Pengertian Emergency Response Plan (ERP) dan Tujuannya

Pengertian Emergency Response Plan (ERP) dan Tujuannya

Lingkungan kerja, meskipun sudah di desain sebaik mungkin dalam proses kerjanya namun tetap saja potensi bahaya terkadang masih ada yang dapat menimbulkan kecelakaan.

Hal ini tentunya yang membuat kita sebagai pekerja ataupun pengusaha harus selalu siap sedia serta tanggap melakukan antisipasi jika hal-hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi.

Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor alam, teknis, maupun manusia dapat menjadi fatal dan berubah menjadi bencana.

Bila bencana terjadi dimana keadaan menjadi emergency atau darurat maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat, dan selamat. Salah satunya adalah dengan emergency response plan (ERP).

Artikel ini akan sedikit membahas mengenai pengertian emergency response plan (ERP), tujuannya, elemen-elemennya, berikut dengan langkah pelaksanaanya.

Pengertian Keadaan Darurat

contoh keadaan darurat

Apa sih sebenarnya keadaan darurat itu?

Menurut OSHA tahun 2001, Keadaan darurat adalah situasi yang tidak diketahui yang mengancam bekerja, setiap orang yang dapat mengganggu proses operasi, atau menyebabkan kerusakan fisik dan lingkungan.

Emergency Response Plan (ERP) diperlukan karena:

  • Untuk mengenali kemungkinan kondisi berbahaya belum pernah terjadi.
  • Untuk membantu proses perencanaan dapat memperbaiki kekurangan, misalnya : kurangnya sumber daya (peralatan, personel yang kompeten, bantuan), atau komponen lainnya sebelum keadaan darurat terjadi.
  • Merupakan bentuk upaya untuk mempromosikan kesadaran K3 sekaligus menunjukkan komitmen perusahaan.
  • Mengurangi korban dan kerusakan bila terjadi.
  • Mendidik manusia pada kesadaran “it can happen here” sehingga bisa menentukan langkah antisipasi.
  • Bila terjadi kondisi darurat terjadi bisa cepat mengambil keputusan untuk memobilisasi sumber daya baik itu manusia, peralatan, dan dukungan untuk penyelamatan.

Untuk teraksananya penanggulangan kondisi darurat atau emergency tersebut diatas maka perlu dibentuk tim tanggap darurat yang terampil dan terlatih, dilengkapi dengan sarana prasaran yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek paling sedikit 6 bulan sekali.

Contoh : Misalnya tim tanggap darurat untuk bahaya kebakaran, maka tentunya personel yang bertanggung jawab tersebut telah mendapatkan pelatihan pemadam kebakaran, dan wajib memahami mengenai jenis-jenis APAR dan klasifikasi kebakarannya, cara menggunakan APAR maupun hidrant, dll.

Hal ini penting karena kinerja tim tanggap darurat akan menentukan berhasilnya pelaksanaan penanggulangan keadaan emergency dan akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin atau korban manusia akibat kondisi darurat dapat tercapai.

“Jadi Setiap perusahaan memerlukan ERP (Emergency Responce Plan)”

Tujuan Utama ERP (Emergency Responce Plan)

tim tanggap darurat

Berikut ini adalah beberapa tujuan dari ERP, antara lain :

  • Menyelamatkan korban atau memberikan bantuan hidup
  • Mencegah luka atau sakit lebih parah
  • Melindungi properti (peralatan, sarana, dan fasilitas perusahaan)
  • Melindungi lingkungan sekitar

Elemen Penting Dalam ERP (Emergency Responce Plan)

  • Kesiapan tanggap darurat harus berdasarkan analisa resiko yang berdampak pada kelangsungan bisnis atau kegiatan perusahaan.
  • Peralatan, fasilitas, tenaga terampil harus teridentifikasi teruji dan tersedia secara memadai.
  • Semua orang (karyawan, tamu, kontraktor) harus mengerti tentang kesiapan tanggap darurat perusahaan atau bisnis atau kegiatan.
  • Periodik latihan dilaksanakan dan selalu membuat perubahan perbaikan (Continues Improvement)

Jenis Keadaan Darurat

jenis keadaan darurat

  • Yang dari alam :
    1. Banjir
    2. Badai besar
    3. Angin puting beliung
    4. Kebakaran
    5. Tsunami
    6. Gempa bumi
    7. Sambaran petir
    8. Penyakit pandemi
    9. dll
  • Yang buatan manusia
    1. Kebakaran yang disebabkan oleh ulah manusia
    2. Ledakan
    3. Runtuhnya bangunan
    4. Kegagalan struktur utama
    5. Tumpahan cairan kimia berbahaya yang mudah terbakar atau beracun
    6. Terlepasnya bahan biologi berbahay atau bahan kimia beracun
    7. Ancaman teroris
    8. Paparan radiasi pengion
    9. Sumber daya utama (listrik) padam
    10. Pasokan air terganggu
    11. Kejadian yang menghilangnya proses komunikasi
    12. Gangguan alat atau lingkungan (angin, banjir, satwa liar)
    13. dll

Langkah Penyusunan ERP

Untuk langkah penyusunan RPP itu ada 4 langkah, yaitu :

  • Mitigasi

Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau menurunkan derajat resiko jangka panjang terhadap manusia atau harta benda yang diakibatkan oleh bencana.

  • Kesiapsiagaan

Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan hasil mitigasi, yang mencakup pengembangan kemampuan personel, penyiapan prasaran, fasilitas dan sistem bila terjadi keadaan emergency.

  • Kesigapan

Kemampuan penanggulangan saat terjadi krisis atau bencana yang terencana, cepat, tepat, dan selamat termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR, pemadaman kebakaran, dll.

  • Pemulihan

Kegiatan jangka pendek untuk memulihkan kebutuhan pokok minimum kehidupan masyarakat yang terkena bencana dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal.

Fasilitas ERP

Fasilitas Access - Exit Route

Terkait dengan ERP, Kita harus mempunyai fasilitas-fasilitas yang harus dipastikan keberadaannya

  • Mengidentifikasi jalur evakuasi, sarana alternatif melarikan diri, membuatnya diketahui semua staff, menjaga rute agar tidak terhalang.
  • Penentuan lokasi aman atau titik kumpul bagi staff untuk berkumpul serta personel PIC yang bertanggung jawab memastikan bahwa semua orang telah meninggalkan zona bahaya.
  • Menetapkan individu untuk membantu karyawan cacat dalam keadaan darurat
  • Fasilitas pelaksanaan pengobatan yang terluka dan mencari yang hilang
  • Menyediakan sumber alternatif bantuan medis ketika fasilitas yang normal mungkin dalam zona bahaya atau area bahaya sehingga tidak bisa digunakan.
  • Penetapan tingkat kerugian properti harus dimulai hanya ketika keamanan semua staff dan karyawan pada resiko telah ditetapkan dengan jelas.

Baca Juga : HIRADC dan Contoh Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko

  • Fasilitas Access – Exit Route

Ketika mempersiapkan rencana darurat tindakan, kita perlu merancang rute evakuasi primer dan sekunder. Sedapat mungkin dipastikan bahwa rute evakuasi dan pintu keluar darurat memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    1. Ditandai dengan jelas dan terang benderang, cukup lebar untuk menampung jumlah personel mengevakuasi.
    2. Tidak terhalang dan terhindar dari puing-puing setiap saat
    3. Tidak mengekspos personel evakuasi terhadap bahaya tambahan.
  • Fasilitas Lain
    1. Megaphone
    2. Self Contain Breathing Apparatus (SCBA)
    3. Lampu Senter
    4. Baju Pemadam
    5. Helm Safety K3
    6. Respirator
    7. Tandu
    8. Perkakas alat bantu (kapak, linggis, dll)
    9. Kursi evakuasi

ERP Team (Emergency Responce Plan)

emergency response team

ERP harus mempunyai tim untuk mensukseskan kegiatan emergency.

Jadi ketika kita dalam kondisi emergency, diperlukan PIC yang ahli agar kegiatan penanggulangan maupun kegiatan seketika saat kondisi darurat bisa berjalan dengan lancar.

Hambatan ERP (Emergency Responce Plan)

kurangnya komitmen top manajemen

  • Kurangnya dukungan dari top manajemen. Karena biasanya ERP ini kan hanya untuk kondisi darurat sehingga tidak terlalu menjadi prioritas. Namun di sisi lain jika terjadi kondisi darurat dan jika tidak adanya ERP maka akan sulit sekali bagi perusahaan untuk bisa menanggulangi atau bisa menghandle keadaan darurat tersebut.
  • Kurangnya keterlibatan dan dukungan dari pekerja.
  • Tidak adanya atau kurangnya perencanaan, misalnya belum adanya penunjukkan ERP tim, penyediaan budget untuk kondisi darurat
  • Kurangnya pelatihan, Jadi orang-orang yang masuk di ERP tim seharusnya diberikan pelatihan. Misalnya dia masuk ke tim P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) maka dia tidak memiliki keahlian untuk p3k.
  • Tidak adanya penanggungjawab yang ditunjuk khusus untuk mengkoordinir sistem tanggap darurat.
  • Sistem tanggap darurat tidak pernah dievaluasi secara berkala dan dilakukan perbaikan secara continue. Jadi sistem tanggap darurat ini sepertinya memang dianggap kurang urgent bagi beberapa perusahaan
  • Sistem komunikasi dan peringatan dini tidak atau kurang memadai. Misalnya : sirine, alarm, dll

Oiya, terkait dengan ERP (Emergency Responce Plan) tentunya akan berkaitan erat dengan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja (K3).

Apa itu sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja?

Silakan jika teman-teman berkenan dan mempunyai waktu luang bisa membacanya disini : Pemahaman Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) di Perusahaan

Semoga Bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *