Sebelum membahas mengenai perbedaan kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier ada baiknya kita mengenal mengenai sejarah kemasan, fungsi kemasan, jenis kemasan yang biasa digunakan baik itu untuk produk dalam skala UKM (Usaha Kecil Menengah) sampai ke skala industri, serta macam-macam alat ukur yang biasa digunakan untuk memastikan kemasan layak untuk digunakan.
Sejarah dan Definisi Kemasan
Di negara kita dahulu makanan dikemas dengan bahan tradisional, kita mengenal contohnya : daun pisang, kulit bambu yang dianyam, gerabah yang terbuat dari tanah, kulit buah kelapa / tempurung / batok kelapa, batang dari bambu.
Ditinjau dari definisi, kemasan adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi dengan tulisan, label, keterangan lain yang menjelaskan tentang isi, kegunaan, dan informasi lain yang perlu disampaikan kepada konsumen. Sedangkan pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kemasan
1. Pola hidup masyarakat yang sudah berubah
Saat ini tentunya sebagaian dari kita lebih memilih wadah atau tempat yang praktis untuk mudah dibawa, tidak perlu dicuci atau sekali pakai, dll
2. Meningkatnya industri terutama industri pangan
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini, banyak sekali aplikasi / software komputer yang dapat digunakan untuk membuat kemasan yang menarik sehingga teknologi kemasanpun ikut berkembang semakin cepat.
4. Berkembangnya fungsi pengemasan
Jika dahulu pengemasan hanya berfungsi sebagai wadah, namun saat ini fungsinya lebih luas lagi sampai ke strategi pemasaran untuk sebuah produk itu sendiri.
Fungsi kemasan
Berikut ini adalah beberapa fungsi kemasan
1. Containment
yaitu untuk mencegah terjadinya kontaminasi misalnya dari debu, kotoran yang kalau kita lihat atau amati menggunakan mikroskop bisa jadi mengandung bakteri, kuman, dan jamur yang dapat mengurangi mutu.
2. Proteksi
yaitu melindungi bahan pangan yang dikemas dari kerusakan selama proses distribusi maupun proses penyimpanannya. Ada tiga jenis kerusakan kemasan yaitu :
- kerusakan kimiawi
- kerusakan fisik
- kerusakan biologis
Kemasan yang mengalami kerusakan tersebut tentunya tidak layak untuk dijual, sehingga pemilihan material kemasan juga menjadi pertimbangan penting dalam membuatnya.
3. Convenience
Yaitu kemasan yang sesuai dengan standar mutu produk. Jadi harus dipertimbangkan bentuk ukuran bobot dan jenis dari produk, misal jika produk kita berupa sirup yang sifatnya cair maka pilihlah kemasan yang tidak mudah bocor. kemudian dari segi ukurannya kita harus pertimbangkan jangan sampai ketika pembeli membuka mendapatkan isinya yang sedikit sekali yang mengakibatkan pembeli bisa kecewa karena antara tidak sesuai dengan harga.
Ketepatan pemilihan kemasan ini juga bisa mempermudah dalam proses pemakaian, penyimpanan, maupun proses distribusinya
4. Communication
Jadi diharapkan bahwa kemasan-kemasan yang ada sekarang ini bisa memberikan informasi yang jelas kepada konsumen dan bisa meningkatkan daya tarik. Kemsan dengan plastik bening tentunya kurang informatif dibandingkan dengan kemasan yang didesign dengan teliti dengan informasi tulisan dan gambar yang menarik sehingga harapannya adalah meningkatkan daya tarik pembeli yang berujung ke peningkatan keuntungan perusahaan.
Perbedaan Kemasan Primer, Kemasan Sekunder, dan Kemasan Tersier
Berdasarkan strukturnya ada tiga jenis
1. Kemasan primer
kemasan primer sendiri adalah kemasan yang langsung kontak dengan produknya.
2. Kemasan sekunder
contohnya ada kaleng, kaleng tersebut dimasukkan dalam satu kardus dimana satu kardus isinya adalah 30 kaleng, maka kardus Ini berfungsi sebagai kemasan sekunder.
3. Kemasan Tersier
Dalam proses penyimpanan atau distribusi, pengangkutan suatu produk dibutuhkan kemasan yang tentunya membuat produk ini lebih aman contohnya dibuat peti kemas, nah kemasan ini termasuk kedalam kemasan tersier.
Jenis Kemasan Berdasarkan Bahannya
1. logam misalnya : bentuk kaleng, drum
2. kaca misalnya : bentuk botol kaca
3. plastik sendiri
4. kertas
5. Kain
6. Kayu
7. Daun
8. Rami
Masing-masing bahan kemasan tersebut mempunyai kelebihan ataupun kekurangani, misalnya : kemasan logam mempunyai kekuatannya yang bagus untuk produk cair seperti sarden, minuman kaleng, dll kemudian untuk kemasan kaca mempunyai kelebihan bisa kedap terhadap gas dan bisa disterilkan dan tahan panas dan tidak bereaksi dengan produk sehingga produk lebih terjaga mutunya terutama aroma, rasa, dan warnanya, biasa digunakan untuk kemasan sirup, saus, sampai dengan minuman ringan.
Jenis Kemasan Berdasarkan Bentuknya
1. Kemasan yang kaku
Contohnya kemasan yang terbuat dari bahan logam, kayu, karton yang tebal, dan bahan kaca. Jadi kemasan jenis ini agak susah untuk untuk dibentuk sendiri.
2. Kemasan semi kaku
Kemasan jeni ini masih bisa kita bentuk, contohnya : bahan aluminium dan karton.
3. Kemasan fleksibel
Kemasan jenis ini lebih mudah kita bentuk sendiri dan yang paling banyak kita temukan adalah plastik karena dari segi harga memang relatif paling murah Kemudian untuk biaya transportasipun untuk kemasan plastik ini sangat ringan. Selain plastik, di dalam industri makanan, penggunaan kemasan foil juga sering digunakan, karena dianggap bisa melindungi makanan di dalamnya serta dari sisi design juga bisa dilakukan pada kemasan foil ini.
Alat Ukur Untuk Kemasan
Packaging, baik itu berupa kemasan primer, kemasan sekunder, ataupun kemasan tersier yang berkualitas tentu akan menghasilkan produk yang berkualitas dan tidak reject. Beberapa parameter yang harus menjadi perhatian penting dalam kualitas kemasan ini antara lain adalah :
1. Dimensi / Ukuran
Ukuran kemasan tentunya menjadi hal yang sangat penting, hasil yang konsisten sesuai dengan standar yang telah ditentukan menjadi hal yang wajib kita ikuti. Dimensi kemasan baik itu dari sisi panjang, lebar, tinggi, ataupun tebal merupakan sesuatu yang harus kita periksa dengan baik.
2. Gramature
Untuk kemasan tersier berupa karton, gramatur ini juga merupakan hal yang wajib kita perhatikan.
3. Kekuatan Uji Puntir
Sering digunakan untuk kemasan jenis botol baik itu dari kaca ataupun plastik, Untuk mengetahuinya kita bisa menggunakan alat uji puntir supaya ketika produk dijual dipasaran, customer tidak kesulitas membuka produk kita.
4. Uji Kebocoran
Biasa digunakan pada kemasan sachet dimana finished good yang dihasilkan ditest terlebih dahulu kebocorannya, kebocoran pada produk tentunya akan berpengaruh pada stabilitas produk dan berkurangnya lama waktu expired date dari produk tersebut.
5. Warna Kemasan
Di dalam suatu industri semestinya sudah terdapat standar warna / color range untuk kemasan yang akan kita gunakan, standar warna tersebut menjadi standar yang akan digunakan antara kita dengan supplier packaging material sehingga menghasilkan kemasan yang selalu konsisten dari sisi warnanya, sehingga kemasan untuk produk kita pun tidak terlalu bervariasi dalam hal warna, kebanyakan pengecekan warna kemasan masih dilakukan secara manual dengan dilihat secara visual dan membandingkan dengan standar minimum dan maksimum dari standar warna, namun ada juga yang sudah menggunakan alat uji warna untuk mempermudah pengecekan tersebut.
Alat Ukur yang Sering Digunakan di dalam Industri kemasan antara lain sebagai berikut :
1. Mistar / Stell Ruler / Metal Ruler
2. Thickness Gauge
3. Micrometer
4. Sigmat / Jangka Sorong / Caliper
5. Torque Wrench / Alat Uji Puntir
6. Alat Ukur Warna
Seperti halnya instrumen lainnya, alat-alat diatas juga memerlukan kalibrasi untuk memastikan tingkat keakuratannya.