Audiometri, Audiometer, dan Audiogram. Apa Bedanya?
Seiring dengan berjalannya waktu, terlebih bagi seorang pekerja yang setiap harinya terpapar oleh kebisingan, jika tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) yang memadai bisa mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu untuk dilakukan baik itu secara pribadi atau melalui program medical check up yang diselenggerakaan oleh perusahaan
Daftar Isi
Pengertian Audiometer
Audiometer adalah alat pemeriksaan yang berfungsi untuk menguji pendengaran manusia yang diujikan pada kedua belah telinga secara bergantian. Alat ini mampu menghasilkan suara yang memenuhi syarat bahan pemeriksaan yaitu frekuensi 125 – 8000 dan intensitas suara yang dapat diukur -10 s/d 110 dB. Secara konsep audiometri dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Audiometer terbagi menjadi beberapa tipe yaitu :
- Diagnostik / Clinical Audiometer
- Screening audiometer
- Computer-based audiometer
- Automatic audiometer
Fungsi Pemeriksaan Audiometer
- Mengukur ketajaman pendengaran
- Mengukur ambang pendengaran
- Mengindikasi kehilangan pendengaran
- Mencatat kemampuan pendengaran dari setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda-beda
- Monitoring pekerja yang area kerjanya di tempat yang bising sehingga dapat memberikan rekomendasi ke manajemen terkait dengan perbaikan lingkungan kerja.
- Untuk mengetahui apakah kerusakan pendengaran (pergeseran ambang dengar) memang disebabkan oleh kebisingan (NIHL – Noicse Induced Hearing Lost)
- Screening pada anak balita atau sekolah dasar
Pengertian Audiometri
Audiometri dari segi bahasa berasal dari bahas latin yaitu audire dan metrios, audire artinya pendenganaran sedangkan metrios aritnya mengukur, jadi secara umum audimetri bisa diartikan sebagai pemeriksaan untuk mengetahui jenis dan derajat ketulian (gangguan pendengaran) Indikasi pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan jika adanya penurunan pendengaran, telingan berbunyi dengung, rasa penih di telinga, riwayat keluar cairan, riwayat terpapar kebisinya, dll. Pemeriksaan audiometri ini memerlukan sebuah ruangan yang kedap suara karena prinsip kerja audiometer ini adalah pemeriksaan pada bermacam-macam frekuensi dan intensitas udara (dB) kemduian ditransfer melalui headset atau bone conductor ke telinga dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat melalui program komputer / di plot secara manual pada kertas grafik.
Manfaat Pemeriksaan Audiometri
Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan melalui pemeriksaan ini, antara lain sbb :
1. Untuk menentukan penyakit telinga yang diderita pasien
2. Untuk kedokteran kehakiman yang akan menjadi dasar sebagai ganti rugi
3. Untuk kedokteran pencegahan dimana melalui pemeriksaan ini dapat mendeteksi ketulian dari pekerja pabrik.
Jenis Ketulian yang Dapat Diprediksi
- Tuli Konduktif
- Tuli Saraf (sensorineural)
- Tuli Caumpuran
Tuli konduksi
Tuli jenis ini diakibatkan karena kelainan yang terjadi di telinga luar dan atau Tengah sehingga suara dari dunia luar tidak dapat ditransmisikan secara normal melalui liang telinga dan atau telinga tengah ke telinga dalam. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh sumbatan kotoran telinga, gendang telinga robek, infeksi di telinga tengah, kerusakan tulang pendengaran, pilek, dll
Tuli Saraf
Tuli jenis ini umumnya terjadi akibat kerusakan pada sel-sel rambut di koklea (rumah siput) sehingga gelombang suara tidak dirubah menjadi gelombang listrik yang diperlukan oleh saraf pendengaran, selain itu dapat juga diakibatkan kerusakan langsung pada saraf pendengaran sehingga energi listrik tidak dapat disampaikan ke otak. Tuli ini dapat juga merupakan kelainan bawaan.
Tuli Campuran
Merupakan jenis gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kombinasi faktor telinga tengah dan telinga dalam.
Komponen Alat Audiometri
1. Oscilator yang berfungsi untuk menghasilkan bermacam nada murni
2. Amplifier, untuk menambah intensitas nada-nada,
3. Interuptor / Pemutus, yang berfungsi untuk pemutus nada
4. Atteneurator, yang berfungsi untuk mengukur intensitas suara.
5. Earphone, yang berfungsi untuk merubah sinyal listrik yang menimbulkan audiometer menjadi sinyal suara yang dapat didengar.
6. Masking noice generator, yang berfungsi untuk penulian telinga yang tidak diperiksa.
Prosedur Pelaksanaan Audiometri
1. Pastikan ruang tes benar-benar kedap
2. Pastikan audiometer dalam posisi siap digunakan
3. Atur skala atur frekuensi sampai -dB
4. Periksa kebersihan telinga, bila ada salah satu telinga yang sakit maka lakukan pengetesan dahulu telinga yang sehat, Tetapi bila semua telinga sehat, lakukan pengetesan terlebih dahulu pada telinga kanan.
5. Tes pada frekuensi 1000 – 500 – 2000 – 250 – 4000 Hz
6. Instruksikan bila mendengar untuk memberikan kode kepada kita, lalu tulis dalam grafik audiogram.
Pengertian Audiogram
Setelah melakukan pemeriksaan, tentunya kita harus tahu cara menginterpretasi hasil tes Audiometri, sedangkan audiogram adalah grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi yang dihasilkan dari audiometer.
Apabila tes sudah dilakukan, selanjutnya adalah menginterpretasikan hasil tes dengan cara menjumlahkan hasil skor tes, kemudian membagi dengan jumlah kali tes pada jenis yang sama, hasil rata-rata itulah sebagai tingkat pendengaran atau kehilangan desibel seseorang
Derajat Audiogram
0 – 25 dB = Normal
> 24 – 40 dB = Tuli Ringan
> 40 – 55 dB = Tuli Sedang
> 55 – 70 dB = Tuli Sedang Berat
> 70 – 90 dB = Tuli Berat
> 90 dB = Tuli Sangat Berat
Setelah melakukan pemeriksaan, tentunya kita harus tahu cara menginterpretasi hasil tes Audiometri, sedangkan audiogram adalah grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi yang dihasilkan dari audiometer.
Apabila tes sudah dilakukan, selanjutnya adalah menginterpretasikan hasil tes dengan cara menjumlahkan hasil skor tes, kemudian membagi dengan jumlah kali tes pada jenis yang sama, hasil rata-rata itulah sebagai tingkat pendengaran atau kehilangan desibel seseorang
Derajat Audiogram
0 – 25 dB = Normal
> 24 – 40 dB = Tuli Ringan
> 40 – 55 dB = Tuli Sedang
> 55 – 70 dB = Tuli Sedang Berat
> 70 – 90 dB = Tuli Berat
> 90 dB = Tuli Sangat Berat
Jenis-jenis Audiogram
Audiogram Normal
Secara teoritis, bila pendengeran normal, ambang dengar untuk hantaran udaran sampai dengan hantaran tulang sebesar 0 dB. Pada keadaan tes yang baik, audiogram dengan ambang batas 10 dB pda 500 Hz dan 500 Hz, dengakan 0 dB pada 1000 ; 2000 ; 4000 ;10000 Hz,dan pada 8000 hal itu sering saya telan langsung.
Gangguan dengan konductif
Hal ini berdasarkan prinsip bahwa konducvif (telinga tengah) hantaran tulang, contoh : terjadinya OMA< OMSK, penyumpatan tubuh eustachius. Setiap keadaan yang menyebabkan gangguan pendengaran seperti fiksasikongenititalm fiksasi karena trauma, dislokasi rantai tulang pendengaran juga akan menyebabkan peninggian ambang hantaran udara dengan hantara tulang normal. Perbedaan antara hantara tulang dengan hantara udara ini menunjukkan beratnya ketulian konduktivif.
Gangguan Dengar Sensorineural (SNHL)
Hal ini terjadi karaena nilai ambang pendengaran hantaran tulang dan udara lebih dari 25 dB. Tuli jenis ini jika terdapat gangguan koklea, N Auditorirus (NVIII) sampai ke pusat pendengaran termasuk kelainan yang terdapat di dalam batang otak.
Gangguan Dengar Campuran
Terjadi karena kemungkinan teerjadinya kerusakan koklea disertai sumbatan serumen yang padat dapat terjadi. Level konduksi tulang menunjukkan gangguan fungsi koklea ditambah dengan penurunan pendengaran karena sumbatan konduksi udara menggambarkan tingkat ketulian yang disebabkan oleh komponen konduktif. Perbedaan antara level hantara udara dan tulang kita kenal dengan sebutan “jarak udara – tulang” atau “air bone gap”. Jarak udara tulang merupakan suatu ukuran dari komponen konductif dari suatu gangguan pendengaran,
Sentra Kalibrasi Industri – Pusat Jasa Kalibrasi Alat Ukur
Copyright 2021