasok dari daftar pemasok yang disetujui.
Dalam kondisi tersebut diatas jika kita bisa menggunakan metode pengambilan sampling 1 + √4
Maka
1 + √4 = 3
Namun jika kita lihat di catatan maka sampel harus diambil tiap wadah karena jumlah sampel yang datang hanya 4 wadah.
Namun apabila jumlah sampel yang kita terima lebih besar dari 4 misalnya : mulai 5 ; 6 ; 7 dan seterusnya maka jumlah sampel yang perlu kita ambil adalah sesuai rumus 1 + √4.
Pola P
Metode pengambilan sampel dengan pola p digunakan jika bahan homogen diterima dari pemasok yang disetujui dan tujuan utama adalah untuk pengujian identitas.
Rumus dari Metode pengambilan sampel pola p adalah :
Dimana :
N : jumlah wadah yang perlu dibuka atau diambil sampelnya
p : jumlah wadah yang perlu dibuka atau diambil sampel berdasarkan pembulatan ke atas
Jadi pola P adalah pola yang akan diterapkan di awal pada pengambilan sampel bahan baku sebelum nanti bahan baku tersebut diuji lebih lengkap.
Pengujian identitas digunakan untuk melihat parameter awal apakah secara identitas bahan baku yang kita beli itu betul-betul memenuhi spesifikasi identitas bahan baku yang seharusnya. Misalnya pada contoh seperti diatas dimana ada kedatangan bahan baku 4 wadah dan kita ingin melakukan pengujian identitas, maka jumlah sampel yang diambil adalah :
0,4 x √4 = 0,8 kita bulatkan keatas menjadi 1
Nah.. Biasanya jika nanti pengujian identitasnya masuk persyaratan maka akan dilanjutkan ke pengujian sampling yang tujuannya adalah untuk pemeriksaan laboratorium secara lengkap baik itu fisika, kimia, maupun mikrobiologi yaitu bisa menggunakan rumus pola n atau pola r.
Pola R
Metode pengambilan sampel pola r digunakan jika bahan diperkirakan bahan tersebut tidak homogen, misalnya diketahui bahwa bahan yang kita beli mempunyai nomor batch yang berbeda atau wadah kemasannya besarnya berbeda-beda, sehingga dari asumsi tersebut kita memperkirakan bahan bakunya itu tidak homogen.
Pola r juga digunakan untuk bahan baku yang kita terima dari pemasok yang belum dikualifikasi.
Rumus dari Metode pengambilan sampel pola r adalah :
Dimana
N : jumlah wadah yang diterima atau diambil sampelnya
r : jumlah sampel yang diambil berdasarkan pembulatan ke atas.
Catatan :
Pola r ini juga dapat digunakan untuk bahan awal yang berasal dari herbal (ekstrak).
Jadi kalau kita mau membuat sebuah sediaan obat dimana menggunakan bahan baku awalnya salah satunya adalah ekstrak, maka untuk menghitung jumlah sampel yang perlu dilakukan sampling bisa menggunakan pola r.
Misalnya : industri farmasi membeli bahan baku sebanyak 4 wadah maka jumlah yang perlu di samping kalau kita menggunakan pola r itu adalah :
1.5 x √4 = 3
Jadi perlu dilakukan sampling sebanyak 3 wadah.
Catatan :
Selain mengenai bahan awal yang sudah kita uraikan di atas, ada juga bahan yang mungkin bukan berupa serbuk atau cairan namun bahan tersebut tetap diperlakukan atau sebagai bahan awal.
Jadi jika industri Farmasi membeli atau memperoleh produk ruahan dan produk antara yang diterima dari pihak ketiga, misalnya import maupun lokal maka produk ruahan dan produk antara yang diterima tersebut tetap harus diperlakukan sebagai bahan awal, termasuk jika produk tersebut berupa produk cair, produk setengah padat, atau serbuk dan granul.
Misalnya ketika produk antara atau produk ruahan tadi ditransportasikan dalam wadah dan dimaksudkan untuk diproses lebih lanjut atau untuk dikemas dalam wadah atau kemasan akhirnya serta sediaan tablet dan atau kapsul yang akan dikemas ke dalam wadah akhir maka tetap diperlakukan sebagai bahan awal.
Contoh kasus:
Sebuah industri farmasi di Indonesia yang bekerjasama atau melakukan impor produk dari luar negeri. Namun seperti kita ketahui terkadang jika kita melakukan import produk dari luar negeri tentunya sudah dikemas dalam kemasan yang beredar di luar negeri dan itu tidak diperbolehkan langsung diedarkan karena dari segi bahasa biasanya masih menggunakan bahasa dari negara asalnya.
Kemudian di negara kita sendiri dan tentunya mempunyai standar aturan untuk kemasan obat yang beredar di Indonesia sehingga biasanya industri farmasi tersebut jika akan melakukan import dalam produk yang belum dikemas dalam kemasan primer.
Baca Juga : Peraturan dalam Membuat Label Kemasan Makanan
Anggaplah yang dibeli adalah multivitamin diimpor masih dalam berbentuk tablet yang belum dikemas dan nanti akan dikemas dalam kemasan botol. Artinya produk tersebut datang ke Indonesia berupa produk ruahan karena sudah siap untuk dikemas.
Walaupun sudah berbentuk dalam bentuk tablet tetap akan diperlakukan sebagai bahan awal sehingga tetap harus dilakukan sampling layaknya sampling bahan baku walaupun kalau dilihat bentuknya sudah dalam bentuk tablet.
Kegiatan Pengambilan Sampel
Untuk menghindarkan adanya pencemaran dan pencemaran silang terhadap bahan yang diambil sampelnya maka ada beberapa ketentuan yaitu :
- Pengambilan sampel bahan awal dan bahan pengemas primer hendaklah dilakukan didalam ruang pengambilan sampel yang setara dengan kelas kebersihan jenis proses produksi dan dilengkapi dengan dust exstractor.
Misalnya : Sediaan tablet biasanya dilakukan proses pembuatannya dilihat diklasifikasi CPOB itu dikelas E maka pengambilan sampel bahan awal dan bahan pengemas primer yang terkait dengan pembuatan tablet tersebut itu dilakukan dikelas kebersihan yang sama yaitu kelas E juga.
- Pengambilan hendaklah di bawah laminar air flow atau LAF dengan kelas kebersihan minimal sama dengan jenis produksi. Biasanya untuk yang Point yang kedua ini dalah pengambilan sampel untuk bahan-bahan yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan steril.
- Pencucian alat pengambil sampel hendaklah dilakukan di dalam ruangan dengan kelas yang sama dengan kelas produksi dan pembilasan akhir hendaklah menggunakan air murni atau purified water. Alat yang sudah dibersihkan tersebut kalau disimpan harus mempunyai batas waktu penyimpanan dan harus dibersihkan jika batas waktu tersebut terlampaui.
Jadi misalnya alat tersebut disimpan batas waktunya adalah satu minggu,Jika ternyata Alat tersebut akan digunakan melebihi batas waktu satu minggu, maka alat tersebut tidak boleh langsung digunakan tetapi harus dilakukan pembersihan kembali.
Hendaknya dilakukan validasi terhadap batas waktu penyimpanan sesuai dengan validasi batas waktu penyimpanan alat produksi. Jadi penentuan batas waktu penyimpanan tadi harus dilakukan pengkajian apakah memang jika disimpan selama satu minggu secara pengujian itu alat tersebut masih tetap dalam kondisi bersih dan layak digunakan ataukah tidak.
Baca Juga : Macam-Macam Alat Sampling di Industri
- Untuk bahan yang susah dibersihkan, bahan yang berbahaya, maupun bahan yang berpotensi tinggi sebaiknya disediakan alat mengambil sampel tersendiri yang tentu saja dipisahkan atau dibedakan dengan alat pengambil sampel yang digunakan untuk bahan-bahan yang standar atau bahan-bahan yang umum.
Persyaratan Pengujian
Parameter pengujian tertentu untuk bahan awal yang telah disetujui pada saat pemberian izin edar dapat dikurangi bila hasil trend seluruh parameter yang diuji telah memenuhi persyaratan minimal pada 20 batch yang berbeda yang diterima berurutan dari pemasok atau pabrik pembuat yang sama, mempunyai sertifikat GMP dari otoritas negara terkait dan memenuhi 2 dari kriteria berikut :
- Dapat dipastikan dan diketahui pabrik pembuatnya (bukan distributor atau broker) dan ada jaminan dari distributor atau Broker yang menyatakan bahwa bahan awal dan COA atau certificate of analysis itu memang berasal dari pabrik pembuat tersebut.
- Pabrik pembuat itu sudah diaudit secara rutin oleh industri pengguna atau oleh organisasi profesional dalam bidang mutu dan memenuhi syarat GMP (Good Manufacturing Practice).
- Untuk bahan yang berasal dari Eropa, juga tersedia certificate of suitability untuk bahan awal terkait yang diterbitkan oleh badan otoritas negara terkait dari pabrik pembuat.
Namun demikian ada catatan penting bahwa minimal dalam satu kali setahun hendaknya tetap dilakukan pengujian secara lengkap. Apabila ternyata terjadi kegagalan pemenuhan spesifikasi hendaklah dilakukan pengujian lengkap tiap batch bahan hingga diperoleh suatu keyakinan terhadap pemasok melalui pengkajian trend hasil parameter uji.
Beberapa parameter pengujian yang tidak boleh dikurangisaat kita melakukan pengujian atau pemeriksaan bahan awal yaitu :
- Pengujian pemerian
- Susut pengeringan atau kadar air bila syarat susut pengeringan atau kadar air itu ada.
- Identifikasi sesuai dengan monografinya
- Penetapan kadar atau potensi untuk bahan aktif obat.
Demikian pembahasan singkat mengenai macam macam teknik sampling / metode pengambilan sampel yang umum dilakukan pada industri farmasi.
Semoga Bermanfaat.