Akurasi merupakan hal penting terkait dengan verifikasi atau validasi metode dimana parameter ini merupakan salah satu kinerja uji yang harus dilakukan pada aktivitas tersebut. Namun apa sebenarnya pengertian akurasi ini dan bagaimana cara melakukan uji kinerja akurasi ini?
Yuk kita simak dalam artikel berikut..
Singkatan dalam artikel :
- CRM : Certificate Reference Material
- SRM : Standard Reference Material
Daftar Isi
Pengertian Akurasi dalam Pengujian Kimia
Akurasi didefinisikan sebagai kesesuaian antara rata-rata hasil uji dengan nilai benar analit / nilai acuan analit yang dapat diterima. Dimana nilai benar analit tersebut dapat diperoleh dari Certificate Reference Material (CRM) atau Standar Reference Material (SRM).
Nilai benar analit mempunyai perbedaan dengan nilai acuan analit yang dapat diterima, dimana nilai benar analit menyatakan nilai sebenarnya dari analit dalam CRM, sedangkan nilai acuan analit yang dapat diterima belum tentu merupakan nilai benar.
Misalnya :
Nilai konsensus dari suatu hasil uji profisiensi. Dalam hal ini yang digunakan untuk menetapkan akurasi adalah sisa sampel uji profisiensi yang dibeli kembali oleh providernya. Dimana biasanya provider uji profisiensi tersebut menetapkan nilai contoh uji profisiensi tersebut melalui antara lain nilai konsensus dari laboratorium peserta uji profisiensi yang bisa saja nilai tersebut bias, karena kebanyakan laboratorium peserta uji profisiensi memberikan nilai yang bias.
Sehingga seperti yang diuraikan diatas, nilai acuan analit yang dapat diterima belum tentu merupakan nilai benar atau bisa berupa nilai benar, bisa juga tidak. Akan tetapi dalam hal menetapkan akurasi penggunaan nilai acuan analit yang dapat diterima, hal tersebut diperbolehkah.
Akurasi menunjukkan kedekatan hasil uji terhadap nilai sebenarnya analit dalam contoh. Hal ini berbeda dengan presisi yang hanya menunjukkan kesesuaian antara beberapa hasil uji yang diperoleh dengan cara yang sama. Akurasi menggambarkan kesalahan sistematik atau bias.
Baca Juga : Perbedaan Kesalahan Sistematis dan Kesalahan Acak
Bagaimana Cara Menentukan Akurasi?
Ada beberapa cara untuk menentukan akurasi, yaitu :
- Menggunakan CRM bahan acuan tersertifikasi.
CRM memiliki nilai tersertifikasi yang tertelusur ke standar internasional (SI) dan dapat dijadikan sebagai nilai acuan untuk nilai yang sebenarnya. Syarat CRM yang digunakan harus memiliki komposisi matriks yang mirip contoh uji, karena matriks bisa menimbulkan gangguan dalam penetapan.
Sehingga apabila laboratorium memilih cara ini maka disarankan memilih CRM yang mempunyai komposisi matriks yang mirip dengan contoh uji sehingga gangguan yang biasa dialami pada contoh juga muncul pada saat laboratorium menguji CRM.
- Perbandingan 2 metode independen yang digunakan untuk menetapkan analit yang sama.
Maskud independen adalah 2 metode yang diperbandingkan tidak boleh menunjukkan prinsip metode yang sama / kedua metode tersebut harus saling tidak terkait. Contoh 2 metode yang independen dan saling tidak terkait, misalnya :
-
- Metode titrasi dan metode gravimetri adalah dua metode independen.
- Metode spektrofotometer uv visible dengan metode HPLC adalah dua metode independen.
Catatan :
Namun membandingkan absorbansi analit pada panjang gelombang 254 nm dengan absorbansi 240 nm merupakan metode yang sama dengan prinsip penetapannya adalah penyerapan sinar oleh analitik yang akan ditetapkan. Sehingga hal ini bukanlah metode independen.
- Menggunakan cara standar adisi
Menurut Eurachem, cara ini dilakukan dengan cara analisis terhadap blanko pelarut dan bahan acuan (CRM) menggunakan kandidat metode yang akan divalidasi atau diverifikasi dengan replikasi sebanyak 10 kali.
Blangko pelarut diperlukan karena menyangkut akurasi dari suatu metode maka harus ada koreksi terhadap respon yang diberikan oleh analit dikurangi respon yang diberikan oleh pelarut yang digunakan.
Sehingga kita akan mengurangi rata-rata analit dalam bahan acuan terhadap rata-rata blanko pelarut.
Setelah itu nilai analit sebenarnya dalam acuan dibandingkan dengan nilai hasil uji yang diperoleh setelah dilakukan koreksi terhadap blanko pelarutan.
Syarat keberterimaan pada penggunaan CRM?
Pembelian CRM selalu disertai dengan sertifikat CRM nya. Misalnya pada sertifikat CRM tercantum nilai analit beserta ketiakpastiannya :
11,05 ± 0,55 PPM
Maka hasil uji rata-rata dari 10 kali pengulangan tersebut harus terletak antara 10,50 – 11,60 ppm.
Merangkum dari yang telah dipaparkan diatas, yaitu apabila laboratorium tidak punya CRM maka akurasi dapat diperoleh melalui cara :
- Perbandingan dengan metode lain dimana metode lain tersebut harus tidak bergantung dari metode yang sedang divalidasi / harus independen
- Standar adisi
Cara Perbandingan dengan Metode Lain
Pada cara perbandingan dengan metode lain digunakan blanko pelarut dan bahan uji, dianalisa menggunakan kandidat metode dan metode lain yang berdiri sendiri tadi (yang tidak tergantung dari kandidat metode) dengan jumlah pengulangan sebanyak 10 kali.
Perhitungan dilakukan dengan cara rata-rata analit dalam bahan uji dikurangi rata-rata blangko. Bandingkan dengan hasil pengukuran serupa menggunakan metode lain. Selisihnya memberikan nilai penyimpangan metode relatif terhadap metode lain tersebut.
Untuk mengolah data hasil uji sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah akurat atau tidaknya metode yang sedang divalidasi maka harus digunakan Uji T untuk membandingkan 2 kumpulan data.
Baca Juga : Penggunaan Uji T Test
Apabila laboratorium tidak mempunyai nilai benar analit atau nilai acuan analit yang dapat diterima dan juga tidak mempunyai metode lain yang independen untuk menguji analit yang sama maka akurasi dapat diperoleh melalui cara standar adisi menggunakan 5 atau 6 konsentrasi.
Cara Standar Adisi untuk Kinerja Uji Akurasi
Dapat dilihat pada gambar diatas, dimana disediakan 6 buah labu ukur dan ke dalam 6 labu ukur tersebut diisikan dengan sejumlah contoh yang sama. Misalnya menurut intruksi kerja kita harus memipet 25 ml contoh, maka kita masukkan ke dalam setiap labu ukur 25 ml contoh.
Kemudian ke dalam setiap labu ukur tersebut dilakukan spike menggunakan standar analit akan tetapi spike yang dipakai harus inkremen (makin kekanan konsentrasinya makin naik), dan untuk labu ukur yang pertama tidak kita masukkan apa-apa / pada labu ukur pertama isinya hanya sampel.
Kemudian lakukanlah pengujian seperti apa yang tertera pada intruksi kerja dan nanti apakah hasil uji atau respon yang didapat dari keenam labu ukur ini kita plotkan terhadap konsentrasi standar yang ditambahkan / terhadap nilai spike yang masuk ke dalam tiap labu ukur tersebut.
Sehingga akan diperoleh respon / hasil uji yang makin ke kanan makin naik.
Namun satu hal apa yang didapatkan dari labu ukur pertama jangan dimasukkan ke dalam kurva (nilai absorbansi atau nilai luas puncak dari labu ukur pertama tidak dimasukkan pada kurva)
Setelah garis regresi ditarik dan diekstrapolasi sampai memotong sumbu x yaitu konsentrasi standar yang ditambahkan maka akan ada perpotongan antara garis regresi dengan sumbu x dan jarak ini bernilai negatif
Beri tanda Absolut pada nilai negatif tersebut dan semestinya apa yang didapat disini harus sama dengan apa yang kita peroleh dari labu ukur yang pertama.
Jadi apabila melalui uji t test nilai keduanya apakah itu respon ataupun konsentrasi dari labu takar pertama yang tidak dimasukkan kepada pada kurva dengan nilai yang diperoleh dari hasil ekstrapolasi garis regresi dan perpotongan antara sumbu x dengan ekstrapolasi tadi, kalau itu diperbandingkan dan nilai keduanya tidak berbeda nyata maka metode yang sedang divalidasi dapat disimpulkan akurat.
Dalam hal melakukan uji t seperti kita ketahui harus selalu ada minimal tiga data. Dengan demikian ini yang tergambarkan dalam spike baru mendapatkan satu data 1 pasang data, padahal harus dibuat percobaan seperti ini 2 x lagi dengan demikian kita mendapatkan tiga pasangan data dari nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran pada labu pertama dengan hasil ekstrapolasi garis lurus terhadap sumbu x.
Semoga Bermanfaat
Referensi