Pernah mengalami kejadian dimana di dalam laboratorium melakukan analisa dengan menggunakan alat brand A, kemudian karena banyaknya lot pekerjaan sehingga diperlukan pengadaan alat baru sejenis, namun oleh departemen pembelian justru yang dibeli alat dengan brand B. Masalah muncul ketika kita analisa terhadap sampel menunjukkan hasil yang berbeda meskipun alat ukur Brand A dan Brand B tersebut telah kita atur dengan parameter yang sama.
Tentunya bikin bingung dan pusing kan?
Nah Pada artikel kali ini, kita akan bersinggungan dengan beberapa istilah statistik antara lain : standar deviasi, rata-rata, uji t test dan lain sebagainya untuk mengatasi masalah tersebut diatas. Namun sebagai catatan, cara ini hanyalah berdasarkan pengalaman kami saja, jika ada referensi-referensi yang lebih mudah diikuti silakan saja.
Contoh kasusnya adalah ketika perusahaan / laboratorium biasa melakukan analisa sampel menggunakan misalnya “Moisture Analyzer Brand A” kemudian terdapat alat baru “Moisture Analyzer Brand B” Maka bagaimana kita bisa menyimpulkan bahwa hasil analisa antara “Brand A” dengan “Brand B” tersebut tidak berbeda secara signifikan?
Berikut ini adalah tahapan penggunaan Uji T Test Untuk Mengatasi Masalah Tersebut :
1. Pastikan kondisi setingan parameter dalam keadaan sama.
Contoh : Jika ada suatu moisture analyser baru dan akan dibandingkan dengan moisture analyser yang sudah ada, maka pastikan kondisi analisa sampel dilakukan pada setingan parameter yang sama.
2. Lakukan analisa terhadap sampel yang sama dengan menggunakan alat baru (Alat A) dan (Alat B) masing-masing sebanyak 30 kali dan catat hasil analisa di dalam file excel dengan langkah sebagai berikut :
2.1. Tulis “Data Ke-“ kedalam cell A1 dan diikuti nomor urut dari 1 s/d 30 dibawah cell tersebut yang menandakan bahwa pada kolom A tersebut adalah nomor urut data pengamatan (lihat no. 1 diatas).
2.2. Tulis “Alat A (X1)” kedalam cell B1 dan diikuti dengan data hasil analisa yang didapatkan dengan menggunakan alat baru (Alat A) dibawah cell tersebut (lihat no. 2 diatas)
2.3. Tulis “Alat B (X2)” kedalam cell C1 dan diikuti dengan data hasil analisa yang didapatkan dengan menggunakan alat yang sudah ada (Alat B) dibawah cell tersebut (lihat no. 3 diatas)
2.4. Tulis “X1 – X2” kedalam cell D1 dan diikuti dengan pengurangan hasil analisa menggunakan Alat Baru (Alat A (X1)) dengan hasil analisa menggunakan Alat yang sudah ada (Alat B (X2)) (lihat no. 4 diatas)
Catatan : Pengurangan dilakukan pada data yang sama. Contoh hasil analisa sampel analisa pertama (Data Ke-1) dengan menggunakan Alat Baru (Alat A (X1)) dikurangkan dengan hasil analisa sampel analisa pertama (Data Ke-1) dengan menggunakan alat yang sudah ada (Alat B(X2))
2.5. Jumlahkan hasil pengurangan nilai yang didapatkan pada tahap 2.4 tersebut (lihat no. 5 diatas)
2.6. Tulis “(X1 – X2)2” kedalam cell E1 dan diikuti dengan pengkuadratan hasil pengurangan nilai yang didapatkan pada tahap 2.4 (lihat no. 6 diatas)
2.7. Jumlahkan hasil pengkuadratan nilai yang didapatkan pada tahap 2.6 (lihat no. 7 diatas)
2.8. Gambar dari perhitungan data dengan menggunakan file excel dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini.
Catatan : pada gambar dibawah ini diberikan contoh pengambilan data yang hanya dilakukan 10 kali.
3. Hitung standar error mean (Std Err Mean) dengan cara sebagai berikut :
3.1. Rumus yang dipakai untuk menghitung standar error mean adalah sebagai berikut :
Dimana :
Std err Mean = Standar Error Mean
X1 = Hasil analisa yang didapatkan dengan menggunakan alat baru (Alat A)
X2 = Hasil analisa yang didapatkan dengan menggunakan alat yang sudah ada (Alat B)
n = Jumlah pengambilan data
3.2. Kuadratkan nilai yang didapatkan pada tahap 2.5
3.3. Bagi nilai yang didapatkan pada tahap 3.2 tersebut dengan jumlah pengamatan.
3.4. Kuadradkan nilai yang didapatkan pada tahap 2.7
3.5. Kurangkan nilai yang didapatkan pada tahap 2.7 dengan nilai yang didapatkan pada tahap 2.5 untuk mendapatkan nilai pembilang pada rumus standar error mean.
3.6. Kalikan jumlah pengamatan dengan Jumlah pengamatan – 1 untuk mendapatkan penyebut pada rumus standar error mean.
3.7. Bagi nilai yang yang didapatkan pada tahap 3.5 dengan nilai yang didapatkan pada tahap 3.6
3.8. Standar error mean adalah akar kuadrat dari hasil yang didapatkan pada tahap 3.7.
4. Tetapkan pengujian hipotesis dengan cara sebagai berikut :
4.1. Hipotesis Nol (Ho) merupakan kondisi dimana tidak ada perbedaan antara analisa sampel dengan menggunakan alat baru atau dengan menggunakan alat yang sudah ada.
4.2. Hipotesis Alternatif (Ha) merupakan kondisi dimana ada perbedaan antara analisa sample dengan menggunakan alat baru atau dengan menggunakan alat yang sudah ada.
5.2. Bagi nilai yang didapatkan pada tahap 2.5 dengan jumlah pengamatan untuk mendapatkan selisih rata-rata pasangan.
5.3. Bagi nilai selisih rata-rata pasangan yang didapatkan pada tahap 5.2 dengan standar error mean yang didapatkan pada tahap 3.8
6. Tentukan nilai t tabel dengan cara sebagai berikut :
6.1. Kurangkan jumlah pengamatan dengan 1 untuk mendapatkan nilai variabel bebas (v)
6.2. Untuk tingkat kepercayaan 95% maka nilai tingkat kesalahan adalah 5 % = 0.05.
6.3. Untuk uji 2 arah maka tingkat kesalahan adalah 0.025
6.4. Tentukan nilai t tabel dengan cara menghubungkan nilai derajat bebas (v) dengan tingkat kesalahan pada tabel distribusi t.
7. Ambil kesimpulan dari perbandingan analisa pada alat baru dengan alat sejenis yang sudah ada dengan cara sebagai berikut ini :
7.1. Jika t hitung (data yang didapatkan pada tahap 5.3) lebih besar dari t tabel (data yang didapatkan pada tahap 6.4) maka Ho ditolak sehingga dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan antara hasil analisa antara menggunakan alat baru (Alat A) dengan alat yang sudah ada (Alat B)
7.2. Jika t hitung (data yang didapatkan pada tahap 5.3) lebih kecil dari t tabel (data yang didapatkan pada tahap 6.4) maka Ho diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lain tidak ada perbedaan anatara hasil analisa antara menggunakan alat baru (Alat A) dengan alat yang sudah ada (Alat B)
8. Jika tidak ada perbedaan pada analisa antara alat baru (Alat A) dengan alat yang sudah ada (Alat B) maka alat baru dapat langsung digunakan.
9. Jika ada perbedaan pada analisa antara alat baru (Alat A) dengan alat yang sudah ada (Alat B) maka lakukan kalibrasi ulang terhadap alat yang sudah ada (Alat B) dan ulangi tahap perbandingan hasil analisa dari awal.
Demikian cara membandingkan hasil analisa 2 alat yang berbeda dengan menggunakan uji t test.
Semoga bermanfaat.