Analisis Resiko Ketidakberpihakan Pada Klausul 4 SNI ISO / IEC 17025 : 2017

Analisis Resiko Ketidakberpihakan Pada Klausul 4 SNI ISO / IEC 17025 : 2017

Jika berbicara mengenai ketidakberpihakan, maka hal tersebut merupakan salah satu klausul SNI ISO / IEC 17025 : 2017 (tepatnya klausul 4.1) yang harus dipenuhi oleh laboratorium kalibrasi atau pengujian yang ingin mengakreditasi laboratoriumnya.

Namun, di standar SNI ISO / IEC 17025 : 2017 itu sendiri tidak menyatakan cara menentukan atau cara melakukan analisis resiko ketidakberpihakan tersebut, dalam artian cara / strateginya dikembalikan ke laboratorium masing-masing.

Laboratorium tidak juga diharuskan melakukan analisis resiko berdasarkan ISO 31000 atau menggunakan alat manajemen resiko Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), analisis diagram tulang ikan, atau menggunakan diagram pareto, dsb.

Parameter Analisis Resiko Ketidakberpihakan

Berikut ini salah satu contoh analisis resiko dengan mempertimbangkan 3 parameter yang bisa dijadikan salah satu referensi meskipun tidak harus sama dengan yang akan dijabarkan di artikel berikut.

Ketiga parameter untuk analisis resiko ketidakberpihakan tersebut adalah :

  • Frekuensi Terjadinya Resiko
  • Tingginya Terjadinya Resiko
  • Kategori Resiko

Contoh :

Pada saat identifikasi ketidakberpihakan dari pemberian jasa konsultasi oleh personel laboratorium.

Untuk parameter frekuensi terjadinya resiko dinilai sebagai berikut :

  • A : Sering >>> Lebih dari 3 kali / Tahun
  • B : Kadang-kadang >>> 1 s/d 2 kali / Tahun
  • C : Jarang >>> Kurang dari 1 kali / Tahun

Untuk parameter tingginya resiko dinilai sebagai berikut :

  • I : Kritis dapat berpengaruh pada hasil
  • II : Penting, perlu intervensi manajemen
  • III : Tidak signifikan / Dapat diabaikan, tidak ada resiko ketidakberpihakan

Dari Penilaian parameter tersebut diatas, maka dibuatlah kategori resiko seperti pada gambar dibawah ini.

Analisis Resiko Ketidakberpihakan SNI ISO IEC 17025 - 2017

Sebagai catatan pemeringkatan diatas hanyalah contoh saja dalam memberikan ilustrasi pendekatan yang diambil dalam analisis resiko ketidakberpihakan.

Tindakan Pencegahan & Perbaikan Analisis Resiko Ketidakberpihakan

Sesuai dengan standar SNI ISO / IEC 17025 : 2107 setelah dilakukan analisis resiko ketidakberpihakan, maka diperlukan langkah untuk meminimalkan / menghilangkan resiko tersebut. Berikut ini adalah contoh dari tindakan pencegahan & tindakan perbaikan pada analisis resiko ketidakberpihakan pada tabel diatas.

  • Resiko Potensial
    Staff pengujian yang memberikan konsultasi
  • Sumber Resiko
    Personel Pengujian
  • Frekuensi Terjadinya Resiko
    C – Jarang
  • Tingginya Resiko
    I – Kritis
  • Evaluasi Faktor Resiko
    Resiko Tidak dapat diterima
  • Tindakan Pencegahan
    1. Seluruh staff laboratorium menandatangani pernyataan benturan kepentingan ketika mulai bekerja di perusahaan, mengidentifikasi pekerjaan sebelumnya dan kerjasama dengan pelanggan selama 3 tahun terakhir.
    2. Mengingatkan kebijakan tertulis tentang benturan kepentingan setiap tahunnya
    3. Memisahkan anggota staff yang memberikan konsultasi dari kegiatan pengujian
    4. Jika digunakan sub kontraktor, dipastikan dalam kontrak bahwa benturan kepentingan yang ada akan diungkapkan dan tidak adanya benturan kepentingan dan tidak adanya benturan kepentingan akan dinyatakan, keduanya secdara tertulis sebelum diterimakan pekerjaan subkontrak.

Baca Juga : Sub Kontrak Kalibrasi Sesuai Dengan Standar Sistem Manajemen Laboratorium

  • Pemantauan
    1. Kaji ulang benturan kepentingan setiap tahun
    2. Pemutakhiran dan kaji ulang daftar anggota staff yang melakukan konsultasi
    3. Kaji ulang kontrak dengan sub kontraktor dan pemantauan pernyataan benturan kepentingan
  • Tindakan perbaikan
    1. Berdasarkan hasil deteksi benturan kepentingan, staff diedukasi ulang tentang pentingnya keterbukaan
    2. Dari deteksi benturan kepentingan karena konsultasi, personel bersangkutan tidak dilibatkan dalam pengujian tertentu

Baca Juga :

https://sentrakalibrasiindustri.com/konsultan-iso-17025-2017-tingkatkan-profit-laboratorium-anda/

Referensi :

https://perpustakaan.bsn.go.id/repository/dcdf4bfc61c524fb89f0c7474778199a.pdf
Implementasi SNI ISO / IEC 17025 : 2017 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi

Hirarki Dokumen di Dalam Sistem Manajemen Laboratorium ISO 17025 : 2017

Hirarki Dokumen di Dalam Sistem Manajemen Laboratorium ISO 17025 : 2017

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi laboratorium jika ingin diakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) adalah dokumentasi dari sistem manajemen mutu di dalam laboratorium tersebut,

Dalam pembuatan dokumen tersebut baiknya seluruh personel laboratorium dilibatkan dari proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi sehingga setiap personel merasa memiliki, memahami, menerapkan dan memelihara sistem tersebut.

Saat ini dimana perkembangan teknologi semakin cepat, bentuk dokumen pun sudah tidak kaku lagi seperti 2 – 3 dekade yang lalu, dokumen bisa berbentuk prosedur pelaksanaan (SOP), Instruksi Kerja (IK / WI), spesifikasi, standar acuan, memo, gambar, poster, dll. Bahkan pelatihan / training, rapat tinjauan manajemen serta audit yang dilakukan secara online via zoom pun bisa kita anggap sebagai dokumen yang siap ditunjukkan ketika dibutuhkan pada saat audit ISO 17025 : 2017.

Karena banyaknya dokumen tersebut, maka laboratorium harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk merekam dan mengendalikan dokumen yang merupakan bagian dari sistem manajemen mutu.

Hirarki Dokumen Sistem Manajemen Mutu

hirarki-dokumen

Ditinjau dari hirarkinya, dokumen dalam sistem manajemen mutu terdiri dari 4 tingkatan :

Tingkat I : Panduan Mutu / Quality Manual

Dokumen ini berisi antara lain kebijakan mutu, sasaran mutu, serta penjelasan dari sistem manajemen mutu berikut klausul-klausul dari standar ISO yang akan diterapkan. Jika berbicara mengenai laboratorium kalibrasi ataupun pengujian, panduan mutu merupakan dokumen yang menyatakan kebijakan mutu dan menguraikan sistem manajemen mutu.

Dokumen ini digunakan untuk perencanaan menyeluruh kegiatan operasional laboratorium yang dapat mempengaruhi mutu data hasil pengujian atau kalibrasi.

Dokumen ini haruslah menjabarkan kegiatan operasional laboratorium, pengendaliannya, tanggung jawab, wewenang, dan hubungan timbal balik personel yang mengatur, melaksanakan, menverifikasi atau mengkaji ulang pekerjaan yang dapat mempengaruhi mutu.

selain itu panduan mutu itu sendiri dapat digunakan oleh laboratorium untuk memberikan informasi pada pelanggan, pemasok, assesor, dan personelnya, bahwa kebijakan dan sasaran sistem manajemen mutu telah diterapkan sesuai dengan standar yang di adopsi.

Manfaat adanya panduan mutu / quality manual tersebut adalah antara lain :

  • Digunakan sebagai dokumen acuan untuk internal / eksternal audit sistem manajemen mutu serta digunakan sebagai bahan pelatihan seluruh personel di dalam laboratorium
  • Merupakan sistem komunikasi informasi yang positif, terencana, dan dapat dipercaya sehingga memberikan dasar yang kuat bahwa sistem manajemen mutu dapat diterapkan secara berhasil di dalam laboratorium
  • Untuk memenuhi persyaratan akresditasi dari badan akreditasi
  • Dapat digunakan sebagai alat pemasaran karena dapat meyakinkan pelanggan bahwa laboratorium memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen mutu

Dokumen panduan mutu itu sendiri biasa terdiri dari :

  • Halaman Judul
  • Halaman Pengesahan
  • Daftar Distribusi
  • Daftar amandemen / Status Revisi
  • Daftar Isi
  • Profil Laboratorium
  • Kebijakan, sasaran, serta komitmen manajemen
  • Ruang lingkup penerapan sistem manajemen
  • Acuan
  • Devinisi dan istilah
  • Penjabaran Organisasi, Tanggung Jawab dan wewenang
  • Penjabaran elemen-elemen sistem manajemen yang mengacu pada ISO / IEC 17025 : 2017
  • Lampiran dan daftar prosedur pelaksanaan

Tingkat II : Prosedur Pelaksanaan

Banyak yang mengenalnya sebagai SOP (Standar Operating Procedure). Dokumen ini merupakan pelengkap dari panduan mutu dimana tujuannya adalah memberikan penjelasan untuk kegiatan yang berbeda-beda yang dilaksanakan dalam laboratorium sehingga sistem manajemen berjalan efektif, dapat diterapkan, serta dipelihara oleh masing-masing fungsi / bagian yang ada.

Prosedur pelaksanaan atau SOP ini adalah suatu rangkaian atau tahapan dalam suatu kegiatan tertentu yang bertujuan untuk memberi petunjuk bagi personel dalam malaksanakan suatu kegiatan / proses.

Secara umum prosedur pelaksanaan ini menjabarkan :

  • Apa yang harus dilaksanakan
  • Siapa yang melaksanakan
  • Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan
  • Mengapa harus dilaksanakan
  • Kapan dilaksanakan
  • Tanggung jawab dan wewenang, dan hubungan kerja antara personel yang mengatur, melaksanakan, dan menverifikasi
  • Dokumentasi yang terkait serta rekaman mutu dan atau rekaman teknis yang harus dipelihara
  • Bagaimana kegiatan yang berbeda harus dilakukan

Contoh prosedur di dalam laboratorium kalibrasi yang menerapkan standar ISO 17025 : 2017 adalah :

  • Prosedur pengendalian dokumen
  • Prosedur internal audit
  • Prosedur manajemen review
  • Prosedur Ketidakpastian pengukuran
  • Prosedur verifikasi metode kalibrasi
  • dll

Cara membuat SOP / Prosedur pelaksanaan :

a. Tujuan
Memberikan gambaran / informasi serta alasan dibuatnya prosedur terkait

b. Ruang Lingkup
Menyebutkan penerapan, kegunaan, dan pada bagian mana prosedur pelaksanaan akan diimplmentasikan

c. Acuan / Referensi
Menyebutkan daftar referensi yang digunakan dalam pembuatan SOP

d. Definisi
Daftar istilah dan mendefinisikan kata-kata penting dalam SOP

e. Tanggung Jawab
Menyebutkan jabatan dan posisi di dalam perusahaan yang bertanggung jawab melakasanakan prosedur

f. Tahapan
Menyebutkan langkah demi langkah secara detil mengenai siapa, apa, kapan, dan dimana SOP tersebut dilaksanakan

g. Rekaman
Menjabarkan segala kegiatan yang harus direkam berkaitan dengan penerapan prosedur pelaksanaan yang bersangkutan termasuk waktu simpan rekaman serta personel yang bertanggung jawab memusnahkan

h. Lampiran
Menjabarkan sistem pemeliharaan prosedur pelaksanaan yang disimpan serta contoh formulir pendukungnya.

Tingkat III : Instruksi Kerja

Instruksi kerja atau terkadang di beberapa perusahaan disebut sebagai work instruction (WI) sifatnya lebih kearah menguraikan kegiatan operasional laboratorium dari salah satu prosedur yang bersifat teknis atau petunjuk detil dan rinci tentang bagaiman suatu prosedur di dokumen tingkat II diatas dilaksanakan.

Sehingga fungsi instruksi kerja itu sendiri adalah sebagai pelengkap prosedur serta dapat membantu dalam hal pengendaliannya. Bentuk instruksi kerja bisa bermacam-macam antara lain : diagram alir, gambar, atau uraian tentang suatu kegiatan.

Di dalam laboratorium kalibrasi, instruksi kerja itu bisa dibuat oleh pelaksana yang setiap hari melaksanakan kegiatan operasional yang bersangkutan, namun tetap memerlukan bimbingan dari penyelia / atasan langsungnya.

Penulisan Instruksi kerja yang baik adalah :
a. Tulis secara tahapan demi tahapan
b. Jelasakan secara rinci setiap tahapan tersebut serta dokumen pendukung / dokumen terkait yang diperlukan
c. Lakukan uji coba sebelum diterapkan / disahkan.

Contoh Instruksi kerja yang paling mudah adalah instruksi kerja pemakaian alat standar kalibrator.

Tingkat IV : Form

Dalam menjalankan aktifitas di dalam laboratorium baiknya dicatat dan didokumentasikan pada form-form yang telah ditetapkan oleh laboratorium.

Fungsi form ini adalah untuk mengurangi kesenjangan informasi serta ketertelusuran dari kegiatan perusahaan sehingga jika di kemudian hari diperlukan maka form tersebut bisa di buka kembali.

Form yang telah diisi oleh personel laboratorium menjadi rekaman / bukti bahwa kegiatan operasional telah dilakukan dan sistem manajemen mutu telah berhasil diterapkan secara efektif.

Contoh form di dalam laboraratorium kalibrasi antara lain sebagai berikut :

  • Form Struktur organisasi
  • Form Hasil meeting manajemen
  • Form penawaran harga
  • Form Serah terima alat
  • Form Surat Jalan
  • Form keluhan pelanggan
  • Form data pengamatan kalibrasi
  • Form Audit internal
  • Form verifikasi metode kalibrasi
  • Form Purchase Order
  • Form Daftar alat standar
  • FOrm Kaji ulang manajemen
  • dll

Demikian Penjelasan Hirarki Dokumen di dalam sistem manajemen & semoga bermanfaat. Untuk mengetahui bagaimana cara menulis Panduan mutu, Prosedur Pelaksanaan, Instruksi Kerja sesuai dengan Kaidah Good documentation Practice maka bisa dilihat di artikel berikut :

https://www.sentrakalibrasiindustri.com/cara-penulisan-dokumen-sesuai-dengan-kaidah-good-documentation-practice/

Oiya, bagi teman-teman yang membutuhkan pembimbing untuk proeses akreditasi ISO 17025 bisa langsung mengunjungi link berikut.

Referensi :

Buku pemahaman dan penerapan ISO / IEC 17025 : 2005 persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi karangan bapak anwar hadi

Pengertian Instruksi Kerja dan Formulir dalam Sistem Manajemen Mutu

Pengertian Instruksi Kerja dan Formulir dalam Sistem Manajemen Mutu

Pemahaman akan pengertian instruksi kerja dan formulir dalam sistem manajemen mutu merupakan hal penting dalam memahami bagaimana sebuah organisasi dapat mencapai standar mutu yang tinggi dan menjalankan operasinya dengan efisiensi yang optimal.

Instruksi kerja dan formulir adalah dua unsur kunci dalam manajemen mutu yang membantu mengoordinasikan proses, mengarahkan karyawan, dan memastikan bahwa standar mutu dipatuhi.

Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam tentang apa itu instruksi kerja dan formulir dalam konteks sistem manajemen mutu, menguraikan peran masing-masing elemen tersebut, serta menyoroti bagaimana penggunaan yang tepat dari keduanya dapat membawa perubahan positif dalam upaya organisasi untuk mencapai kualitas yang lebih tinggi dalam produk atau layanan mereka.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang instruksi kerja dan formulir, perusahaan dapat merancang, menerapkan, dan memelihara sistem manajemen mutu yang efektif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mencapai keunggulan kompetitif.

Pengertian Instruksi Kerja atau Work Instruction (WI)

Pengertian Instruksi Kerja atau Work Instruction (WI)

A. Definisi Instruksi Kerja

Instruksi kerja adalah pedoman yang telah dibakukan di dalam suatu perusahaan dan digunakan oleh para pelaksana dalam melaksanakan suatu pekerjaan secara benar. Dalam sistem manajemen. baik itu sistem manajemen mutu ISO 9001 atau sistem manajemen laboratorium ISO 17025 yang umum diterapkan oleh laboratorium kalibrasi seperti sentra kalibrasi industri, instruksi kerja ini umumnya merupakan dokumen level III.

Instruksi kerja atau juga biasa disebut dengan work instruction (WI) ini menguraikan kegiatan operasioanal dari salah satu prosedur yang bersifat teknis. Dengan kata lain IK (Instruksi kerja) adalah suatu petunjuk yang rinci tentang bagaimana suatu proses atau prosedur dilaksanakan.

Dengan demikian tujuan instruksi kerja ini adalah pelengkap prosedur serta dapat membantu proses pengendalian.

Bentuk dari instruksi kerja bisa berupa uraian kalimat, bagan alir, ataupun gambar yang penting diuraikan secara jelas sehingga tidak bersifat multi tafsir bagi penggunanya.

Instruksi kerja itu sendiri bisa dibuat oleh pelaksana yang setiap hari melaksanakan kegiatan operasional yang bersangkutan, namun tetap memerlukan bimbingan atasan langsungnya.

Berikut ini cara menulis instruksi kerja yang baik :

  • Tulislah tahapan demi tahapan selangkah demi selangkah.
  • Penjelasan rinci setiap langkah beserta peralatan, dokumen penunjang dan lain sebagainya.
  • Sudah diuji coba sebelumnya dan tentunya sudah diterapkan.

B. Manfaat Instruksi Kerja dalam Proses Bisnis

Instruksi kerja memiliki sejumlah manfaat penting dalam konteks proses bisnis:

  • Konsistensi

Membantu memastikan bahwa tugas-tugas dijalankan dengan cara yang konsisten, sehingga mengurangi variasi dan kesalahan.

  • Pelatihan

Mempermudah pelatihan karyawan baru atau anggota tim yang memerlukan pemahaman tentang tugas tertentu.

  • Efisiensi

Mengurangi waktu yang diperlukan untuk memahami dan menyelesaikan tugas, sehingga meningkatkan efisiensi operasional.

  • Rujukan

Memberikan panduan referensi yang dapat digunakan kapan pun diperlukan, memastikan pekerja dapat melakukan tugas dengan benar bahkan tanpa bimbingan langsung.

  • Peningkatan Kualitas

Memungkinkan organisasi untuk menetapkan standar kualitas yang tinggi dan memastikan bahwa tugas-tugas memenuhi standar tersebut.

C. Contoh-contoh Situasi di Mana Instruksi Kerja Diperlukan

Instruksi kerja dapat diperlukan dalam berbagai situasi, seperti:

  • Proses Manufaktur

Instruksi kerja diperlukan dalam pembuatan produk untuk memastikan tahapan produksi berjalan dengan benar.

  • Layanan Pelanggan

Untuk memberikan pelayanan pelanggan yang konsisten, instruksi kerja membantu staf berinteraksi dengan pelanggan dengan efektif.

  • Keselamatan Kerja

Instruksi kerja digunakan untuk menjelaskan prosedur keselamatan, pemakaian alat pelindung diri, dan tindakan darurat.

  • Pemeliharaan Mesin

Instruksi kerja dibutuhkan untuk perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan mesin agar berfungsi dengan optimal.

  • Proses Administrasi

Dalam konteks administrasi, instruksi kerja dapat digunakan untuk mengatur tugas seperti pengelolaan inventaris, pengisian formulir, atau pengarsipan dokumen.

Dengan pemahaman yang baik tentang instruksi kerja, organisasi dapat memanfaatkan alat ini untuk mengoptimalkan proses bisnis mereka dan mencapai efisiensi yang lebih besar dalam operasional sehari-hari.

Form atau Formulir

Form atau Formulir

A. Definisi Formulir

Formulir adalah dokumen atau lembaran yang dirancang secara khusus untuk mengumpulkan data, informasi, atau tanggapan tertentu dari individu atau organisasi. Dalam sistem manajemen, formulir ini umumnya merupakan dokumen level IV sebagai bukti pelaksanaan dari suatu instruksi kerja.

Semua proses di dalam pelaksaan instruksi kerja yang tadi sudah dijelaskan harus dicatat / direkam sebagai salah satu persyaratan sistem manajamen mutu. Form untuk mencatat yang kita lakukan dalam instruksi kerja inilah yang disebut dengan formulir.

Tujuan formulir ini adalah untuk mengurangi kesenjangan informasi serta kemampuantelusuran suatu kegiatan. Informasi yang dapat diidentifikasi dengan baik dan benar dapat diealuasi untuk menjuju berbaikan berkesinambungan serta untuk meningkatkan efisiensi.

Formulir yang telah diisi menjadi rekaman sebagai bukti bahwa kegiatan operasional perusahaan telah dilakukan dan sistem manajemen mutu telah diterapkan secara efektif.

B. Peran Formulir dalam Pengumpulan Data dan Informasi

Formulir memiliki peran kunci dalam pengumpulan data dan informasi dalam proses bisnis. Peran tersebut mencakup:

  • Pengumpulan Data

Formulir digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam berbagai konteks, mulai dari informasi pelanggan, data proses produkis, data pengamatan kalibrasi alat, hingga laporan keuangan dan data inventaris.

  • Standarisasi

Formulir membantu memastikan bahwa data yang diperoleh dikumpulkan dalam format yang seragam, memudahkan analisis dan perbandingan.

  • Kemudahan Pengisian

Formulir sering dirancang agar mudah diisi, mengurangi kesalahan manusia dalam pengisian.

  • Identifikasi

Formulir biasanya mencakup informasi pengenal seperti nama, nomor referensi, atau tanda tangan yang membantu dalam identifikasi data yang dikumpulkan.

  • Rekam Jejak

Formulir menciptakan rekam jejak atau bukti tertulis yang dapat digunakan untuk keperluan audit, pemantauan, atau peraturan.

C. Jenis-jenis Formulir yang Umum Digunakan dalam Bisnis

Terdapat berbagai jenis formulir yang umum digunakan dalam konteks bisnis, termasuk:

  • Formulir verifikasi harian ph meter laboratorium
  • Formulir label kalibrasi alat
  • Formulir karantina produk jadi
  • Formulir bahan pemasok
  • Formulir verifikasi timbangan analitik
  • Formulir daftar pemasok yang disetujui
  • dll

Pemahaman yang baik tentang formulir membantu organisasi dalam mengembangkan, mendesain, dan mengimplementasikan formulir yang efisien untuk memenuhi kebutuhan pengumpulan data dan informasi dalam bisnis mereka.

Keterkaitan antara Instruksi Kerja dan Formulir

Keterkaitan antara Instruksi Kerja dan Formulir

A. Bagaimana Instruksi Kerja Digunakan dalam Pengisian Formulir

Instruksi kerja digunakan dalam pengisian formulir dengan menguraikan langkah-langkah yang harus diikuti oleh individu atau staf saat mengisi formulir tersebut.

Instruksi kerja ini mungkin mencakup informasi seperti tata cara pengisian, data yang harus dimasukkan, standar kualitas yang harus dipenuhi, dan waktu batas.

Dengan instruksi kerja yang jelas, pengisian formulir menjadi lebih konsisten dan kurang mungkin terjadi kesalahan.

Contohnya, dalam proses pengisian formulir data pengamatan kalibrasi, instruksi kerja dapat menjelaskan bagaimana data kalibrasi tersebut diambil termasuk kondisi lingkungan, identitas standar yang digunakan, dan apa yang harus dilakukan jika ada masalah.

B. Bagaimana Formulir Membantu Menjalankan Instruksi Kerja dengan Benar

Formulir membantu menjalankan instruksi kerja dengan benar dengan memberikan panduan visual yang lebih konkret bagi individu yang mengikuti instruksi.

Formulir seringkali dirancang sedemikian rupa sehingga menyertakan petunjuk, label, dan bidang yang harus diisi sesuai dengan instruksi kerja.

Ini membantu meminimalkan kesalahan manusia, karena staf dapat mengacu pada formulir saat melakukan tugas.

Formulir juga dapat memuat informasi seperti nomor referensi, kode produk, atau tanda tangan yang diperlukan dalam proses yang dijelaskan dalam instruksi kerja.

Manfaat Optimalisasi Proses Bisnis

Manfaat Optimalisasi Proses Bisnis

A. Peningkatan Efisiensi Operasional

Optimalisasi proses bisnis dengan menggunakan instruksi kerja dan formulir dapat menghasilkan peningkatan efisiensi operasional.

Dengan instruksi kerja yang jelas, karyawan dapat melaksanakan tugas dengan cara yang lebih terstruktur dan efisien.

Hal ini mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghilangkan potensi gangguan atau tindakan yang tidak perlu.

Dengan formulir yang efisien, pengumpulan data dan informasi menjadi lebih cepat dan tepat. Ini semua berkontribusi pada efisiensi yang lebih besar dalam operasi sehari-hari.

B. Pengurangan Kesalahan Manusia

Instruksi kerja membantu mengurangi kesalahan manusia dalam menjalankan tugas. Dengan instruksi yang menguraikan langkah-langkah yang harus diikuti dengan jelas, karyawan memiliki panduan yang tepat untuk menjalankan tugas mereka.

Ini mengurangi peluang kesalahan, seperti kelalaian atau tindakan yang tidak sesuai. Formulir juga membantu dengan pengurangan kesalahan dalam pengumpulan data, karena mereka seringkali memiliki petunjuk yang jelas tentang apa yang harus diisi, di mana, dan bagaimana. Dengan penggunaan instruksi kerja dan formulir, risiko kesalahan manusia dapat diminimalkan.

C. Peningkatan Kualitas Data dan Informasi

Optimalisasi proses bisnis dengan instruksi kerja dan formulir dapat meningkatkan kualitas data dan informasi yang dikumpulkan. Instruksi kerja memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan, sehingga data yang dihasilkan lebih konsisten dan andal. Formulir membantu dalam pengumpulan data yang struktural dan lengkap, sehingga data yang diperoleh lebih berkualitas.

Dengan data yang lebih baik, organisasi dapat membuat keputusan yang lebih tepat, merespons pelanggan dengan lebih baik, dan memenuhi persyaratan peraturan dengan lebih efektif.

Peningkatan efisiensi operasional, pengurangan kesalahan manusia, dan peningkatan kualitas data dan informasi adalah manfaat yang sangat penting dari optimalisasi proses bisnis. Mereka dapat membantu organisasi mencapai keunggulan kompetitif dan mencapai tujuan bisnis dengan lebih baik.

Langkah-langkah Optimalisasi Proses Bisnis dengan Instruksi Kerja dan Formulir

Langkah-langkah Optimalisasi Proses Bisnis dengan Instruksi Kerja dan Formulir

A. Identifikasi Area yang Perlu Dioptimalkan

Langkah pertama dalam optimalisasi proses bisnis adalah mengidentifikasi area atau proses mana yang perlu dioptimalkan.

Ini dapat melibatkan analisis yang cermat terhadap proses-proses bisnis yang ada, mengidentifikasi titik-titik lemah atau penyebab ketidakefisienan, serta mendengarkan umpan balik dari karyawan atau pelanggan.

Dengan pemahaman yang kuat tentang area yang perlu dioptimalkan, Anda dapat melangkah ke langkah-langkah berikutnya untuk memperbaikinya.

B. Pembuatan Instruksi Kerja yang Tepat

Setelah area yang perlu dioptimalkan diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah membuat instruksi kerja yang tepat untuk proses tersebut.

Instruksi kerja harus mencakup langkah-langkah yang jelas, tugas yang harus dilakukan, dan panduan yang mudah dipahami bagi karyawan yang menjalankannya.

Instruksi kerja juga harus memasukkan standar kualitas yang diharapkan dan informasi terkait lainnya yang relevan untuk proses tersebut.

C. Desain Formulir yang Sesuai

Ketika instruksi kerja telah dibuat, selanjutnya adalah mendesain formulir yang sesuai untuk mendukung pelaksanaan instruksi kerja tersebut.

Formulir harus dirancang dengan teliti untuk memastikan bahwa data yang diperlukan dapat dikumpulkan dengan mudah, efisien, dan akurat.

Ini melibatkan pengaturan bidang yang harus diisi, petunjuk, label, dan elemen desain lainnya yang membantu pengguna mengisi formulir dengan benar.

D. Pelatihan Karyawan dalam Penggunaan Instruksi Kerja dan Formulir

Instruksi kerja dan formulir baru harus diperkenalkan kepada karyawan yang akan menggunakannya. Pelatihan diperlukan untuk memastikan bahwa karyawan memahami instruksi kerja dan tahu bagaimana menggunakan formulir dengan benar.

Pelatihan ini juga dapat mencakup latihan praktik dan sesi tanya jawab untuk memastikan bahwa karyawan merasa percaya diri dalam menjalankan tugas dengan metode yang diperbarui.

E. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

Proses optimalisasi tidak berakhir dengan penerapan instruksi kerja dan formulir. Monitoring dan evaluasi terus-menerus diperlukan untuk memastikan bahwa proses yang ditingkatkan berjalan dengan baik.

Ini melibatkan pemantauan kinerja, penerimaan umpan balik dari karyawan dan pelanggan, dan melakukan perbaikan jika ditemukan masalah atau peluang perbaikan lebih lanjut.

Monitoring dan evaluasi terus-menerus memastikan bahwa proses bisnis tetap optimal dan beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi.

Dengan mengikuti langkah-langkah diatas, organisasi dapat mengoptimalkan proses bisnis mereka dengan instruksi kerja dan formulir, mencapai efisiensi yang lebih besar, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan kualitas layanan mereka.

Contoh Implementasi

Contoh Implementasi WI

A. Contoh Implementasi Instruksi Kerja dan Formulir dalam Suatu Perusahaan

PT XYZ adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen otomotif. Mereka mengidentifikasi bahwa proses produksi mereka mengalami beberapa masalah, termasuk kesalahan dalam pengukuran komponen yang mengakibatkan penurunan kualitas produk dan peningkatan biaya perbaikan.

Untuk mengatasi masalah ini, mereka memutuskan untuk mengimplementasikan instruksi kerja dan formulir.

  • Identifikasi Area yang Perlu Dioptimalkan

PT XYZ mengidentifikasi bahwa area yang perlu dioptimalkan adalah pengukuran komponen selama proses produksi dimana pengukuran dengan menggunakan jangka sorong.

  • Pembuatan Instruksi Kerja yang Tepat

Mereka mengembangkan instruksi kerja yang jelas dan terinci tentang bagaimana mengukur komponen dengan benar, mengkalibrasi alat pengukur, dan mencatat hasil pengukuran.

  • Desain Formulir yang Sesuai

PT XYZ merancang formulir pengukuran yang mencakup kolom-kolom untuk mencatat hasil pengukuran, tanggal, nomor seri komponen, dan tanda tangan pemeriksa. Formulir juga berisi petunjuk pengukuran yang sesuai dengan instruksi kerja.

  • Pelatihan Karyawan dalam Penggunaan Instruksi Kerja dan Formulir

Semua staf produksi menerima pelatihan tentang cara menggunakan instruksi kerja dan formulir dengan benar. Mereka diberikan contoh pengukuran dan diminta untuk mempraktikkan pengisian formulir.

B. Hasil dari Optimalisasi Proses Bisnis

Setelah mengimplementasikan instruksi kerja dan formulir, PT XYZ melihat beberapa hasil positif:

  • Peningkatan Kualitas Produk

Kesalahan pengukuran yang sering terjadi sebelumnya telah berkurang drastis. Sebagai hasilnya, kualitas produk yang dihasilkan telah meningkat secara signifikan, dan perusahaan melaporkan berkurangnya keluhan pelanggan.

  • Pengurangan Biaya Perbaikan

Karena kualitas produk yang lebih baik, biaya perbaikan dan penggantian komponen yang cacat telah berkurang secara signifikan.

  • Efisiensi Produksi

Penggunaan instruksi kerja dan formulir telah membantu dalam mengatur proses produksi dengan lebih baik dan membuatnya lebih efisien. Selain itu, pengukuran yang lebih akurat telah mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

  • Peningkatan Kepuasan Karyawan

Karyawan merasa lebih percaya diri dalam menjalankan tugas mereka karena instruksi kerja memberikan panduan yang jelas. Mereka juga merasa bahwa perusahaan mendukung upaya mereka untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

Contoh implementasi diatas menunjukkan bagaimana implementasi instruksi kerja dan formulir dapat menghasilkan hasil positif dalam optimalisasi proses bisnis. Perusahaan dapat mencapai peningkatan kualitas produk, pengurangan biaya, dan efisiensi produksi, sambil meningkatkan kepuasan karyawan.

Ringkasan

WI dan form

Dalam dunia bisnis yang kompetitif saat ini, optimalisasi proses bisnis merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan. Pemahaman akan pengertian instruksi kerja dan form serta penggunaannya yang tepat dan efisien telah terbukti memberikan manfaat besar bagi organisasi.

Dengan mengintegrasikan instruksi kerja yang jelas dan formulir yang baik dalam rutinitas sehari-hari, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi kesalahan manusia, dan meningkatkan kualitas data yang dikumpulkan.

Pengalaman beberapa perusahaan menunjukkan bahwa investasi dalam penyusunan instruksi kerja dan formulir adalah investasi yang berharga. Oleh karena itu, mari terus memanfaatkan alat ini untuk mengoptimalkan proses bisnis kita, mencapai efisiensi yang lebih besar, dan meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan.

Dengan demikian, kita dapat bersaing dengan lebih baik dan tumbuh dalam dunia bisnis yang terus berubah.

Cara Penulisan Dokumen Sesuai Dengan Kaidah Good Documentation Practice

Saya ingat betul, beberapa tahun lalu ketika saya pertama kali terjun ke dunia industri, satu hal yang selalu ditekankan oleh senior dan atasan saya adalah pentingnya dokumentasi.

Awalnya, saya menganggap ini hanyalah tugas administratif yang membosankan. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa dokumentasi bukan hanya sekadar menumpuk kertas atau menyimpan file digital. Ini adalah tentang ‘Good Documentation Practice’ atau GDP, sebuah konsep yang ternyata memiliki dampak signifikan pada hampir setiap aspek operasional industri.

Mengapa topik ini relevan?

Bayangkan Anda adalah seorang manajer di sebuah perusahaan manufaktur dan harus mengaudit proses produksi yang melibatkan ratusan pekerja dan berbagai macam mesin. Tanpa adanya dokumentasi yang baik, Anda akan mudah tersesat dalam labirin data dan informasi yang membingungkan.

Atau bayangkan Anda adalah seorang auditor keuangan yang harus memverifikasi transaksi perusahaan—tugas ini akan menjadi mimpi buruk tanpa dokumentasi yang tepat dan konsisten.

Tujuan dari artikel ini adalah untuk membuka mata kita—baik sebagai individu atau sebagai bagian dari sebuah organisasi—tentang apa itu Good Documentation Practice, mengapa itu penting, dan bagaimana menerapkannya dalam berbagai industri.

Kami akan membahas dari definisi dasar, manfaat, hingga tantangan yang seringkali dihadapi. Jadi, mari kita telusuri lebih dalam mengenai hal ini dan temukan kenapa Good Documentation Practice seharusnya menjadi prioritas dalam praktik industri Anda!

Apa Itu Good Documentation Practice?

Apa Itu Good Documentation Practice

Menginjakkan kaki lebih dalam ke dunia profesional beberapa tahun yang lalu, saya masih ingat bagaimana saya merasa kebingungan dengan banyaknya istilah dan jargon yang digunakan. Salah satunya adalah ‘Good Documentation Practice’ atau yang lebih sering disingkat sebagai GDP.

Saat itu, saya berpikir, “Apa sih yang membuat praktik dokumentasi ini dianggap ‘baik’ atau ‘good’?” Jika Anda pernah berada di posisi yang sama, inilah saatnya kita membongkar misteri ini bersama.

Secara formal, Good Documentation Practice adalah sebuah standar atau serangkaian pedoman yang dirancang untuk menghasilkan, mendokumentasikan, menyimpan, dan mengelola informasi atau data yang dapat divalidasi dan diandalkan selama siklus hidup suatu produk atau proses. Ini bukan sekadar tentang mencatat atau memfotokopi dokumen, tapi lebih kepada bagaimana membuat seluruh proses dokumentasi menjadi konsisten, mudah dilacak, dan akuntabel.

Komponen-komponen utama dalam GDP meliputi:

  • Pembuatan Dokumen

Bagaimana dokumen dibuat, termasuk alat yang digunakan dan format yang diikuti.

  • Review dan Verifikasi

Setiap dokumen yang dihasilkan harus ditinjau dan diverifikasi oleh pihak yang berwenang.

  • Penyimpanan dan Pengarsipan

Penyimpanan dokumen harus dilakukan dengan cara yang memastikan keamanan dan integritas data.

  • Pelacakan dan Pembaruan

Setiap perubahan pada dokumen harus dilacak dan diperbarui sesuai dengan protokol yang telah ditetapkan.

  • Penghapusan atau Pemusnahan

Dokumen yang sudah tidak relevan atau kedaluwarsa harus dihapus atau dimusnahkan dengan prosedur yang benar.

Berbagai komponen ini mungkin terdengar rumit, tetapi percayalah, setelah Anda terjun langsung dan mendapati betapa pentingnya GDP dalam menjaga keandalan dan keefisienan suatu perusahaan atau organisasi, Anda akan merasakan betapa berharganya setiap detik dan usaha yang Anda investasikan untuk memahami dan menerapkannya.

Mengapa Good Documentation Practice Penting?

manfaat penerapan glp

Ada seorang teman berbagi pengalaman dimana dia terlibat dalam sebuah proyek yang begitu kompleks hingga membuat timnya hampir kehilangan arah.

Bukan karena kami mereka tidak kompeten, tetapi lebih karena kegagalan dalam mendokumentasikan setiap proses dan keputusan dengan tepat. Inilah yang membuka mata saya betapa pentingnya Good Documentation Practice dalam setiap aspek kehidupan profesional.

Meminimalkan Risiko Kesalahan dan Malpraktek

Salah satu manfaat paling signifikan dari penerapan GDP adalah minimnya risiko kesalahan dan malpraktek.

Di dunia yang penuh dengan data dan informasi, satu kesalahan kecil bisa berujung pada kerugian besar. Saya pernah melihat sebuah perusahaan hampir bangkrut hanya karena kesalahan kecil dalam dokumentasi keuangan.

Dengan prinsip GDP, setiap informasi dicatat, diverifikasi, dan diarsipkan dengan prosedur yang ketat, sehingga meminimalisir risiko dari kesalahan manusia atau manipulasi data.

Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas

Selain itu, GDP juga berdampak langsung pada efisiensi dan produktivitas. Ingat kembali pengalaman teman saya di proyek sebelumnya; mereka menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengklarifikasi dan memverifikasi data yang seharusnya mudah diakses jika dokumentasinya dikelola dengan baik. Efisiensi ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga sumber daya dan tenaga, yang pada akhirnya berujung pada produktivitas yang lebih tinggi.

Mempermudah Audit dan Kepatuhan terhadap Regulasi

Jika Anda pernah terlibat dalam proses audit—baik internal maupun eksternal—Anda pasti mengerti betapa membingungkannya menghadapi tumpukan dokumen dan data. GDP memudahkan proses ini dengan menyediakan struktur dan standar yang jelas, sehingga mempermudah pihak auditor dalam melakukan tugasnya. Ini juga memastikan bahwa perusahaan Anda selalu berada dalam jalur kepatuhan terhadap regulasi industri dan hukum yang berlaku.

Di dunia yang semakin kompleks ini, GDP bukan lagi sekadar pilihan, tetapi sebuah kebutuhan yang fundamental.

Manfaat Good Documentation Practice dalam Berbagai Industri

Good Documentation Practice adalah

Dari berbagai tulisan dan reportase yang pernah saya kerjakan, seringkali saya menemui beragam industri dengan kebutuhan dokumentasi yang berbeda. Namun, satu kesamaan yang selalu ada adalah urgensi untuk menerapkan Good Documentation Practice (GDP).

Di beberapa sektor, penerapan GDP bukan hanya soal efisiensi, tetapi bisa menjadi soal hidup dan mati—serius, tanpa lebay! Mari kita bahas satu per satu.

Industri Manufaktur

Dalam industri manufaktur, tentunya kita sangat bergantung pada dokumentasi untuk memastikan kualitas produk. Mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga distribusi, semuanya dicatat rinci. Dengan GDP, mereka bisa meminimalisir cacat produk dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Industri Teknologi Informasi

Di era digital ini, siapa yang bisa lepas dari teknologi informasi? Saya sendiri seringkali harus berurusan dengan software dan database dalam pekerjaan saya. Di industri ini, GDP membantu dalam pengembangan software, manajemen database, dan bahkan keamanan siber. Dokumentasi yang baik membuat lebih mudah untuk melacak bug, melakukan update, dan menjaga integritas data.

Industri Pangan

Jika Anda pernah bertanya-tanya bagaimana sebuah produk makanan bisa memiliki masa kadaluarsa yang tepat, itulah salah satu hasil dari penerapan GDP. Di industri pangan, dokumentasi yang baik membantu dalam pelacakan bahan, proses produksi, dan distribusi, yang pada akhirnya memastikan keamanan dan kualitas produk.

Good Documentation Practice telah menjadi tulang punggung operasional perusahaan. Ini bukan lagi sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk memastikan kredibilitas dan keberlanjutan usaha.

Tantangan dalam Menerapkan Good Documentation Practice

Tantangan dalam Menerapkan Good Documentation Practice

Ketika saya pertama kali diperkenalkan dengan konsep Good Documentation Practice (GDP), saya langsung jatuh cinta dengan ide tersebut.

Tapi percayalah, menerapkannya dalam praktek nyata ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa ada beberapa hambatan nyata yang seringkali membuat perusahaan enggan atau kesulitan dalam mengimplementasikan GDP. Berikut ini beberapa di antaranya:

Biaya Implementasi

Mengimplementasikan GDP memang membutuhkan investasi, baik itu berupa perangkat keras, perangkat lunak, maupun sumber daya manusia untuk mengelolanya. Tak jarang, biaya ini menjadi alasan utama perusahaan ragu-ragu untuk memulai.

Namun, percayalah, ini adalah investasi jangka panjang. Kesalahan dalam dokumentasi bisa berakibat jauh lebih mahal dibandingkan biaya awal implementasi.

Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan

Salah satu kendala terbesar adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya GDP. Ini bukan sesuatu yang bisa diakomodasi dengan seminar satu hari atau modul pelatihan singkat.

Butuh komitmen untuk melibatkan seluruh anggota tim dalam pelatihan yang komprehensif. Saya pernah berbicara dengan seorang manajer yang mengaku perlu waktu berbulan-bulan untuk benar-benar memahamkan timnya tentang GDP.

Resistensi Kultural di Tempat Kerja

Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan, “Kami sudah melakukan ini selama bertahun-tahun dan tidak ada masalah.” Tipe resistensi kultural ini cukup umum dan bisa sangat sulit diatasi.

Tetapi sebagai seseorang yang telah melihat dampak positif dari penerapan GDP, saya bisa katakan bahwa perubahan memang perlu dan penting. Mengubah budaya perusahaan memang tidak mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat, itu bisa dilakukan.

Walaupun terlihat menakutkan, tantangan diatas bisa diatasi dengan komitmen dan strategi yang tepat. Jadi, jika Anda masih ragu untuk memulai, ingatlah bahwa setiap perjalanan dimulai dengan langkah pertama.

Solusi dan Best Practices

implementasi glp

Bagaimana caranya perusahaan-perusahaan menangani tantangan dalam menerapkan Good Documentation Practice (GDP)? Hasilnya cukup mengejutkan; ternyata banyak solusi praktis yang bisa diterapkan. Berikut adalah beberapa best practices yang bisa menjadi panduan Anda.

Pelatihan dan Edukasi Karyawan

Tidak ada yang lebih efektif daripada mempersenjatai tim Anda dengan pengetahuan dan keahlian yang tepat. Saya ingat berbicara dengan seorang direktur operasional yang menuturkan betapa pentingnya pelatihan berkelanjutan dalam memastikan semua anggota tim paham dan mampu menerapkan GDP. Pelatihan ini bisa dalam bentuk seminar, workshop, atau bahkan kursus online yang bisa diakses oleh semua orang di perusahaan.

Menggunakan Perangkat Lunak Manajemen Dokumen

Dalam era digital ini, masih sangat mengejutkan melihat beberapa perusahaan yang masih mengandalkan sistem manual dalam mengelola dokumen.

Beberapa kali ketika saya mendapatkan tugas ketika audit supplier, beberapa perusahaan pernah mengalami kesulitan mengakses data yang diperlukan karena masih menggunakan metode konvensional ini.

Dengan perangkat lunak manajemen dokumen, Anda tidak hanya mempermudah akses, tapi juga menambah lapisan keamanan dan kepatuhan terhadap standar industri.

Konsultasi dengan Pakar dan Auditor

Jika Anda merasa kewalahan, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Ada banyak konsultan dan auditor yang memiliki keahlian khusus dalam bidang ini.

Saya pernah berdiskusi dengan seorang auditor yang membagikan berbagai cerita sukses dari klien-kliennya, hanya karena mereka memilih untuk berinvestasi dalam konsultasi profesional.

Selain itu, auditor juga bisa membantu Anda mempersiapkan perusahaan untuk proses audit yang lebih besar, baik itu dari pihak internal maupun eksternal.

Sebagai seseorang yang terus berusaha mengikuti perkembangan dalam dunia dokumentasi dan manajemen informasi, saya tahu betapa tantangannya bisa terasa mengintimidasi. Namun, dengan solusi dan best practices di atas, saya yakin kita semua bisa membuat perubahan positif dalam cara kita mengelola dokumen dan data. 

Tips Penulisan Dokumen Sesuai Kaidah GDP

cara-penulisan-dokumen-sesuai-gdp

Berbicara mengenai sistem manajemen baik itu sistem manajemen mutu ISO 9001, 14001, 17025, dll tentunya tidak dapat dilepaskan dari dokumentasi. Namun terkadang kita masih belum memahami bagaimana cara penulisan dokumen yang baik dan sesuai dengan standar Good Documentation Practice. Jika teman-teman sedang mencari literature tersebut, berikut ini adalah caranya :

  • Jenis huruf yang biasa digunakan dalam pembuatan dokumen adalah times new roman / arial dengan ukuran font antara 11 – 14
  • Sebaiknya dalam satu paragraf mencerminkan satu pokok pikiran, hindari penulisa paragraf yang menggunakan kalimat panjang. Disarankan setiap kalimat berisi 15 – 20 kata.
  • Setiap paragraf harus diberi identifikasi atau penomoran yang jelas dan menggunakan jarak antar paragraf.
  • Penggunaan tanda baca seperti >, *, – , #, dan lain sebagiainya harus dihindari untuk memudahkan penelusuran bila terjadi perubahan.
  • Gunakan nama jabatan dalam struktur organisasi dan pencantuman nama orang harus dihindari karena personel dapat pindah kerja, pindah unit, diberhentikan ataupun pensiun.
  • Setiap halaman termasuk lampiran, diagram tabel dan format harsu mempunyai kode atau identifikasi khusus. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko tidak terdeteksinya halaman dokumentasi sistem manajemen mutu. Selain itu identifikasi tersebut berguna untuk kemampuantelusuran dokumen sehingga dapat diketahui apakah dokuemn tersebut sudah kadaluwarsa atau merupakan revisi terbaru.
  • Bagian atau halaman yang sering mengalami revisi atau amandemen sebaiknya diletakkan sebagai lampiran untuk memudahkan penggantian bila jadi perubahan.
  • Harus memiliki prosedur pengendalian dokumentasi sistem manajemen mutu yang menjelaskan penganggung jawab, prosedur perubahan, penerbitan kembali, penggantian dokumen dan lain lain.

Catatan :

Seluruh dokumen sistem manajemen mutu baik dokumen tingkat 1. 2, 3, dan 4 harus didistribusikan kepada personel yang tepat untuk dapat dimegerti dan dipahami serta diterapkan dalam segala aspek kegiatan operasional perusahaan.

Oleh karena itu, harus ada ketentuan penggandaan dokumentasi sistem manajemen mutu termasuk yang digunakan secara internal agar dokumentasi sistem manajemen mutu tersebut terkendali dan dapat digunakan secara berhasil dan berdaya guna.

Seluruh dokumen resmi hasil penggandaan yang digunakan dan berlaku untuk penerapan sistem manajemen mutu harus diberi cap atau stempel bertuliskan “TERKENDALI” yang berarti dokumen ini dibuat, disahkan, diterapkan, dan dikendalikan kemutakhirannya oleh perusahaan. Jika terjadi perubahan dokumen tersebut, maka admin document control harus menarik bagian yang dirubah.

Adapun dokumen lain yang dapat digunakan oleh personel perusahaan atau pihak eksternal yang sifatnya sebagai informasi harus diberi cap “TIDAK TERKENDALI”.

Case Study

contoh kasus kegunaan menerapkan glp

Ah, bagian yang paling saya tunggu-tunggu: Studi kasus! Saya akan menceritakan kisah nyata selalu memberikan inspirasi dan juga validasi untuk apa yang telah kita bahas.

Untuk artikel ini, saya memilih sebuah perusahaan farmasi besar yang telah sukses besar dalam menerapkan Good Documentation Practice (GDP).

Perusahaan ini menghadapi berbagai tantangan mulai dari manajemen data, persetujuan produk, hingga kepatuhan terhadap standar internasional. Namun, dengan komitmen tinggi, mereka menerapkan beberapa strategi yang telah kita bahas sebelumnya.

Mereka menginvestasikan dalam pelatihan karyawan, menggunakan perangkat lunak manajemen dokumen canggih, dan bahkan mengundang auditor eksternal untuk mengevaluasi keefektifan sistem mereka.

Hasilnya?

Luar biasa. Mereka tidak hanya meminimalkan risiko kesalahan tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi sebesar 20%. Dan jika itu belum cukup mengesankan, mereka juga berhasil melewati serangkaian audit ketat tanpa satu pun temuan.

Ini membuktikan bahwa investasi dalam GDP adalah keputusan yang sangat menguntungkan, baik dari sisi keuangan maupun reputasi.

Jadi, jika Anda masih merasa skeptis atau ragu-ragu tentang pentingnya Good Documentation Practice, biarkan kisah sukses ini menjadi bukti nyata.

Point Penting

sistem dokumentasi yang baik

Setelah menelusuri lika-liku Good Documentation Practice (GDP), dari definisi, manfaat, hingga tantangan dan solusinya, saya harap Anda merasa lebih berwawasan. Saya sendiri merasa terkesan dengan betapa pentingnya GDP, sebuah konsep yang awalnya mungkin terdengar membosankan tetapi ternyata memiliki dampak luar biasa di banyak sektor industri.

Ringkasan Poin-Poin Utama

Untuk merangkum, ingatlah bahwa penerapan GDP tidak hanya meminimalkan risiko kesalahan tetapi juga memberikan efisiensi dan produktivitas yang signifikan. Penerapan teknologi dan perangkat lunak modern, serta pendekatan terhadap pelatihan dan edukasi karyawan adalah kunci keberhasilan implementasinya.

Rekomendasi untuk Perusahaan atau Individu

Jika Anda adalah perusahaan atau individu yang sedang mempertimbangkan untuk menerapkan Good Documentation Practice (GDP), jangan ragu. Ya, akan ada tantangan, tetapi dengan strategi dan sumber daya yang tepat, Anda akan menemukan bahwa manfaatnya jauh lebih besar. Konsultasi dengan pakar, investasikan dalam pelatihan, dan jika perlu, cari solusi perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

Good Documentation Practice sangat direkomendasikan bagi perusahaan yang menerapkan sistem manajemen baik itu sistem manajemen mutu ISO 9001, sistem manajemen lingkungan ISO 14001, sistem manajemen laboratorium ISO 17025 yang digunakan oleh laboratorium kalibrasi seperti sentra kalibrasi industri, dan sistem manajemen lainnya.

Ajakan untuk Lebih Memprioritaskan GDP

Akhirnya, saya ingin mengajak semua pihak, baik itu perusahaan maupun individu, untuk lebih memprioritaskan Good Documentation Practice dalam operasional sehari-hari. Jangan melihatnya sebagai beban administratif, tetapi sebagai investasi untuk masa depan yang lebih cerah dan lebih aman.

Sebagai seseorang yang telah lama bekerja di industri dan melihat efek langsung dari penerapan GDP (Good Documentation Practice), saya percaya bahwa ini adalah langkah ke depan yang kita semua butuhkan.